Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental Bagi Guru, Enam Cara Mewujudkannya - Guruinovatif.id

Diterbitkan 04 Des 2023

Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental Bagi Guru, Enam Cara Mewujudkannya

Mental guru harus terus terjaga positif dan sehat. Ini berpengaruh pada semangat dan energinya ketika mengajar murid. Bagaimana caranya? Enam caranya di artikel ini.

Seputar Guru

Supadilah, M.Pd.

Kunjungi Profile
694x
Bagikan

Selama menjadi guru, pernahkah merasa lelah, kurang semangat, atau ingin berhenti jadi guru? Mungkin saat itu kesehatan mental kita kita sedang terganggu. Kondisi ini berbahaya lho Kalau dibiarkan berlarut-larut.

Seorang guru harus punya energi, motivasi, dan bahagia dalam menghadapi murid. Karena dia harus mentransfer ilmu pengetahuan kepada murid yang membutuhkan semangat yang hebat agar proses transfer itu berjalan dengan maksimal. Kalau mengajarnya asal-asalan atau tidak semangat tentu murid juga tidak maksimal menerima pengetahuan. Guru sudah semangat saja kadang murid tidak semangat. Apalagi kalau guru tidak semangat. Ya kan? 

Gangguan kesehatan mental ini bisa karena faktor internal maupun eksternal. 

Gangguan Kesehatan Mental Dari Internal

Faktor internal karena tidak disiplin, iri, kecemburuan sosial, malas, dan lainnya. Rebahan dan bermalas-malasan memang enak tapi menjerumuskan. Ini bisa membuang-buang waktu. Guru bisa kehilangan semangat untuk menjalankan peran sebagai pendidik. 

Solusinya adalah pahami dan kuatkan bekal sebagai pendidik. Guru memang banyak tugasnya. Ini harus disadari betul sehingga guru harus siap sibuk, banyak kegiatan, dan mengeluarkan banyak energi.

Ada banyak motivasi orang menjadi guru. Bisa jadi karena tergiur gaji yang lumayan dengan menjadi PNS maupun PPPK. Tidak salah dengan motivasi ini. Tapi kalau hanya karena ini bisa kecewa kalau tidak tercapai. Misalnya kalau tidak lulus bisa kecewa sehingga mempengaruhi kinerjanya. Maka, niat menjadi guru harus diluruskan. Jadilah guru untuk mendidik murid, memperbaiki karakter generasi muda, dan beramal kepada bangsa. 

Gangguan Kesehatan Mental Dari Eksternal

Sedangkan faktor eksternal bisa berupa konflik dengan rekan kerja, murid yang tidak patuh, tekanan dari atasan, tuntutan dari orang tua, dan lainnya. Mungkin atasan (kepala sekolah) yang memberikan banyak pekerjaan sangat membebani guru sehingga fokusnya berbagi antara pekerjaan dengan kewajiban mengajar. Ada pula orang tua yang terlalu menuntut sehingga membebani guru. Misalnya orang tua tidak puas dengan perkembangan anaknya dalam menguasai materi pembelajaran. 

Ada orang tua yang komplen atau mengkritik guru karena nilai anaknya rendah, khawatir membuat anaknya sulit masuk kuliah. Ada orang tua yang menghubungi guru di luar jam sekolah. Nah, semacam ini bisa memberikan tekanan kepada guru. 

Termasuk postingan rekan guru lainnya. Misalnya ada rekan guru yang berfoto dengan mobilnya. Bisa jadi kita bereaksi begini: "Ah, kapan ya aku bisa punya mobil seperti dia.” Atau "Hm, aku sudah lama jadi guru. Jangankan punya mobil, motor saja masih nyicil."

Kondisi seperti itu harus kita antisipasi. Caranya anggaplah bahwa kondisi kita adalah takdir yang harus dijalani. Kita sudah bekerja untuk menafkahi keluarga dan merencanakan masa depan termasuk punya rumah. Tapi kalau belum juga punya rumah maka itu takdir yang harus kita terima. 

Pertama, Banyak-Banyak Bersyukur

Kehidupan kita memang seperti kata pepatah ‘rumput tetangga kelihatan lebih hijau’. Kita sering menganggap orang lain lebih bahagia daripada kita.  Ingatlah bahwa setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Ada orang punya mobil, tapi belum punya anak padahal sudah lama menikah. Sementara, kita sudah punya anak. Anak itu kan merupakan harta yang tidak ternilai. Seperti sebuah ungkapan, “Milikilah apa yang kau cintai. Tapi kalau belum bisa kau miliki, maka cintailah apa yang kau miliki.”

Mari bersyukur dengan apa yang sudah kita capai hingga saat ini.  Hindari membandingkan yang membuat kita jatuh. Profesi guru dengan berapapun gaji yang kita miliki sebetulnya sudah lebih baik. Coba kita tengok orang lain yang kehidupannya mungkin tidak seberuntung kita. Misalnya seorang pemulung yang harus bersusah payah mendapatkan rupiah dengan mengais-ngasih tempat sampah. Lihat pula tukang bangunan atau buruh yang harus membanting tulang memeras keringat untuk mendapatkan penghasilan. Kalau lihat kondisi mereka, sebetulnya profesi guru jauh lebih baik. 

Kalau masalah tentu setiap orang punya masalah. Kerja di manapun pasti ada masalah yang dihadapi. Takdir sebagai guru harus kita jalani dengan sebaik-baiknya. Profesi guru itu mulia. ilmu yang diajarkan kepada anak didik bisa mengantarkan kita ke surga.

Kedua, Memilih Circle Positif

Agar kehidupan kita selalu positif, banyak-banyak berteman dengan lingkungan atau circle yang positif. Dekatilah teman guru yang membuat semakin meningkatkan kualitas diri. Kan ada guru yang hobinya pamer dengan harta yang dimiliki. Ada yang sering membicarakan gaji dan materi. Ada yang suka bermain media sosial tanpa manfaat. Maka, hindarilah guru yang seperti ini. Bertemanlah sekadarnya.

Dekatilah rekan guru yang akan membuat kita bertambah ilmu. Guru yang sering membicarakan ide-ide dan gagasan yang positif. Banyak juga guru yang membahas strategi menjadi guru yang semakin berkualitas. Dekatilah guru yang update dengan perkembangan dunia pendidikan seperti implementasi kurikulum merdeka, penggunaan artificial intelligent (AC) atau kecerdasan buatan dalam pembelajaran, dan lainnya.

Jangan terlalu khawatir pada masa depan yang belum terjadi. Jangan penuhi kepalamu dengan ketakutan terhadap masa depan. Jangan pula larut bersedih terhadap hal yang sudah terjadi.

Kondisi bahagia sangat penting bagi seseorang. Kalau kondisi bahagia, seseorang bisa menjalankan kegiatan dengan lebih maksimal. Bahagia akan membuat kita fokus. Guru akan fokus mengajar, mengerjakan tugas administrasi, rapat, membina murid, dan lainnya. Kebahagiaan itu merupakan energi. Banyak orang yang bisa melakukan kegiatannya dengan lebih maksimal ketika dirinya bahagia. 

Saya pernah menghadapi ujian pendidikan profesi guru (PPG). Menjelang ujian saya minta doa kepada orang tua agar ikut mendoakan supaya lulus ujian. Namun, saya tidak lulus. Saya malu mengabarkannya kepada orang tua. Tapi tetap harus mengabarkan. Untungnya orang tua tidak memarahi, malah menyemangati. “Yang penting sudah berusaha. Kalau belum lulus itu artinya belum rezeki,” katanya. 

Lalu saya ikut retaker. Saat akan ujian saya minta doa lagi. Kata orang tua jangan ngoyo. Persiapkan sebaik mungkin, kalau masalah lulus itu rezeki kita. Kalau emang rezeki saya akan lulus kalau tidak lulus berarti belum rezeki. Kalau tidak lulus lagi saya akan ikut retaker lagi. Alhamdulillah, saya lulus retaker. 

Ketiga, Menjaga Tubuh Agar Tetap Sehat 

Selain itu jangan lupakan dengan asupan gizi untuk tubuh kita. Perbanyaklah makanan bergizi. Tidak harus mahal yang penting sehat. Tempe dan sayur harganya murah tetapi mengandung protein dan vitamin. 

Hindari makanan yang banyak zat yang merugikan walaupun rasanya menggoda. Gorengan, makanan yang terlalu pedas, banyak mengandung MSG, itu makanan yang perlu dikurangi bahkan dihindari. 

Hindari kebiasaan buruk seperti begadang hingga larut malam yang berdampak mengantuk atau lemas pada  keesokan harinya. Ingat, tubuh kita akan dipakai lama. Bisa belasan bahkan puluhan tahun untuk mengajar. Tubuh yang sehat bisa memberikan kebahagiaan yang berdampak pada kesehatan mental pula. 

Keempat, Mengurangi Pengaruh Negatif Media Sosial

Media sosial bisa memberikan dampak negatif. Media sosial merupakan tempat orang-orang memposting banyak hal seperti aktivitas, pencapaian, momen dan lainnya. Media sosial sering menjadi ajang pamer baik keberhasilan, pencapaian, jalan-jalan, dan lainnya. Ini bisa menimbulkan iri. Aku tidak kuat maka kita juga bisa terpengaruh ingin seperti mereka. Nah kalau seperti ini bisa membuat kita malah terbagi pikiran fokus untuk bisa seperti mereka. 

Tidak salah dengan bermedia sosial asal kita sudah siap dengan banyak hal yang ditampilkan di media sosial. Gunakan media sosial untuk menambah wawasan kita dengan mendapatkan konten positif seperti tutorial, artikel, atau video motivasi.

Kelima, Hindari Berselisih atau Berdebat 

Hindari perdebatan dan perselisihan dengan rekan kerja atau guru lainnya. Hematlah waktu untuk melakukan hal yang positif. Bisa jadi kita punya pandangan yang berbeda terhadap sesuatu hal. Kalau itu bukan sebuah esensi tidak ada salahnya mengalah. Ibaratnya jalan berbeda untuk mencapai tujuan yang sama. Maka, lebih baik mengalah saja. Berselisih atau berdebat itu menghabiskan banyak energi apalagi sampai bertengkar. Lebih baik energi itu digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas kita. Betul? 

Guru harus berani berkata tidak untuk hal-hal yang tidak menambah kualitas kita sebagai pendidik. Hindari kegiatan yang mungkin tidak bermanfaat bagi kita misalnya jalan-jalan yang tidak berfaedah, mengobrol tidak tentu manfaatnya, dan kebiasaan pamer.

Keenam, Mengingat-Ingat Momen Bahagia

Jadi guru memang tidak mudah dengan adanya tuntutan orang tua, kewajiban administrasi, dinamika siswa, dan lainnya. Namun, menjadi guru juga adalah profesi yang mulia. Simak kata Mbah Moen, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang. “Yang paling hebat dari seorang guru adalah mendidik dan rekreasi yang paling indah adalah mengajar. Ketika melihat murid-murid yang menjengkelkan dan melelahkan, terkadang hati teruji kesabarannya, namun hadirkanlah gambaran bahwa diantara satu dari mereka kelak akan menarik tangan kita menuju surga."

Coba ingat-ingat momen bahagia yang pernah dirasakan. Sering-seringlah mengingat agar menjadi pemicu dan pemacu kebahagiaan. Jadi guru banyak juga momen bahagianya bahkan momen-momen kecil dan sederhana. Misalnya ditraktir oleh wali murid ketika sedang makan di tempat makan, digratiskan saat pengisian bahan bakar di warung milik orang tua, diberi kado murid saat peringatan hari guru. Alumni diterima kuliah sesuai yang diinginkan juga merupakan kebahagiaan bagi seorang guru. 

Dengan banyaknya beban guru jangan lupa untuk melibatkan Allah dalam setiap kegiatan kita. Kalau kita berhasil, kita dapat pahala. Kalau kita gagal, usaha kita tidak sia-sia. Guru, ayo tetap bahagia. (*)

Penulis:

Supadilah. Guru SMA Terpadu Al-Qudwah di Banten. 


Penyunting: Putra

4

0

Komentar (4)

Yuvita Dela Carolina

Dec 12, 2023

Keren tipsnya menjaga kesehatan mental guru

Supadilah, M.Pd.

Dec 17, 2023

Terimakasih Bu. Mudah-mudahan sumbang pikiran untuk guru agar selalu menjaga kesehatan mentalnya. Semoga guru terus bahagia. Aamiin

Balas

Topan Ari Bowo

Dec 09, 2023

Terima kasih atas artikelnya. Bermanfaat untuk jaga kesehatan mental guru

Supadilah, M.Pd.

Dec 09, 2023

Terimakasih sudah berkunjung dan mengapresiasi

Balas

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Next-Level Resilience: Mengukir Kesehatan Mental Guru dengan Fasilitas Unggul

Putri Azzahra

Nov 20, 2023
2 min
Pendekatan Sosio-Emosional Sebagai Solusi Dalam Pengelolaan Kelas

wulan ayua

Nov 28, 2023
2 min
5 Beasiswa dari Luar Negeri untuk Tenaga Pendidik
2 min
Mengutamakan “Kesehatan Mental” Guru: Tantangan & Solusi
PEMULIHAN MENTAL GURU MELALUI PLATFORM GURUINOVATIF.ID
5 Manfaat Utama Administrasi Digital dalam Pendidikan, manfaat ketiga juga membuatmu berkontribusi menyelamatkan lingkungan
4 min

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB

Kursus Webinar