Para remaja yang memasuki dunia
Dewasa di abad ke-21 akan membaca
Dan menulis lebih banyak ketimbang
Era lain dalam sejarah umat manusia.
(Richard Vacca)
Budaya menulis belum menjadi habitus bagi sebagian kaum remaja. Mereka dalam konteks kekinian lebih akrab dengan budaya lisan. Mereka lebih memilih untuk menelpon, curhat dengan rekan sebaya. Budaya lisan lebih dekat dengan hal yang berbau instan. Berbeda dengan budaya menulis yang lebih menekankan pengendapan dan refleksi terhadap suatu peristiwa. Mengajarkan menulis buku harian di jenjang kelas 7 perlu mempertimbangkan konteks kekinian. Mengapa mereka masih perlu menulis buku harian?
Tantangan Awal
Menjejali peserta didik untuk langsung menulis buku harian sama saja akan mendapat pertanyaan kritis dari mereka, “Apa pentingnya kami menulis buku harian?” sebelum memulai kegiatan belajar mengajar, penulis terlebih dahulu perlu mengugah kesadaran peserta didik bahwa apa pun yang tertulis akan abadi, sedangkan yang terucap akan terhembus angin.
Mengajar jenjang kelas 7 diperlukan perpaduan strategi sersan (serius tapi santai). Mereka masih dalam peralihan dari alumni sekolah dasar yang sebagian besar masih suka bermain, namun di jenjang sekolah menengah pertama mereka sudah diminta untuk lebih mandiri dan berpikir lebih maju dalam suatu bidang.
I. Strategi Mengajar
Sebagai langkah awal pembelajaran mengajarkan kompetensi dasar: menulis buku harian dengan memperhatikan cara pengungkapan dan bahasa yang baik dan benar, penulis menampilkan gambar-gambar dari Anne Frank. Dia merupakan salah satu tokoh yang terkenal akibat menulis buku harian.
Penulis menampilkan suasana negara Belanda pada tahun di mana Anne hidup, lalu ditampilkan pula gambar-gambar dari ayah, ibu, dan adik dari Anne. Setelah itu gambar berlanjut dengan dimunculkannya gambar dari museum Anne Frank. Setiap gambar-gambar tersebut ditampilkan, maka penulis mengisahkan peristiwa atau kisah menarik yang terdapat dalam gambar-gambar tersebut.
Kisah-kisah dalam gambar perlu diinformasikan dalam KBM agar peserta didik dapat lebih menyelami masa-masa di mana Anne menulis buku harian. Penekanan yang dilakukan penulis dalam KBM adalah bahwa Anne seumuran dengan peserta didik di kelas 7. Selama gambar-gambar dan kisah tentang Anne ditampilkan dan dibicarakan peserta didik betul-betul antusias menyimak.
Terkadang beberapa dari mereka bertanya, “Museum Anne Frank sekarang, dahulunya sebagai apa Pak?”
“Dahulu museum tersebut merupakan lokasi persembunyian keluarga Anne Frank, hingga pada suatu hari pasukan NAZI berhasil menemukan lokasi tersebut dan membawa semua penghuninya ke kamp konsentrasi.”
Tiap pertanyaan dari mereka, penulis jawab dengan semangat. Lokasi kuburan Anne Frank pun ditampilkan dalam KBM. Mereka dapat menghitung berapa usia Anne kala meninggal dunia. Gambar penutup adalah ditampilkan beberapa isi buku harian dari Anne Frank.
II. Isi Pembelajaran
Setelah bagian pertama dilakukan, penulis menanyakan materi/ bab apa yang dibahas hari ini. Tak perlu banyak siswa yang menjawab (cukup 1-2 orang) biasanya warga di kelas tersebut dapat menjawab bahwa tema pembelajaran hari ini adalah Menulis Buku Harian. Tanpa banyak menampilkan teori para siswa sudah melihat bagaimana menulis buku harian melalui contoh buku harian Anne Frank. Langkah selanjutnya adalah menampilkan lembar kerja siswa yang berisi tugas terstruktur untuk menulis buku harian minimal 5 hari yang sudah dialami. Sebagai pemicu semangat agar mereka antusias menulis buku harian, maka penulis memprasyaratkan agar mereka menulis buku harian dalam bentuk kreatif dengan menggunakan bahan daur ulang.
Sebelum memindahkan isi buku harian ke media kreatif, mereka wajib menulis draf singkat tentang rencana kreasi buku hariannya.
Jadi, langkah pertama =>
1. siswa menulis draf isi buku harian
2. Guru memeriksa, apakah draf buku harian mereka sudah memuat kaidah menulis buku harian
3. Rencana rancangan kreasi buku harian mereka ditunjukkan kepada guru
4. Guru membubuhkan tanda tangan persetujuan bahwa siswa dapat melanjutkan proyek
kreatif menulis buku harian di rumah
Sebagai penguatan materi penulis menampilkan cuplikan film Kambing Jantan dari Raditya Dika. Film Kambing Jantan berasal dari buku harian digital (blog) Dika. Kisah kesuksesan Dika yang menulis buku harian, penulis informasikan kepada para siswa sebagai penguat bahwa kesuksesan dapat bermula dari ketekunan menulis buku harian.
Raditya Dika merupakan contoh figur creativepreuner yang terkenal berawal dari menulis buku harian (personal literature). Buku harian digitalnya (blog) dengan judul Kambing Jantan menjadi karya terlaris. Berkat buku hariannya ini ia menjadi terkenal. Semenjak itu kisah-kisah hariannya dalam buku Cinta Brontosaurus, Marmut Merah Jambu, Manusia Setengah Salmon, dan Koala Kumal laris di pasaran.
Kesuksesan buku-buku hariannya tersebut mengundang rumah produksi untuk mengangkat kisah-kisah dalam buku ke layar lebar. Publik pun dapat menonton film Kambing Jantan, Marmut Merah Jambu, Cinta Brontosaurus, dan Manusia Setengah Salmon. Kisah kesuksesan Raditya Dika dalam menulis buku harian memicu para siswa untuk menulis buku harian dengan antusias dan sepenuh hati.
menulis menjadi intisari literasi autentik.
Kegiatan sederhana ini menjadi landasan
bagi pikiran yang terlatih dan mumpuni.
(Mike Schmoker)
III. Evaluasi Pembelajaran
Menulis buku harian secara kreatif yang penulis selenggarakan dalam KBM berbasis ulangan harian proyek terstruktur. Para siswa diberi kesempatan menulis minimal 5 hari yang dipilih. Kemudian, buku harian tersebut mereka kemas dalam bentuk kreatif. Total sekitar 2 – 3 minggu mereka diberikan kesempatan mengerjakan proyek kreatif buku harian tersebut.
Pada hari pengumpulan proyek kreatif buku harian penulis amat tercengang dengan hasil akhir yang dikumpulkan. Kreativitas buku harian mereka benar-benar tak terduga. Ada yang mengemas buku hariannya dalam kotak, botol, kaleng, dan beberapa kemasan yang berasal dari daur ulang.
Dari buku harian para siswa penulis mendapati ada potensi tersembunyi dari mereka dalam menulis. Pengakuan mereka bahwa cukup banyak yang baru pertama kali menulis buku harian tak menyurutkan langkah mereka untuk menggoreskan kisah harian ke dalam lembar-lembar kertas.
Setelah hasil penilaian buku harian dibagikan, ada beberapa siswa yang bertanya lebih lanjut untuk membuat blog pribadi. Dari hasil akhir yang dikumpulkan rerata nilai kelas kurang lebih 90. Mereka sudah menemukan bahwa hal yang seru dan asyik menuangkan beragam kisah harian ke dalam buku harian manual ataupun buku harian digital (blog). Misi menyebarkan “virus” menulis kepada siswa pun tercapai.
Ketrampilan menulis buku harian pun mengasah kemampuan siswa untuk lebih berani mengekspresikan pemikirannya tentang suatu fenomena dalam kehidupan. Dari ketekunan menulis buku harian siswa pun semakin percaya diri untuk berani berkompetisi dalam beragam lomba menulis. Margantoro dalam Satrya, mengungkapkan bahwa sebelum berani menulis di media massa, berlatihlah menulis di buku agenda, kemudian menulis di media sekolah/ komunitas, menulis di lomba karya tulis, sampai akhirnya menulis di koran umum (Satrya,2011).
Daftar Pustaka
Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Curahkan Gairah Menulis. Jakarta: Elex Media.
Satrya, Dewa Gde. 2011. Creative Writing. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Schmoker, Mike. 2012. Menjadi Guru yang Efektif: Bagaimana Mencapai
Pengembangan Baru melalui Membaca dan Menulis. Terj. Devri Barnadi Putra.
Jakarta: Penerbit Erlangga.