Mentari Terbit di Desa Paleran - Guruinovatif.id

Diterbitkan 09 Mei 2022

Mentari Terbit di Desa Paleran

Terlahir di sebuah desa kecil tak pernah menyurutkan semangatku untuk terus belajar. Sejak duduk di bangku SD, aku selalu bermimpi menjadi seorang pendidik yang bisa membuka wawasan masyarakat sekitar. Tepat pada 2017 ketika aku berstatus mahasiswa, aku memperoleh kesempatan terbang ke luar negeri untuk bertukar budaya dan juga mengajar di sana. Suatu hal yang tak pernah ku sangka sebelumnya dan terasa seperti sebuah mimpi. Aku bertukar budaya dan mengimplementasikan ilmu yang sudah ku peroleh di Matthayom Wat Nairong School, sebuah sekolah internasional yang terletak di kota Bangkok, Thailand. Sekitar 1 bulan lamanya aku tinggal di sana. Selanjutnya aku kembali ke Indonesia. Ketika aku sampai di kampung halamanku, hati kecilku tergerak untuk berbagi pengalaman dan wawasan yang ku peroleh dari luar negeri. 

Cerita Guru

Mohammad Iqbal Rahmattullah

Kunjungi Profile
344x
Bagikan

Terlahir di sebuah desa kecil tak pernah menyurutkan semangatku untuk terus belajar. Sejak duduk di bangku SD, aku selalu bermimpi menjadi seorang pendidik yang bisa membuka wawasan masyarakat sekitar. Tepat pada 2017 ketika aku berstatus mahasiswa, aku memperoleh kesempatan terbang ke luar negeri untuk bertukar budaya dan juga mengajar di sana. Suatu hal yang tak pernah ku sangka sebelumnya dan terasa seperti sebuah mimpi. Aku bertukar budaya dan mengimplementasikan ilmu yang sudah ku peroleh di Matthayom Wat Nairong School, sebuah sekolah internasional yang terletak di kota Bangkok, Thailand. Sekitar 1 bulan lamanya aku tinggal di sana. Selanjutnya aku kembali ke Indonesia. Ketika aku sampai di kampung halamanku, hati kecilku tergerak untuk berbagi pengalaman dan wawasan yang ku peroleh dari luar negeri. 

Beberapa hari aku merenung tentang bagaimana memulai untuk berkontribusi. Lalu aku mengamati lingkungan sekitar dan menganalisisnya. Dan ternyata ada 1 permasalahan yang cukup kompleks yang ku temukan, yakni masih banyak orang yang kurang memahami pentingnya sebuah pendidikan. Kala itu mayoritas anak-anak di desaku mengenyam pendidikan hanya sampai di bangku SD atau SMP, lalu menikah. Selama beberapa tahun, tidak ada perubahan mindset. Bahkan lebih parahnya lagi, hampir semua siswa di desaku ketika ditanya cita-citanya hanya menjawab polisi, tentara, guru atau dokter. Wawasan mereka tentang sebuah profesi hanya sebatas itu saja. Bersama beberapa rekan yang peduli tentang permasalahan tersebut, aku membentuk sebuah komunitas sosial yang bernama "Pemuda Paleran Bersatu". Komunitas tersebut dinahkodai oleh Pak Ipin, seorang guru SD. Kami pun menyusun beberapa program, khususnya di bidang pendidikan. Lalu kami bergerilya untuk membuka wawasan masyarakat sekitar. Kami tidak hanya membangun komunikasi dengan anak-anak sekolah tetapi juga dengan orang tuanya. Jika orang tua memiliki mindset yang cemerlang, maka anaknya pun akan mengikutinya. Awalnya usaha kami tak membuahkan hasil. Namun kami tak pernah patah semangat. 

Di suatu sore hari terlintas di pikiraku untuk membentuk sebuah kelompok belajar. Akhirnya ku sampaikan ideku itu ke Pak Ipin. Pak Ipin pun menyetujui hal tersebut. Yang awalnya kami hanya memberi wawasan tentang pentingnya pendidikan, di langkah berikutnya kami juga memberikan wadah untuk para siswa SD dan SMP untuk mengembangkan bakat minatnya di bidang akademik. Aku pun memberi nama kelompok belajar tersebut "Beruang Kutub Junior". Beruang kutub adalah binatang yang sering melakukan hibernasi dan menjelajah. Jika dianalogikan dengan dunia pendidikan, para siswa di desaku kala itu masih melakukan hibernasi. Ketika mereka bangun dari hibernasi, yakni mau mengembangkan bakat minat, mereka akan mulai menjelajah dan mengarungi luasnya lautan ilmu. Dan hal tersebut bukanlah angan-angan semata, setelah kegiatan tersebut berjalan kurang lebih 1 tahun, tepatnya pada 2018, beberapa siswa didelegasikan ke sebuah kompetisi dan bisa meraih juara. Beberapa hari kemudian, berita tentang keberhasilan beberapa siswa tersebut menjadi booming di desa. Pada akhirnya mayoritas masyarakat berbondong-bondong agar anaknya bisa berpikir maju seperti siswa-siswa tersebut. Hingga hari ini, makna pentingnya sebuah pendidikan tetap dipegang teguh oleh masyarakar sekitar. Prestasi mulai dari tingkat kabupaten hingga nasional sudah menjadi agenda rutin anak-anak di desaku. Kalau dulu pendidikan hanya berakhir di bangku SMP, sekarang orang tua mengupayakan anak-anaknya agar bisa tuntas belajar di bangku SMA dan tak sedikit juga yang bisa tuntas belajar di perguruan tinggi favorit. Hal ini layaknya sebuah keajaiban. Sebuah desa kecil yang dulunya diselimuti mendung sekarang telah terang oleh sinar mentari yang menyambut para masyarakat sekitar dengan senyuman di setiap pagi. 

0

0

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Menjadi Guru Adalah Pengalaman Terbaik
GURU KREATIF DAN INOVATIF DI TENGAH TERPAAN PANDEMI MELALUI GAMIFIKASI PEMBELAJARAN
3 min
Saya Bangga Menjadi Guru

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB

Kursus Webinar