Presiden Jokowi Kaget Tingkat Stres Guru Lebih Tinggi dari Pekerjaan Lain â begitulah cuplikan tajuk utama yang muncul ketika saya mengetik kata kunci âtingkat stres guruâ di mesin penelusuran. Topik ini memang sedang hangat-hangatnya dibicarakan sebab pernyataan tersebut baru saja disampaikan Presiden Jokowi dalam pidato beliau di perayaan Hari Guru Nasional 25 November 2023 lalu. Gambar 1. Hasil Penelurusan Google dengan Kata Kunci âTingkat Stres Guruâ pada tanggal 27 November 2023
Membaca berita tersebut, saya manggut-manggut. Sebagai seorang guru, saya merasa relate dengan hasil survei yang diselenggarakan oleh The RAND Corporation. Meski survei tersebut tidak dilakukan di Indonesia, tetapi realita yang ditemui di sini tak jauh berbeda. Guru rawan mengalami stres. Wirayuda, et al . (2022) menyatakan beberapa faktor penyebab stres diantaranya adalah kompensasi kurang layak, beban kerja, peran ganda, distraksi pekerjaan, dan lingkungan kerja. Faktor-faktor tersebut sering ditemui di lingkungan kerja. Hal itu ditandai dengan beban kerja kompleks masih sering menjadi trending topic obrolan makan siang dengan rekan kerja.
Agar kita dapat memahami lebih dalam tentang kompleksitas beban kerja guru, mari simak ilustrasi berikut ini!
Gambar 2. Beban Mengajar Bu Utami Bu Utami merupakan seorang guru Bahasa Jawa yang memiliki bobot 2 jam pelajaran (JP) tiap minggu. Agar kewajiban mengajar 24 JP terpenuhi, Bu Utami perlu mengampu 12 kelas. Sementara itu, jumlah peserta didik di tiap kelas rata-rata berjumlah 30 orang. Apabila 30 dikalikan 12, maka didapatkan jumlah peserta didik sebanyak 360 orang. Hal ini berarti tiap minggu Bu Utami harus berhadapan dengan 360 peserta didik yang berbeda.
Tak berhenti sampai di situ, 360 peserta didik tentu memiliki karakter beragam. Keberagaman itu memerlukan penanganan yang berbeda pula. Sebagai contoh, peserta didik A dan B menunjukkan permasalahan yang sama yaitu tidak semangat belajar. Ketika ditelusuri lebih lanjut permasalahan tersebut ternyata memiliki penyebab berbeda. Peserta didik A tidak semangat karena ada permasalahan keluarga, sedangkan peserta didik B tidak bersemangat karena mengalami perundungan. Akar permasalahan berbeda ini tentu memiliki solusi yang berbeda pula.
Seakan hal itu masih kurang, guru juga dibebankan tugas administrasi dan tugas tambahan yang menyita waktu, serta pikiran. Belum lagi dihadapkan dengan tingginya ekspektasi masyarakat terhadap profesi guru. Guru harus begini dan begitu. Guru tidak boleh begini dan begitu. Bahkan, hal yang lumrah bagi profesi lain akan menimbulkan tanda tanya jika guru yang melakukan. Sebagai contoh, âLoh, guru kok main tiktok? Gimana siswanya bisa cerdas?â
Selain beban kerja yang kompleks, guru juga masih harus berjuang dengan peperangan lain dalam memenuhi kebutuhan hidup yang layak. Kita tak bisa menutup mata bahwa masih banyak guru yang mendapatkan gaji ala kadarnya. Tidak mengherankan jika profesi mulia ini rentan terhadap stres.
Tingkat stres guru dapat berimbas pada kualitas pembelajaran. Pendidikan yang seyogyanya menuntun peserta didik agar selamat dan bahagia sesuai dengan kodratnya menjadi sulit tercapai. Hal itu dikarenakan guru yang menjadi fasilitator tidak dalam keadaan bahagia. Padahal untuk menciptakan kelas yang bahagia, perlu di awali dari guru yang bahagia.
Menjadi guru bahagia tidak bisa dicapai seorang diri. Semua itu memerlukan dukungan pemerintah, sekolah, wali peserta didik, dan masyarakat. Hal itu karena pendidikan yang mengantarkan peserta didik selamat dan bahagia perlu diwujudkan bersama-sama, bukan hanya guru.
Gambar 3. Kutipan dari Filosofi Teras - Henry Mampiring (2019) Terlepas dari dukungan berbagai pihak, guru juga perlu melakukan upaya untuk menyalakan kebahagian diri. Untuk menjadi juara melawan stres, guru perlu merawat kebahagiaan diri dengan mengelola hal-hal yang bisa dikendalikan. Hal itu selaras dengan pernyataan Mampiring (2019) yang menyampaikan bahwa menurut ajaran stoisisme , kebahagiaan sejati hanya bisa datang dari hal-hal yang di bawah kendali kita. Berikut ini langkah JUARA yang bisa kita kendalikan untuk mewujudkan guru bahagia.
Gambar 4. 4 Langkah Juara Atasi Stres 1. Jujur kepada Diri Sendiri Haemin Sunim dalam bukunya The Things You Can See Only When You Slow Down mengatakan bahwa ketika seseorang menyadari emosi negatif dalam diri hal itu berarti orang tersebut sudah separuh jalan dalam mengelola emosi negatifnya. Inilah yang disebut praktik mindfulness . Sebagai guru kita harus jujur tentang emosi yang sedang dirasakan. Apabila kita sedih, maka sadarilah bahwa kita memang sedih. Apabila kita lelah, sadarilah bahwa kita memang lelah. Kesadaran penuh itu akan membantu kita untuk menemukan solusi dalam menghadapi tantangan. Hal ini penting dipraktikkan untuk menjaga kewarasan.
Yuk jujur pada diri! Guru memang tangguh, tetapi bukan berarti tidak boleh lelah.
2. Alokasikan Waktu untuk Berbagi Setelah menyadari keadaan diri, kita bisa berbagi cerita dengan rekan kerja atau orang yang dipercaya. Meski permasalahan tak langsung tuntas, bercerita dapat menjadi alternatif solusi untuk menguraikan keruwetan isi pikiran. Melalui cerita, kitab bisa melihat tantangan yang ada dari beragam sudut pandang. Hal itu akan membuat kita lebih tenang dalam menghadapi keadaan.
Jika bercerita ke orang lain tidak memungkinkan, cobalah untuk mencurahkan pikiran lewat tulisan. Hal itu dapat membantu kita mengidentifikasi hal-hal apa yang mengganggu kita dan menentukan langkah terbaik untuk mengatasinya.
3. Rayakan Diri Tidak perlu menunggu hari guru untuk merayakan keberadaan kita. Perayaan ini tidak harus sesuatu yang mewah bertabur hadiah ataupun kue tart . Lakukan hal-hal kecil yang membuat bahagia setiap harinya. Beberapa alternatif perayaan yang bisa lakukan:
istirahat yang cukup, mengonsumsi makanan sehat, berolahraga teratur, meluangkan waktu untuk hobi, mendengarkan musik favorit, berjalan-jalan, atau menulis jurnal Apapun itu, luangkan waktu sejenak untuk merayakan keberadaan kita sebagai guru atau setidaknya keberadaan kita sebagai manusia biasa. Melakukan hal-hal yang kita suka. Hal itu dapat memulihkan tenaga dan semangat kita dalam mendidik anak bangsa.
4. Atur Waktu dan Energi Ketika melakukan pekerjaan, hilang arah dan tidak fokus dapat adalah musuh besar. Kesulitan dalam mengelola pekerjaan dapat menyebabkan pekerjaan menumpuk dan terbengkalai. Jika berlangsung dalam jangka lama akan memicu stres dan kelelahan. Guna mencegah hal itu terjadi, kita bisa menerapkan manajemen waktu dan energi yang baik.
Salah satu tips manajemen waktu yang bisa kita gunakan adalah The Eisenhower Matrix. Lebih lengkapnya dapat diperhatikan pada ilustrasi berikut.
Gambar 5. The Eisenhowe Matrix Dikutip dari asana.com, kita dapat mengelompokkan kegiatan kita menjadi empat kategori, antara lain sebagai berikut.
a. Penting dan Mendesak Lakukan segera tugas mendesak yang memiliki konsekuensi jelas apabila tidak kita lakukan segera.
b. Penting dan Tidak Mendesak Jadwalkan lain waktu tugas penting yang tidak mendesak. Lakukan setelah kita menyelesaikan tugas penting dan mendesak.
c. Tidak Penting dan Mendesak Delegasikan tugas kepada orang lain. Tugas-tugas ini biasanya dapat diselesaikan tanpa kehadiran kita.
d. Tidak Penting dan Tidak Mendesak Jangan ragu untuk menghapus gangguan tidak penting dan tidak mendesak ini.
Gambar 6. Mengatur Skala Prioritas Selain menggunakan The Eisenhower Matrix, kita juga dapat mengatur skala prioritas dengan strategi berikut.
a. Memberikan kode warna berbeda berdasarkan tingkat urgensi.
b. Membuat to-do list.
c. Membatasi pekerjaan tiap hari, sedikit tapi maksimal
d. Setelah membuat to-do list, bacalah kembali. Jangan ragu elimasi tugas-tugas tidak penting.
Menerapkan manajemen waktu yang baik dapat membuat kita lebih fokus dalam melakukan pekerjaan. Tingkat stres dapat berkurang karena pekerjaan berjalan dengan efektif dan efisien.
Berprofesi sebagai guru memang rawan diintai stres. Oleh karena itu, sebagai guru kita tak boleh hanya diam dan menunggu permasalahan beres. Mari terapkan langkah JUARA setiap harinya, semoga cita-cita mewujudkan pendidikan yang menuntun siswa menuju selamat dan bahagia berjalan sukses. Salam semangat guru bahagia!
Referensi
Mampiring, Henry. 2019. Filosofi Teras . Jakarta: PT Kompas Media Nusantara RAND Coorporate. 2022. Teacher and Principal Stress Running at Twice the Rate of General Working Public, Hindering Pandemic Recovery . Diakses di https://www.rand.org/news/press/2022/06/15.html pada tanggal 27 November 2023. Sunim, Haemin. 2012. The Things You Can See Only When You Slow Down. UK: Penguin Random House. Tim Asana. 2022. Matriks Eisenhower: Cara Memprioritaskan Daftar Tugas . Diakses di https://asana.com/id/resources/eisenhower-matrix pada tanggal 27 November 2023 Wirayuda, A., M. Nuwahidin, dan Sudjarwo. 2022. Stress Kerja dan Koping Pada Guru : A Systematic Literature Review. Jurnal Ilmiah Hospitality 11 (2) diakses di https://stp-mataram.e-journal.id/JIH pada tanggal 27 November 2023 Penyunting: Putra