Dewasa ini, kita banyak sekali disodori permasalahan yang dialami oleh guru. Mulai dari permasalahan beban kerja hingga permasalahan yang bersumber dari intern guru itu sendiri. Hal ini pun memicu dampak yang kurang baik bagi guru, terutama dalam hal kesehatan mental guru. Menurut WHO, kesehatan mental adalah kondisi sejahtera seseorang, ketika seseorang menyadari kemampuan dirinya, mampu untuk mengelola stres yang dimiliki serta beradaptasi dengan baik, dapat bekerja secara produktif, dan berkontribusi untuk lingkungannya. Menurut beberapa sumber lain, kesehatan mental adalah kesehatan yang berkaitan dengan kondisi emosi, kejiwaan, dan psikis seseorang. Jadi, guru yang memiliki kesehatan mental tentu ia memiliki kondisi emosional yang baik, mampu mengelola stres dengan baik, sehingga dapat bekerja secara produktif dan maksimal, terutama dalam hal mendidik dan mengajar.
Kita tahu bahwa guru merupakan fasilitator dan motivator dalam pembelajaran. Kualitas dan efektivitas pembelajaran sangat ditentukan oleh peran guru yaitu bagaimana seorang guru dapat mengelola pembelajaran dengan baik tentunya dengan mengedepankan profesionalitas dalam memberikan pendidikan yang berpihak pada murid. Nah, terkadang seorang guru mengalami hal-hal yang membuat dirinya merasa tertekan karena banyaknya tuntutan pekerjaan seperti administrasi, tugas tambahan guru yang mengharuskan selesai tepat waktu sesuai deadline yang singkat dan mendadak, belum lagi permasalahan yang dialami murid di kelas dan lingkungan kerja yang toxic. Di samping itu, tidak bisa dipungkiri bahwa guru juga menjalankan peran sebagai anggota keluarga yang terkadang juga banyak permasalahan yang dihadapi selain permasalahan pekerjaan di sekolah.
Melihat permasalahan tersebut, agaknya guru harus benar-benar paham akan kondisi dirinya serta memiliki kemampuan mengontrol diri, baik secara fisik mapun psikis. Apabila kesehatan mental seorang guru terganggu, tentu akan menghambat pula terhadap tugas dan tanggung jawabnya di kelas. Hal ini biasanya ditandai dengan guru sulit untuk fokus ataupun kurang semangat di dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk anak didiknya. Akhirnya, murid menjadi tidak maksimal dalam belajarnya atau bahkan menjadi dampak emosi yang tak terkendali dari seorang guru yang kesehatan mentalnya terganggu. Padahal, esensi tujuan pendidikan dan pembelajaran menurut Ki Hajar Dewantara yaitu menuntun murid untuk dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Maka, dalam ini sangat diperlukan guru yang senantiasa menuntun dan membimbing murid untuk mencapai tujuannya, memberikan keteladanan yang baik, memberikan pendidikan yang berpihak pada murid, dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.
Ada beberapa cara agar guru memiliki kesehatan mental yang baik di antaranya:
1) Mengelola waktu secara efektif
Apabila setiap pekerjaan atau urusan guru terorganisir dengan baik, maka dapat mengurangi tingkat stres yang dialami.
2) Menjaga hubungan baik di tempat kerja atau rumah
Berada di lingkungan yang bahagia dan dikelilingi orang-orang yang membagikan energi positif (tidak toxic) akan membantu seorang guru mengurangi stres. Jadi, guru harus selalu menjaga hubungan di sekelilingnya dan tidak ragu untuk meminta bantuan apabila mengalami kesulitan; dan
3) Menerapkan gaya hidup sehat
Cara hidup sehat seperti olahraga, konsumsi makanan yang sehat, istirahat cukup hingga meditasi dapat meningkatkan kondisi kesehatan mental.
Guru yang sehat mental adalah cerminan guru yang bahagia sehingga mampu menggerakkan murid dengan suasana yang bahagia pula. Guru yang sehat mental merupakan harapan penting dalam menciptakan pembelajaran yang berkualitas agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Salam bahagia untuk semua guru di Indonesia!
Penyunting: Putra