PREVENTIF MENTAL BLOCK : MENGUPAS STIGMA MENJADI GURU ONLINE - Guruinovatif.id

Diterbitkan 05 Des 2023

PREVENTIF MENTAL BLOCK : MENGUPAS STIGMA MENJADI GURU ONLINE

Konsekuensi terkecil dari Stigma biasanya timbul stress, kecemasan, dan ketakutan. Hal ini sering dirasakan dan bahkan terlihat dari sikap yang secara praktek terjadi dalam sistem pendidikan. Pendidikan yang menjadi wahana pembentukan kepribadian serta karakter seseorang justru menjadi objek sasaran

Seputar Guru

Suci Intan Maulia., S.Sn., M.Sn.

Kunjungi Profile
469x
Bagikan

Konsekuensi terkecil dari stigma biasanya timbul stress, kecemasan, dan ketakutan. Hal ini sering dirasakan dan bahkan terlihat dari sikap yang secara praktek terjadi dalam sistem pendidikan. Pendidikan yang menjadi wahana pembentukan kepribadian serta karakter seseorang justru menjadi objek sasaran. Guru ‘Online’ begitulah julukan yang disandang selama proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) di masa Pandemi Covid-19. Banyak Guru merasa terganggu karena adanya stigma-stigma negatif yang beragam, salah satu pernyataan yang kerap muncul adalah: “Makan Gaji Buta”. Guru sebenarnya tidak menginginkan pembelajaran Online, Guru juga dipaksa secepat mungkin beradaptasi dengan sistem pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, yang nyatanya tidak semua Guru memiliki kemampuan untuk mengoperasikannya. Stigma yang menyudutkan Guru semakin meresahkan dunia pendidikan di masa itu, banyaknya kendala serta masalah yang tidak dapat diukur sejauh mana. Belum lagi, Guru harus memastikan akses intenet tidak terganggu, sinyal siswa-siswi yang stabil, bahkan Guru harus menerima beragam drama yang dibuat para siswa-siswi untuk memanipulasinya, penundaan dan mengabaikan tugas sudah menjadi toleransi. Guru terus berinovasi dalam menciptakan metode pembelajaran agar siswa-siswi tidak merasa bosan dalam memahami materi yang diberikan. Sungguh tidak dapat didefenisikan sebanyak apa kendala menjadi Guru ‘Online’ saat itu, masih pantaskah stigma “Guru Makan Gaji Buta” dipublikasikan. Taukah Kalian ?.. Guru diselimuti keterbatasan yang menjadikan situasi Pandemi untuk mengetes mental tidak menyerah, karena bagi Guru: inilah tantangan didunia pendidikan. Bahkan ada jutaan kisah perjuangan Guru dalam mengajar siswa-siswi dimasa Pandemi, peristiwa ini akan menjadi sejarah baru bagi Guru. 

Studi kasus: Guru-guru MAN 1 Muaro Jambi pernah menghadapi kesulitan semacam ini, hampir rata-rata siswa-siswi tinggal pada zona terpencil yang jauh dari sinyal. Hal ini menyebabkan keterlambatan dalam pemberian materi, hingga seluruh Guru harus menyiapkan 2 bentuk metode ajar. Penggunaan metode belajar campur (memadukan kelas online dan offline) selama pandemi justru menciptakan kecemasan dibenak Guru. Permasalahan ini sangat mempengaruhi dan menurunkan mental Guru, mereka harus kehilangan waktu istirahat karena menyiapkan beragam bahan ajar, dituntut aktif mengikuti kegiatan webinar, penggunaan aplikasi absensi online dengan titik koordinasi pasti, mengoreksi/menilai tugas-tugas diluar jam kerja, bahkan harus berkomunikasi lebih dari 22 jam untuk merespon keluhan siswa-siswi di grup kelas online, dan harus aktif berinteraksi sesama teman sejawat untuk meningkatkan pengajaran. Peristiwa ini melekat dalam pikiran, hingga kesehatan mental Guru menjadi  urgensi dan sangat perlu diperhatikan. 2021 saya mulai bergabung menjadi Guru Honorer di MAN 1 Muaro Jambi, dalam beberapa bulan dapat terdektesi sebagian Guru mengalami gejala Mental Block, seperti: (1) Suka Mengeluh, (2) Tidak mau mengambil resiko, (3) Ragu akan kemampuan yang dimiliki (kesulitan menyelesaikan pekerjaan), (4) Cemas berlebihan, dan sebagainya. Ada beberapa ragam permasalahan  yang ternyata tidak disadari Guru, bahwa mereka memiliki ciri-ciri tersebut. Antonius Arif mengatakan: Mental Block adalah perasaan atau pikiran yang menghentikan kamu untuk melanjutkan atau menyelesaikan tugas. Hal ini sering menghambat produktivitas dan biasanya muncul ketika merasa cemas atau terlalu terbebani (Antonius Arif: 2012). Itu artinya, Mental Block memungkinkan adanya penolakan pada otak yang mana tubuh bereaksi namun otak sebaliknya. Beberapa faktor ini disebabkan karena kurangnya istirahat serta lingkungan tidak kondusif dan tidak fokus hingga menganggu pikirannya. Menurut Glading Samuel. T , secara teori penangganan Mental Block dapat diatasi dengan beberapa cara: (1) Terapi Kognitif, menggunakan pendekatan aktif, direktif, terikat waktu, dan terstruktur, yang menekannkan pada pengenalan dan pengubahan jalan pikiran negatif dan keyakinan yang salah adaptasi. (2) Terapi Ego State, merupakan terapi emosional yang sangat luar biasa dilakukan secara sadar dengan bantuan imajinasi. (3) Terapi Rasional Emotif, yang menekankan pikiran-pikiran alam bawah sadar yang telah terprogram  (Glading Samuel. T, 2012). 

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan Preventif Mental Block dapat diimplementasikan dengan cara: (1) Istirahat yang cukup; rutinitas ini dilakukan untuk memulihkan tenaga saat beraktivitas kembali. (2) Mengontrol diri dan fokus; mulai berlatih menyelaraskan pikiran dan tubuh. (3) Tuntaskan tugas yang terkecil; dengan tidak menunda tugas, agar tidak binggung saat pengerjaannya, mulailah membuat daftar tugas. (4) Kondisikan keadaan sekitarmu; lingkungan sekitar akan berpengaruh pada suasana hati dan berhubungan baiklah sesama rekan kerja. Pada dasarnya Mental Block sangat berpengaruh pada pembentukkan karakter diri, oleh sebabnya cara-cara tersebut dapat menjadi alternatif untuk mengatasi Mental Block agar terjadi pada diri. Bagi para Guru yang merasakan gejala Mental Block, mulailah untuk merefleksikan diri, mengkondisikan jiwa dan rohani dalam keadaan sehat, agar perkataan yang muncul dapat membawa dampak positif bagi diri kita sendiri. Karena sejatinya kesehatan mental Guru sangat menentukan kualitas siswa-siswi di masa depan.

Pandemi memang telah usai tapi kerja Guru belum selesai, Pandemi yang akhirnya mengedukasi secara sadar betapa pentingnya beradaptasi di Era Digital. Ini bukan hanya sebuah ramalan, tapi sebuah persiapan untuk menghadapi tantangan zaman. Sebuah era yang mengandalkan teknologi sebagai kebutuhan masa kini, serta pesatnya perkembangan ini membuka peluang bagi para Guru untuk terus meningkatkan kreativitas dan produktivitas. Pemanfaatan serta penerapan yang menjadi pembiasaan baru bagi para Guru, tampaknya bukan sekedar alternatif, tapi guru harus mampu mengikuti perkembangan pelayanan informasi pendidikan yang lebih baik. Mewujudkan sekolah masa depan, lebih cepat, lebih pintar maka dibutuhkan pendidik yang sehat mental. 

Penulis : Suci Intan Maulia., S.Sn., M.Sn.

SUMBER REFERENSI :

Antonius Arif. 2012. Rahasia Menghancurkan Mental Block. TITIK MEDIA

Glading, Samuel. T. 2012. Konseling Profesi yang menyeluruh. Indeks: Jakarta


Penyunting: Putra

0

0

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Ilustrasi Kesehatan Mental Pengajar SMK di Indonesia 2023 (Kurikulum Merdeka)

Aman Maathoba

Dec 01, 2023
2 min
Mental Guru Harus Sehat
8 Tips Persiapan Masuk Sekolah untuk Guru
3 min
Guru Inovatif Mengajar Sepenuh Hati

MARIA ULFA, S.PD

Sep 10, 2023
2 min
Pentingnya Kesehatan Mental Guru

yunita ariyastuti

Dec 04, 2023
2 min
Guruku Sayang, Guruku ( Tak ) Malang
2 min

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB

Kursus Webinar