Dalam melaksanakan kewajibannya di sekolah, seseorang yang telah mendapat predikat guru dalam dirinya tentu menemui berbagai tantangan dan dinamika pada lingkungannya. Sikap peserta didik yang belum mencerminkan sebagai seorang siswa yang sesuai dengan tujuan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, yaitu membentuk budi pekerti yang halus, meningkatkan kecerdasan otak dan mendapatkan kesehatan badan; menjadi salah satu dari sekian banyak persoalan yang di hadapi oleh para guru di sekolah. Belum lagi ketika mereka mendapatkan pimpinan yang selalu berganti seiring berjalannya waktu, menjadi faktor lain yang mungkin dapat memicu kesehatan mental seorang guru menjadi tidak stabil. Rasa tertekan, tidak bebas mengungkapkan pendapat di muka umum, hingga dalam proses penilaian siswa yang kurang objektif adalah sebagian dampak yang dialami oleh guru terhadap kesehatan mental yang mereka milik. Kesehatan mental guru sangat menentukan kualitas dan kemampuan guru dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai pengajar dan pendidik.” Permasalahan dan gangguan yang sering ditemukan pada guru antara lain adalah stres, burnout, kepuasan kerja yang rendah, ketidakhadiran, hingga keinginan yang tinggi untuk berhenti mengajar".
Banyak kasus yang sering terjadi khususnya ditempat tugas saya mengajar diderah sulawesi masuk kategori Daerah 3T yang memiliki tunjangan khusus 1x Gaji, tapi disebabkan mental jasmani dan runaninya yang kurang baik akhirnya dimanfaatkan datang kesekolah bukan niat mengajar tapi untuk mengejar tunjangan khusus sehingga bardampak malasnya untuk menjalankan tugasnya sebagai guru ASN mengajar dan mendidik anak siswanya padahal mereka tau itu adalah kewajibannya yang ia harus tunaikan setiap hari tanpa bermalas-malasan. Inilah perlu direnungkan kebanyakan dari mereka mengabdikan dirinya ditempat 3T bukan karna lillahi taala tapi untuk mengejar harta tunjangan khusus yang sifatnya sementara, pada itu ia akan tinggalkan dan akan dimintai pertanggung jawabannya dihadapan Allah SWT di hari Kiamat kelak, maka guru perlu ada pembekalan iman diwujudkan dalam diri-diri mereka agar memiliki kesehatan mental jasmani dan rohani yang baik.
Menurut WHO, kesehatan mental adalah kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar. Sederhananya, individu dapat bekerja secara produktif dan menghasilkan serta berperan di lingkungannya. Dengan begitu dapat dipahami bahwa ketika individu berada di luar definisi di atas maka dimungkinkan seseorang memiliki kelainan atau yang disebut dengan gangguan jiwa. Ketika seseorang mengalami gangguan, seseorang akan mengalami kesulitan mengenai persepsinya mengenai kehidupan, hubungan dengan orang lain, dan sikapnya terhadap dirinya sendiri. Sementara itu, kesehatan mental menurut Islam adalah suatu kemampuan individu dalam mengelola fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian dengan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan.
Menurut Dr. Jalaludin dalam bukunya Psikologi Agama menyebut, bahwa kesehatan mental adalah kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman, tentram, dan uoaya untuk menemukan ketenangan batin. Sedangkan, Imam Al-Ghazali meyakini manusia sebagai makhluk jasmani-rohani dan aspek ruhiyah yang merupakan sebuah hakekat nyata. Dalam Alquran, banyak surat yang menjelaskan tentang kesehatan. Alquran menyebut bahwa ketenangan jiwa bisa dicapai dengan berzikir kepada Allah SWT. Ketakwaan dan sikap yang baik merupakan salah satu metode efektif untuk mencegah rasa takut dan rasa sedih.
Cara mencegah gangguan mental tergantung dengan penyakit yang diderita. Namun, ada beberapa cara paling umum untuk tetap menjaga kesehatan mental dalam Islam, di antaranya:
Menjaga Salat
Cara menjaga kesehatan mental dalam Islam yang pertama, yaitu menjalankan ibadah salat. Ibadah ini memiliki menfaat besar untuk membuat hati menjadi lebih tenang dalam Islam. Selain itu, salat juga memiliki tujuan gara seseorang lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Zikir
Zikir juga menjadi cara menjaga kesehatan mental menurut Islam. Zikir merupakan aktivitas umat muslim untuk menyebut nama Allah SWT. Setiap muslim dianjurkan untuk selalu mengingat Allah dengan cara berzikir. Selain untuk memuja kebesaran Allah SWT, berzikir juga dapat membuat hati dan pikiran seseorang menjadi lebih tenang.
Zikir merupakan salah satu terapi psikiatrik yang efektif diterapkan pada jiwa manusia. Dengan memperbanyak bacaan zikir, hati seseorang akan lebih tenang dan terhindar dari depresi dan gangguan mental lainnya.
Berdoa agar Lebih Tenang
Cara menjaga kesehatan mental menurut Islam dianjurkan untuk terus mengingat Allah SWT. Berdoa dan meminta pada Sang Pencipta. Selain itu, juga dapat dengan membaca doa di bawah ini yang termuat dalam Alquran surat Ar Rad, ayat 28.
"Alladziina aamanuu watathmainnu quluubuhum bi dzikrillaahi alaa bi dzikrillaahi tathmainnul quluubu."
Artinya:" (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram."
Selalu Bersyukur
Sudah kita ketahui bersama bahwa manusia di dunia tentu tidak akan pernah lepas dari permasalahan hidup. Hampir dapat dipastikan setiap orang memiliki masalahnya sendiri-sendiri. Hal inilah yang kemudian harus disadari bahwa kita tidak hidup sendiri dan masih banyak orang di luar sana yang mengalami masalah lebih besar.
Salah satu puncak kebahagiaan ialah ketika seseorang mampu bersyukur dengan apa yang dimiliki. Selalu percaya bahwa semua masalah yang kita hadapi sekarang adalah upaya mendewasakan diri agar ke depan dapat menjadi pribadi yang lebih baik. Selain itu, masih banyak hal di dunia ini yang patut kita syukuri seperti memiliki sahabat, keluarga, dan pekerjaan.
Penyunting: Putra