DI BALIK SENYUM GURU: Menaklukkan Burnout Seorang Guru - Guruinovatif.id

Diterbitkan 15 Nov 2023

DI BALIK SENYUM GURU: Menaklukkan Burnout Seorang Guru

Profesi guru yang selama ini dipandang sebagai panggilan mulia, tak bisa dilepaskan dari beban kerjanya yang seringkali menghampirinya. Guru tak hanya sekadar menyajikan dan menyampaikan materi pelajaran, ia berada di garis depan dalam membentuk masa depan generasi bangsa ini.

Seputar Guru

1122x
Bagikan

Guru yang terlihat hangat dan dinamis saat memberikan materi pembelajaran di depan kelas murid-muridnya, memiliki pemandangan lain yang berbeda, yang tak terlihat. Ada kisah-kisah yang tak termaktub yang dialaminya saat berjuang melawan dua musuh yang tak terlihatnya yaitu stres dan burnout.

Guru selain perannya sebagai penghantar pengetahuan dan pembimbing peserta didik, ia juga sebagai fondasi utama dalam menciptakan kesejahteraan sosial masyarakat. Pundaknya dibebani kerja yang sangat berat, ditambah tekanan dari berbagai arah, tuntutan administrasi pembelajaran, dan sejenisnya. Kondisi demikian dapat membentuk lautan stres yang memiliki potensi merusak fondasi kesehatan mental guru tersebut.

Dunia pendidikan yang terus berkembang dengan segala kedinamisannya, guru tidak hanya dituntut untuk melaksanakan tanggung jawab akademis, melainkan juga berperan sebagai pembimbing, penasehat, dan figur teladan yang membimbing generasi emas di masa mendatang. Jika kita menengok lebih jauh ke dalam keseharian seorang guru, terlihat bahwa stres dan burnout bukan lagi sekadar isapan jempol semata, melainkan fakta yang terjadi di lapangan. 

Tumpukan tugas yang tak terhitung, ekspektasi yang melambung tinggi, dan pergeseran dinamika dalam sistem pendidikan, semuanya bersatu membentuk panorama yang semakin menantang bagi mental para guru. Meski terlihat senyum sumringah penuh semangat di depan siswa, namun di balik semua itu tersembunyi rasa lelah yang mungkin tak terungkap di tengah kerumunan tugas dan tanggung jawab yang harus ia pikul.

Profesi guru yang selama ini dipandang sebagai panggilan mulia, tak bisa dilepaskan dari beban kerjanya yang seringkali menghampirinya.Guru tak hanya sekadar menyajikan dan menyampaikan materi pelajaran, ia berada di garis depan dalam membentuk masa depan generasi bangsa ini.

Beban seorang guru di atas tidak terbatas pada ruang kelas. Selain menjadi fasilitator pembelajaran, guru juga menjadi penyelenggara kegiatan ekstrakurikuler, penilai kinerja siswa, dan pemandu karir. Beban lainnya seorang guru adalah menyusun dan menyesuaikan kurikulum. Dalam era pendidikan yang terus berubah, guru dihadapkan pada tantangan untuk menyusun dan menyesuaikan kurikulum agar tetap relevan dengan perkembangan pembelajaran.

Beban berikutnya adalah menjaga keseimbangan kehidupan pribadi dan profesional. Tuntutan pekerjaan yang tinggi dapat menyebabkan guru kesulitan menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional. Evaluasi, rapat, dan persiapan pelajaran yang memakan waktu dapat merampas waktu berharga yang seharusnya dihabiskan bersama keluarga. 

Beban selanjutnya terkait dengan penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Guru dalam konteks ini  perlu terus mengikuti perkembangan teknologi dan mengintegrasikannya ke dalam metode pengajarannya di kelas. Hal tersebut adalah tantangan tersendiri yang harus dipikul oleh seorang guru.

Dari beberapa beban yang dipikul seorang guru di atas tentunya berdampak signifikan pada kesehatan mental guru. Stres, kelelahan, dan risiko burnout menjadi ancaman nyata yang mengintai, memerlukan strategi yang efektif untuk mengelola dan mengatasi dampak tersebut.

Gejala dan Dampak Burnout

Setiap pekerjaan menghadapi tantangan, hambatan, dan kesulitan yang unik. Dinamika ini seringkali menjadi pemicu kelelahan yang signifikan, menghambat produktivitas, dan memakan waktu berharga. Dalam konteks ini, stres menjadi akibat yang tak terhindarkan. 

Masyarakat modern sudah akrab dengan istilah stres, khususnya stres kerja. Stres kerja dapat diartikan sebagai suatu kondisi di mana faktor-faktor terkait pekerjaan berinteraksi dengan faktor internal individu, mengubah kondisi fisiologis dan/atau psikologis sehingga memaksa seseorang untuk menyimpang dari fungsi normalnya (Bernadin, 1990).

Dalam lingkungan kerja, tekanan yang berkepanjangan sering disebut sebagai burnout. Burnout dapat diidentifikasi sebagai kondisi stres kronis di mana individu merasakan kelelahan secara fisik, mental, dan emosional akibat tugas pekerjaannya. 

DI BALIK SENYUM GURU: Menaklukkan Burnout Seorang Guru

Manifestasi burnout ditandai oleh tiga aspek utama. Pertama, adanya kelelahan fisik yang konstan, di mana individu yang mengalami burnout merasa kekurangan energi dan lelah sepanjang waktu. Kedua, terlihat melalui kelelahan emosional, di mana muncul gejala depresi, perasaan putus asa, dan rasa terperangkap dalam rutinitas pekerjaan. Ketiga, terdapat kelelahan sikap atau mental, yang tercermin dalam sikap sinis dan negatif terhadap sesama rekan kerja dan pekerjaan itu sendiri. Hal ini dapat berdampak buruk tidak hanya pada individu yang mengalami burnout, tetapi juga pada kinerja pekerjaan, keberlangsungan organisasi, dan kualitas hidup secara keseluruhan.

Burnout, sebagai hasil dari stres kronis dan kelelahan fisik serta mental dalam lingkungan kerja, memiliki dampak signifikan pada kualitas pembelajaran, ia juga dapat merusak kedekatan guru-siswa, dan mengurangi efektivitas pendidikan. Selain itu menyebabkan penurunan energi positif. Guru yang mengalami burnout cenderung mengalami penurunan energi positif yang biasanya dibawa ke dalam kelas. 

Dampak lain dari burnout seorang guru adalah kurang fokus dalam berkreativitas. Burnout dapat merugikan kreativitas guru dalam merancang pembelajaran yang menarik dan inovatif. Kelelahan mental dapat mengakibatkan kurangnya fokus, mengurangi daya cipta, dan membatasi kapasitas guru untuk menyajikan materi dengan cara yang menarik dan interaktif.

Burnout pada seorang guru juga dapat menurunkan efektivitas komunikasi. Kesulitan dalam mengelola emosi dapat menciptakan jarak antara guru dan siswa, menghambat proses belajar-mengajar, dan menyulitkan pemahaman materi.

Dampak buruk lainnya dari burnout seorang guru adalah pada pengelolaan kelas yang tidak efektif. Seorang guru akan kesulitan dalam menjaga kedisiplinan dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Energinya sudah terkuras, kesabarannya pasti berkurang sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan dalam interaksi dengan siswanya.

Untuk menciptakan suasana pembelajaran yang produktif dan positif, kita perlu secara cermat memahami serta mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan oleh burnout terhadap kualitas pengajaran. Melalui pengidentifikasian dengan seksama terhadap faktor-faktor yang terlibat, tindakan-tindakan yang efektif dapat diambil untuk memberikan dukungan terhadap kesejahteraan mental guru. Upaya ini, pada gilirannya, akan memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan mutu pembelajaran di setiap kelas.

Implikasi terhadap Kesehatan Fisik dan Mental

Burnout tidak hanya menimbulkan beban emosional, tetapi juga menghasilkan efek yang signifikan terhadap kesehatan fisik dan mental para pendidik. Burnout dapat menyebabkan kemunduran kesehatan fisik. Kelelahan yang berlangsung terus-menerus dapat memunculkan masalah tidur, meredupnya energi, bahkan menimbulkan gejala fisik seperti sakit kepala atau gangguan pencernaan. Kesehatan fisik yang terkikis menjadi petunjuk nyata dari dampak merugikan yang mungkin diakibatkan oleh burnout.

Kesehatan mental guru juga terancam oleh burnout. Stres yang berkelanjutan bisa mencetuskan gejala kecemasan, depresi, dan penurunan kesejahteraan jiwa secara menyeluruh. Guru yang mengalami burnout mungkin mengalami kesulitan dalam menjaga ketenangan batin dan keseimbangan emosional.

Dampak burnout terhadap kesehatan fisik dan mental berimbas pada penurunan produktivitas dan kinerja guru. Kelelahan yang melanda bisa menghambat kreativitas, daya saing, dan kemampuan untuk memberikan pembelajaran yang optimal. Kondisi ini menciptakan lingkungan yang tidak mendukung untuk pertumbuhan siswa dan pengembangan profesional guru.

Burnout, jika dibiarkan tanpa penanganan, dapat meningkatkan risiko kelelahan yang berlangsung terus-menerus. Kelelahan yang tidak berkesudahan bisa berujung pada masalah kesehatan jangka panjang, termasuk penyakit jantung, gangguan sistem kekebalan tubuh, dan risiko tinggi terhadap penyakit lainnya.

Guru yang terjerat dalam burnout mungkin kehilangan semangat dalam pekerjaan mereka. Rasa kecewa dan frustrasi dapat merayap, mengubah pekerjaan yang seharusnya memunculkan kepuasan menjadi beban yang berat. Hal ini tidak hanya memberikan dampak pada individu, melainkan juga dapat merugikan atmosfer belajar di dalam kelas.

Dengan memahami secara mendalam implikasi burnout terhadap kesehatan fisik dan mental, langkah-langkah preventif dan intervensi dapat diambil untuk mendukung kesejahteraan guru. Ini tidak hanya menjadi penting untuk menjaga kesehatan individu, melainkan juga untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang memberdayakan serta mendukung perkembangan optimal baik bagi guru maupun siswa.

Mencegah dan Mengatasi Burnout pada Guru

Di tengah lingkungan kerja yang seringkali dipenuhi tekanan, peranan dukungan sosial tidak hanya terbatas pada ungkapan empati, melainkan menjadi faktor penentu yang krusial dalam menjaga kesejahteraan mental.

Dalam menghadapi risiko burnout, dukungan sosial bukan hanya penawar bagi isolasi, tetapi juga menjadi benteng utama melawan tekanan pekerjaan. Melalui interaksi positif dengan rekan kerja, keluarga, atau teman, guru dapat merasakan keterhubungan yang membantu mengurangi kesendirian dan memberikan dukungan yang dibutuhkan.

Mengatasi burnout bisa juga dengan membuka ruang untuk ungkapan emosional. Dukungan sosial menjadi tempat yang aman bagi guru untuk berbicara tentang tantangan dan kelelahan yang mereka hadapi. Guru yang merasa diterima dan didengar memiliki peluang lebih besar untuk mengatasi stres dengan lebih efektif, mencegah akumulasi tekanan yang dapat berujung pada burnout.

Dukungan sosial tak hanya menjadi pendukung, melainkan juga pendorong perilaku positif. Melibatkan diri dalam komunitas yang mendukung akan memberikan dorongan tambahan untuk menjaga kesehatan mental dan fisik, melalui kegiatan bersama, seminar, atau kelompok dukungan.

Tak kalah penting mengatasi burnout pada seorang guru adalah adanya dukungan institusional, selain dukungan antarpersonal. Kepemimpinan yang memahami kebutuhan kesejahteraan mental guru, program-program pendukung, dan kebijakan yang mendukung keseimbangan kehidupan kerja dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat.

Dengan memahami dan mempromosikan peran penting dukungan sosial dalam konteks pekerjaan guru, kita dapat membangun dasar yang kokoh untuk melawan stres dan mencegah burnout. Upaya bersama untuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukung dapat membawa dampak positif tidak hanya pada guru, tetapi juga pada kualitas pendidikan secara keseluruhan.


Penyunting: Putra

8

0

Komentar (8)

Megawati Megawati

Dec 11, 2023

Mirip naskahnya sama bornout yang di sebelah, gambar pendukungnya juga. Hanya mirip🙏

IIP RIFAI

Dec 12, 2023

Silakan analisis siapa yang duluan terbit artikelnya..

Balas

Atiek Sandrawati, S.Pd

Nov 28, 2023

Ya Allah.. ketemu temen lama disini. hoho

IIP RIFAI

Dec 12, 2023

Dunia sempit ya

Balas

Cut Ria Akmalia, S.Si

Nov 20, 2023

Mantap, sangat bermanfaat💛🙏👍ke tulisanku juga yuk🙏 saya pemula yang masih coba ikut-ikutan 🙏.

IIP RIFAI

Nov 20, 2023

Terima kasih, sama saya juga masih belajar menulis. Saya juga baru ikutan, pemula...

Balas

Lihat Komentar Lainnya

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Sekolah yang Membahagiakan

Qo'idul Umam

Dec 05, 2023
3 min
Inovasi dan Sinergi Warga Sekolah Penuhi Kebutuhan Belajar Peserta Didik di SMP Islam Al Azhar 26 Yogyakarta
2 min
Menurunkan Ekspektasi: Menyehatkan Mental dari Diri Sendiri

Lulu Fauziah

Dec 04, 2023
2 min
Pentingnya Psikologi Pendidikan untuk Tenaga Pendidik
5 min
Pentingnya Supervisi Guru untuk Meningkatkan Kompetensi
2 min
Guru Wajib Tahu Empat Keterampilan di Era Industri 4.0
3 min

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB

Kursus Webinar