HARMONI HIDUP – HARMONI PIKIRAN:
Kepaduan Kebermaknaan Hidup dan Kesehatan Mental Guru untuk
Pendidikan yang bermutu
Esterlina, M.Pd.
Pendidikan tidak hanya mencakup pada pengajaran, tetapi berkaitan erat dengan keseimbangan hidup seorang guru sebagai makhluk yang berdimensi jasmani dan rohani. Kesehatan rohani adalah kesehatan mental yang mencakup emosional, psikologis, dan social. Kesehatan mental ini sering terlupakan karena banyaknya tugas, tuntutan kompetensi dan tanggung jawab seorang guru. Kesehatan mental ini berkaitan erat dengan cara berpikir, merasa, dan bertindak yang berfokus pada aspek keseimbangan hidup, koneksi emosional, dan penerapan praktik kesehatan mental dalam rutinitas sehari-hari. Untuk dapat menjalankan fungsi seseorang guru dalam mendidik dan mengajar siswa, kesehatan mental adalah essensi utama untuk dapat berinteraksi sosial dan menjalankan tanggung jawab guru.
Profesi guru menjadi sangat penting terutama untuk kemajuan pendidikan dari generasi ke generasi. Guru tidak hanya memiliki tanggung jawab sebagai pendidik tapi juga penting bagi guru untuk memperhatikan kesehatan mental dan memiliki keseimbangan serta kebermaknaan hidup. Hal ini menjadi penting karena Guru bukan hanya sekedar profesi tetapi juga menjadi sosok yang harus bisa dipercaya dan ditiru oleh muridnya pada filosofi Bahasa Jawa, dimana 'guru' diartikan sebagai 'DIGUGU dan DITIRU'. Mengingat tanggung jawab Guru yang kompleks mengindikasikan keseimbangan dan kebermaknaan hidup bagi seorang guru sangat diperlukan.
Keseimbangan Hidup sebagai Fondasi Kesehatan Mental
Essensi keseimbangan antara pekerjaan dan kesehatan mental guru menjadi permasalahan mendasar yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Profesi guru memerlukan dedikasi dan komitmen yang tinggi. Seorang guru tidak hanya aktif dalam pembelajaran di kelas, tetapi juga terlibat dalam perencanaan pembelajaran, evaluasi, dan kerja sama dengan rekan keja dan orangtua siswa untuk mencapai capaian pembelajaran yang diharapkan. Keberhasilan pembelajaran yang dirancang seorang guru sering diukur oleh kemajuan secara akademis dan perkembangan kepribadian siswa. Tingginya harapan pada capaian pembelajaran, beban administrasi, peningkatan kompetensi guru dan integrasi dengan teknologi secara tidak langsung memberikan dampak nyata pada penurunan kesehatan mental guru. Bagaimana guru dapat berada pada kondisi prima secara mental ditengah tanggung jawab menjadi pertanyaan mendasar baru-baru ini.
Keseimbangan hidup yaitu keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan guru didukung oleh harmoni pikiran. Hal ini sangat penting karena berdampak langsung pada kualitas pengajaran, produktivitas, dan kehidupan pribadi guru itu sendiri. Seorang guru yang memiliki keharmonian pikiran akan memiliki keseimbangan dalam hidup. Keseimbangan ini dapat dicapai dengan tiga langkah sederhana yaitu merencanakan waktu dengan bijak, menetapkan batasan yang sehat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, serta menemukan kegiatan yang memberikan atmosfer atau suasana positif di luar lingkungan sekolah.
Masyarakat Jepang terkenal dengan etos kerja yang tinggi yaitu budaya gila kerja. Hasil survei World Happiness Report 2023 dari data Gallup World Poll mencakup 137 negara dengan fokus utama penilaiannya adalah skor kesejahteraan subjektif yang meliputi evaluasi kehidupan, emosi positif, dan emosi negatif tiap penduduk. Jepang berada pada peringkat 47. Sementara, berdasarkan hasil survei serupa menempatkan Indonesia pada peringkat 84 dari 137 negara pada indeks kebahagiaan.
Apa yang menyebabkan dengan budaya gila kerja masyarakat Jepang tersebut Jepang berada pada peringkat 47 dari 137 negara? Ternyata ada sebuah Filosofi hidup yang diterapkan oleh masyarakat Jepang yang menarik untuk ditiru filosofi hidup itu adalah Ikigai. Ikigai merupakan istilah dari bahasa Jepang yang dikenal sebagai konsep yang menggambarkan nilai kegembiraan dan makna kehidupan. Filosofi ikigai adalah konsep yang mendasari makna dan tujuan hidup dalam budaya Jepang yang berarti reason to live atau alasan untuk hidup.
Ikigai merupakan irisan dari empat elemen diantaranya Passion yaitu apa yang kamu CINTAI, Mission yaitu apa yang DUNIA ini butuhkan, Vocation yaitu yang memenuhi finansial, dan Profession yaitu apa yang menjadi keahlian. Filosofi ikigai mendorong seseorang untuk menjalani kehidupan yang bermakna, mengembangkan hubungan yang bermakna dan menghargai momen-momen kecil dalam kehidupan sehari-hari.
Tips Menerapkan Filosofi Ikagai Untuk Mencapai Keseimbangan Hidup
a. Apa yang Anda Cintai (What You Love):
Elemen ini mencakup kegiatan yang membuat Anda bersemangat dan Bahagia. Ada pepatah yang berkata “Do what you love, love what you do” menekankan pentingnya mengerjakan apa yang benar-benar Anda sukai dan cintai. Bukan sekedar Guru yang melakukan apa yang dicintainya yaitu Profesi sebagai guru tetapi juga Guru perlu mencintai apa yang dilakukan. Hal ini terkait dengan hasrat dan semangat dalam bekerja. Guru perlu memiliki motivasi dalam merancang pembelajaran yang menyenangkan untuk bisa menumbuhkan semangat siswa belajar. Hal ini menjadi sebuah siklus karena guru menyukai apa yang diajarkan membangun suasana menyenangkan dan hal ini membangun budaya yang sama juga pada siswa. Siswa menjadi menyukai apa yang dipelajari. Pada kurikulum merdeka pada Kepmendikbudristek Nomor 262/M/2022 dirancang pembelajaran terintegrasi mendukung guru untuk menemukan minat dan bakat siswa, hal ini menjadi perlu dengan guru menemukan hal yang menjadi minat dan bakat siswa. Hal ini menjadi penting untuk guru untuk mencintai keprofesiannya sehingga dapat membangun kecintaan ini pada siswa sesuai dengan kurikulum yang dicanangkan pemerintah.
b. Apa yang Anda Ketahui (What You Are Good At):
Elemen ini melibatkan pencarian bakat dan keterampilan yang dimiliki guru. Filosofi menemukan sesuatu yang sesuai dengan keahlian Anda dapat membawa kepuasan dan kesuksesan. Sebagai seorang guru tentu sudah menjadi kewajiban untuk memiliki keahlian dalam mengajar dan melakukan pembelajaran dan perlu adanya kesadaran untuk mengimplementasikan suatu pembelajaran yang bermakna pada siswa. Guru yang selalu memiliki keinginan untuk menggembangkan diri bukan hanya memiliki kewajiban mengajar saja melainkan memiliki bakat dan keterampilan dalam teknologi, dalam menulis ataupun dalam kegiatan ekstakurikuler dengan pencapaian tertentu akan membawa kepuasan dan kesuksesan. Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005, Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Hal ini mewajibkan guru untuk terus menggali minat dan bakat dalam profesi guru.
c. Apa yang Dibutuhkan Dunia (What the World Needs):
Elemen ini menekankan kontribusi guru bagi Masyarakat. Filosofi ini menekankan pada kontribusi positif terhadap masyarakat dan dunia, hal ini berkaitan dengan pencapaian dari kompetensi sebagai guru ataupun bakat dan keterampilan yang lain. Menemukan cara untuk memberikan manfaat kepada orang lain dalam dunia Pendidikan dapat menjadi bagian penting dari makna hidup. Peran guru dibutuhkan sebagai pengajar dan pendidik generasi muda dalam tuntutan kemajuan zaman. Tanpa sumbangsi guru sebagai ujung tombak pendidikan, masa depan bangsa dan negara akan terancam. Semakin tinggi kualitas pendidikan suatu negara maka negara tersebut semakin maju. Guru bukan hanya menjadi sebuah profesi tetapi juga memiliki peran yang besar dalam masyarakat terutama bagi siswa.
d. Apa yang Dapat Anda Dapatkan Bayaran (What You Can Be Paid For):
Elemen ini mencakup aspek finansial dan keberlanjutan. Filosofi ini mengajarkan bahwa menjalani hidup sesuai dengan tujuan juga mencakup kemampuan untuk mendapatkan penghasilan. Mendapat penghargaan dalam bentuk finansial berdasarkan kompentensi ataupun bakat dan keterampilan yang lain menjadi penghargaan nyata. Aspek finansial ini tentunya meningkatkan kualitas kehidupan seseorang. Menurut Permendikbud Nomor 4 tahun 2022, guru akan mendapatkan besaran tunjangan sertifikasi setelah menyelesaikan PPG Daljab selain gaji dan tunjuangan yang sudah diterima guru. Guru yang mendapatkan kecukupan dalam pemenuhan kebutuhan kehidupannya akan sangat berdampak dalam kesejahteraan guru dalam menjalani kehidupan,
Saat seorang guru dapat menyatukan elemen-elemen ini, yaitu apa yang dicintai, apa yang dikuasai, apa yang dibutuhkan dunia, dan apa yang dapat diperoleh bayaran, maka dapat dikatakan Guru tersebut telah menemukan makna kehidupan dan menjadi bermakna sebagai seorang guru yaitu Guru yang mencintai dan dicintai dalam dunia Pendidikan.
Support System sebagai bagian penting dari Keseimbangan Hidup
Koneksi emosional merupakan elemen penting dalam mengelola stres dan meningkatkan kesehatan mental. Selain kehidupan personal guru, insan pendidikan menjadi bagian inti dalam kehidupan guru. Siswa dan rekan kerja menjadi bagian dari keseharian guru, membangun koneksi emosional yang kuat dengan siswa dan rekan kerja memiliki dampak positif yang signifikan dalam konteks lingkungan sekolah. Hal ini dibutuhkan dan harus dimiliki oleh seorang Guru untuk menunjang produktivitas dan kualitas pekerjaan. Perlu kesadaran bagi Guru untuk menemukan circle atau perkumpulan orang-orang yang bukan hanya memahami tapi juga memberikan support secara psikologis dan emosional.
Koneksi Emosional dengan Siswa:
a. Meningkatkan Kolaborasi:
Koneksi emosional antar rekan kerja mendorong kerja sama dan kolaborasi yang lebih baik di antara staf sekolah. Hal ini membantu dalam menciptakan tim kerja yang efektif. Koneksi emosional yang erat antar rekan kerja di lingkungan sekolah memainkan peran kunci dalam mendorong kerja sama dan kolaborasi yang lebih baik di antara staf. Saat anggota tim merasa terhubung secara emosional, terbentuklah ikatan yang lebih kuat dan saling percaya. Ini menciptakan atmosfer di mana setiap individu merasa didukung dan dihargai, yang pada gilirannya merangsang keinginan untuk bekerja sama secara lebih efektif. Koneksi emosional juga membuka saluran komunikasi yang lebih terbuka dan membuat rekan kerja merasa lebih nyaman berbagi ide, pemikiran, dan masalah. Dengan begitu, terbentuklah tim kerja yang solid dan efektif, di mana setiap anggota dapat memberikan kontribusi maksimal untuk mencapai tujuan bersama sekolah. Koneksi emosional antar rekan kerja bukan hanya menciptakan lingkungan kerja yang positif, tetapi juga menguatkan fondasi untuk inovasi, pemecahan masalah bersama, dan pencapaian kesuksesan bersama dalam dunia pendidikan.
b. Dukungan dan Pertukaran Ide
Koneksi emosional menciptakan lingkungan di mana rekan kerja merasa nyaman memberikan dukungan dan pertukaran ide. Ini dapat meningkatkan inovasi dan kreativitas dalam pengajaran dan manajemen sekolah. Koneksi emosional di antara rekan kerja menciptakan suatu lingkungan di mana setiap individu merasa nyaman untuk memberikan dukungan dan pertukaran ide. Dalam atmosfer yang dipenuhi saling percaya dan pengertian, rekan kerja merasa didorong untuk berbagi gagasan, pengalaman, dan wawasan mereka tanpa rasa takut atau hambatan. Sebuah tim yang terhubung emosional mendorong terbentuknya jaringan kerja yang kuat, di mana kolaborasi tidak hanya dihargai, tetapi juga diupayakan. Dengan adanya keterbukaan ini, ide-ide segar dan pendekatan inovatif dapat berkembang dengan lebih mudah. Lingkungan yang memupuk koneksi emosional tidak hanya menciptakan ruang untuk diskusi yang produktif tetapi juga merangsang pertumbuhan dan kreativitas dalam pengajaran serta manajemen sekolah. Inilah pondasi yang membantu menciptakan praktik terbaik, menghadirkan solusi inovatif, dan meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Dengan koneksi emosional yang kokoh, rekan kerja dapat bersama-sama menghadapi tantangan, merayakan prestasi, dan memberdayakan satu sama lain untuk mencapai kemajuan yang berkelanjutan dalam dunia pendidikan
c. Mengurangi Stres:
Koneksi yang baik antar rekan kerja dapat menjadi sumber dukungan emosional dalam mengatasi stres pekerjaan. Membagikan pengalaman dan strategi mengelola beban kerja bersama-sama dapat membantu mengurangi tekanan. Koneksi yang baik antar rekan kerja bukan hanya sekadar hubungan profesional, tetapi juga menjadi sumber dukungan emosional yang berharga dalam mengatasi stres pekerjaan. Dalam konteks lingkungan kerja yang saling mendukung, rekan kerja dapat merasa nyaman membuka diri dan berbagi pengalaman mereka terkait tekanan dan tantangan pekerjaan. Membicarakan perasaan stres atau ketegangan dengan sesama rekan kerja dapat menjadi peluang untuk menemukan solusi bersama dan memberikan perspektif yang berharga. Selain itu, berbagi strategi mengelola beban kerja bersama-sama dapat membantu mengidentifikasi cara-cara efektif untuk mengurangi tekanan dan meningkatkan produktivitas. Dalam atmosfer yang memupuk keterbukaan dan empati, rekan kerja dapat saling memberikan dukungan moral, memperkuat rasa komunitas, dan membantu satu sama lain untuk tetap seimbang di tengah tuntutan pekerjaan yang kadangkala menantang. Koneksi yang solid antar rekan kerja tidak hanya menciptakan tim yang efisien, tetapi juga membentuk jaringan dukungan yang dapat membantu menghadapi stres pekerjaan dengan lebih tangguh.
d. Meningkatkan Kesejahteraan Mental:
Lingkungan kerja yang penuh dengan hubungan positif dapat memberikan dampak positif pada kesejahteraan mental rekan kerja, menciptakan atmosfer yang lebih positif dan produktif. Lingkungan kerja yang diwarnai oleh hubungan positif memiliki dampak yang signifikan pada kesejahteraan mental rekan kerja. Ketika setiap anggota tim merasakan suasana kerja yang hangat, saling menghargai, dan saling mendukung, hal ini menciptakan atmosfer kerja yang positif dan produktif. Hubungan positif antar rekan kerja tidak hanya membuat tempat kerja menjadi lebih menyenangkan, tetapi juga memberikan rasa keamanan dan dukungan. Ini memungkinkan rekan kerja untuk merasa lebih nyaman dalam mengekspresikan diri, berbagi ide, dan mengatasi tantangan bersama-sama. Dalam lingkungan seperti ini, kesejahteraan mental rekan kerja dapat meningkat karena mereka merasa dihargai dan termotivasi untuk memberikan kontribusi terbaik mereka. Atmosfer yang positif juga dapat meningkatkan tingkat kepuasan kerja, mengurangi tingkat stres, dan memperkuat ikatan tim. Sebagai hasilnya, lingkungan kerja yang penuh dengan hubungan positif tidak hanya menciptakan tempat kerja yang lebih sehat secara mental, tetapi juga mendukung pencapaian tujuan bersama dan produktivitas yang optimal.
e. Memotivasi Tim:
Koneksi emosional yang kuat dapat meningkatkan motivasi dan semangat tim. Ketika rekan kerja merasa saling mendukung, mereka lebih mungkin bekerja dengan tekad dan semangat yang tinggi. Dengan membangun koneksi emosional yang positif, guru dan staf sekolah dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan baik siswa maupun diri mereka sendiri. Koneksi emosional yang kuat tidak hanya memperkuat hubungan antarindividu, tetapi juga memiliki dampak positif yang besar pada motivasi dan semangat tim. Ketika rekan kerja merasakan ikatan emosional yang kokoh dan saling mendukung, semangat untuk bekerja dengan tekad tinggi cenderung meningkat. Mereka merasa bahwa mereka bukan hanya anggota tim, tetapi juga bagian dari sebuah komunitas yang peduli. Dalam konteks pendidikan, membangun koneksi emosional yang positif di antara guru dan staf sekolah membantu menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan. Guru yang merasa terhubung emosional dengan rekan kerja memiliki dorongan tambahan untuk memberikan kontribusi maksimal dalam mencapai tujuan bersama untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Lingkungan yang diwarnai oleh koneksi emosional yang positif menciptakan suasana kerja yang menyenangkan dan penuh semangat, yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan kesejahteraan psikologis dan profesionalisme anggota tim sekolah. Dengan demikian, koneksi emosional yang kokoh di sekolah tidak hanya memajukan kolaborasi tim, tetapi juga menjadi katalisator untuk mencapai prestasi luar biasa baik dalam pengajaran maupun pengelolaan sekolah.
Penyunting: Putra