JADILAH GURU BAHAGIA
Guru, profesi mulia yang diidolakan murid di era tahun 90-an dan tahun – tahun sebelumnya, profesi guru juga memiliki status sosial yang istimewa di masyarakat. Apalagi pada tahun 2005 pemerintah mengeluarkan program sertifikasi guru yang harapannya salah satunya meningkatkan kesejahteraan guru agar hidupnya lebih bahagia, yang pada akhirinya dapat meningkatkan profesionalismenya dalam bekerja. Saat ini fakta berbicara lain, menurut sebuah lembaga riset internasional, Rand Corporation tahun 2022 menunjukkan bahwa tingkat stres guru itu lebih tinggi dari pekerjaan yang lain. ini menjadi paradoks mengapa hal ini bisa terjadi? dan jika hal ini tidak dicari solusinya akan sangat berbahaya terhadap kondisi mental guru itu sendiri juga berbahaya terhadap proses pendidikan, karena kondisi stres pada guru juga akan berdampak bagi muridnya. Menurut McLean dalam jurnal Child Development tahun 2015, stres pada guru bisa menyebabkan lingkungan kelas jadi kurang kondusif. Akibatnya motivasi belajar siswa menurun karena sulit memahami materi pelajaran yang disampaikan.
Dengan adanya sertifikasi, minimnya gaji bukan lagi menjadi faktor utama yang menjadi pemicu guru menjadi stres, masih banyak faktor yang menyebabkan guru mengalami stres, diantaranya perilaku buruk siswa, praktik kepemimpinan kepala sekolah yang tidak sesuai, kurangnya dukungan rekan kerja, tuntutan pekerjaan yang begitu banyak, kondisi pekerjaan yang kurang baik, dan perubahan kebijakan pendidikan. Dari beberapa faktor yang menjadi penyebab stres guru perlu ada sinergi bersama antara guru itu sendiri, rekan kerja tim sekolah, kepala sekolah maupun pemerintah dalam hal ini sebagai pembuat kebijakan.
Di zaman yang mengalami perkembangan dan perubahan yang begitu pesat sekarang ini, seorang guru juga harus mampu mengikuti perkembangan zaman, Menjadi pembelajar sepanjang hayat, ini yang perlu guru lakukan, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual dan meningkatkan kematangan emosi. Dengan kecerdasan seorang guru diharapkan dapat mengelola emosi dalam dirinya agar tetap tenang mengadapi berbagai permasalahan. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual dan emosi yang baik akan lebih tenang, tidak mudah putus asa dan selalu punya harapan yang positif juga dapat menyesuaikan dengan perubahan pola pikir dan gaya belajar siswa.
Tuntutan kerja yang sangat banyak, juga menjadi faktor tingginya tingkat stres guru, banyak kita temui selain tugas pembelajaran guru juga melakukan pekerjaan administrasi seperti membuat laporan BOS, menjadi operator dapodik, operator aset, belum lagi tugas administrasi intern sekolah. Harusnya guru fokus pada proses pembelajarannya, mulai dari membuat rencana, melaksanakan pembelajaran, Asessesmen, melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang ia telah lakukan untuk melakukan perbaikan pembelajaran kedepan. Jika siklus dilakukan konsisten dengan dukungan supervisi yang benar dari kepala sekolah, supervisi yang bertujuan untuk membina bukan menilai maka proses pembelajaran akan terus membaik dari waktu kewaktu, gurupun akan merasa nyaman dan puas dengan capaiannya.
Pemerintah dengan kurikulum merdekanaya sudah mempunyai spirit yang sangat bagus, mencoba membumikan lagi filosofi ki Hajar Dewantara yang menjelaskan bahwa tujuan pendidikan pada akhirnya demi keselamatan dan kebahagiaan murid. Kebahagiaan murid tidak dapat tercapai jika gurunya sendiri tidak bahagia, karena hanya orang bahagialah yang bisa memebahagiakan orang lain. Jadilah guru yang Bahagia
Penyunting: Putra