â*Dokumentasi kegiatan P5 Kurikulum Merdeka, SMP Islam Al-Azhar BSD
Sejak Kementrian Pendidikan, kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) âmenetapkan Kurikulm Merdeka sebagai kurikulum nasional pada tahun 2022, maka secara âtidak langsung pola dan gaya pendidikan mulai beralih dari sistem konvensional menjadi âstudent centered learning (SCL). â
Pada penerapan pola pembelajaran SCL, faktor eksternal utama yang mempengaruhi tinggi ârendahnya hasil belajar siswa adalah peran seorang guru. Jack Ma, dalam World Economic âForum menyatakan bahwa âPendidikan sedang menghadapi tantangan besar yaitu, âpersaingan antara kecerdasan manusia dan Artificial Intelligence aatau kecerdasan buatan. (Dikutip dari https://www.google.com/amp/s/www.liputan6.com/amp/3238241/jack-ma-ubah-pendidikan-agar-bersaing-dengan-robot)
âBerdasarkan hal diatas, guru dan orangtua harus mampu berkolaborasi untuk mengajarkan sesuatu yang âtidak dimiliki oleh AI seperti kecakapan sosial; yaitu kepercayaan, kerjasama, dan âmemiliki rasa peduliâ.â
Menurut prinsip dasar pendidikan, guru adalah role model sekaligus âfasilitator belajar. Seorang guru âdiharapkan mampu menciptakan keseimbangan pembelajaran guna meningkatkan âkecerdasan peserta didik baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dengan âdemikian, setiap guru perlu memahami bahwa proses pendidikan bukan sekedar âmentransfer ilmu pengetahuan. Lebih dari itu, sesuai dengan semboyan Bapak pendidikan âIndonesia, Ki Hajar Dewantara dengan semboyan Ing ngarso sung tulodo; Ing madyo âmangun karsa; dan Tut wuri handayani.â
Pada sisi lain, penunjang utama keberhasilan seorang guru dalam proses pendidikan âadalah kesehatan mental sang guru itu sendiri. Perhatikan pola berikut!
Melalui pembahasan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa kesehatan mental âguru secara langsung berdampak pada tinggi rendahnya hasil belajar peserta didik. Dengan âpola pikir yang jernih, seorang guru dapat menghasilkan metode pengajaran yang atraktif, âinovatif, dan kreatif, sehingga terjadi hubungan timbal balik dan komunikasi dua âarah yang baik antara guru dengan peserta didik. â Hal ini disebabkan karena kesehatan mental berpengaruh dalam membentuk gelombang otak alfa.
Gelombang otak alfa adalah kondisi dimana saraf otak mencapai titik releksasi atau ketenangan. Gelombang ini biasanya terjadi saat menjelang tidur. Caroline Di Bernardi Luft, Ph.D., dari The Queen Mary University of London, UK, dalam sebuah penelitan menyatakan bahwa aktivitas gelombang otak alfa memiliki korelasi terbaik untuk menciptakan gagasan yang cemerlang. (Dikutip dari https://www.medicalnewstoday.com/articles/323956)
Dan kondisi terbaik untuk mencapai gelombang otak alfa adalah dalam kondisi sehat mental.
Berikut adalah beberapa tips unik untuk mencapai gelombang otak alfa guna mendukung kesehatan mental guru dari segi âinternal:â
â1.â Mengurangi ekspetasi lebih Setiap tenaga pendidik memiliki beban kerja yang diberikan oleh unit sekolah âmasing-masing. Maka pastikan saat diri kita menjadi seorang guru, kita sudah âmenyiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan tugas yang akan diberikan âkemudian hari. Hal ini bertujuan agar mengurangi rasa kecewa dalam diri kita, jika âterjadi suatu hal diluar keinginan
â2.â Memelihara elaborasi antar warga sekolah Pentingnya menjaga komunikasi dua arah, tidak hanya antar guru dan peserta âdidik. Hubungan timbal balik ini juga harus terjadi antar guru dengan teman âsejawat. Hal ini bertujuan agar menciptakan rasa kekeluargan yang lebih erat, âsehingga seorang guru dapat saling membantu serta memahami kondisi orang lain.
3.â Berpikir positif Langkah awal metode ini dapat dilakukan dengan stimulasi otak kanan. Hal ini âdapat berupa mengucapkan kalimat positif kepada diri sendiri setiap hari nya. Seperti pepatah kuno menyatakan "Ucapan adalah sebagian dari do'a dan harapan".
Sedangkan, faktor pendukung eskternal utama yang dapat dilakukan sekolah adalah
1. Membuat jadwal konseling khusus guru Penjadwalan âbimbingan konseling antara Guru dan BK secara khusus dan bergilir, akan memberikan rasa lebih dihargai pada setiap, kesempatan ini juga akan memberikan ruang kepadkepada seorang guru untuuntuk mengenal dirinya lebih baik, sehingga dapat menumbuhkan hormon endorpin yang membuat guru merasa lebih bahagia dan tenang
2. Memberikan waktu sharing season antar teman sejawat Hal ini bertujuan agar terjadi komunikasi silang antara guru muda dengan guru tingkat madya. Pengalaman yang dimiliki oleh guru tingkat madya tentu dapat menjadi pedoman yang dapat diimplementasikan dalam mengatasi suatu problematika dimasa mendatang, sehingga hal ini membuat guru muda lebih terarah dan mengurangi tingkat kepanikan dalam mengatasi suatu masalah yang dapat menimbulkan rasa stres berlebih.
Pelan namun pasti. Pada akhirnya, fasilitas sederhana ini tentu akan berdampak besar pada lingkungan sekolah. Meningkatnya kesejahteraan kesehatan mental guru. Tercapainya tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar berjalan lancar.
Oleh karena itu, kesehatan mental merupakan bagian integral yang harus diperhatikan bersama.
Demikian hal yang dapat penulis sampaikan. Semoga bermanfaat!!!â
Penyunting: Putra