Mengabdi Tanpa Batas Di Pendidikan Kesetaraan - Guruinovatif.id

Diterbitkan 11 Agu 2023

Mengabdi Tanpa Batas Di Pendidikan Kesetaraan

Cerita suka duka saya selama18 tahun sebagai tutor Pendidikan Kesetaraan di UPTD SPNF SKB Kota Tegal harus tergeser oleh P3k

Cerita Guru

SRI HARYANTI,S.Pd

Kunjungi Profile
1922x
Bagikan

Pendidikan adalah salah satu faktor untuk menanggulangi kebodohan di semua negara termasuk Indonesia. Pendidikan di Indonesia terbagi menjadi 3 yaitu pendidikan formal,pendidikan non formal dan pendidikan informal. Pendidikan Formal dimulai dari tingkat SD, SMP,SMA/SMK dan Perguruan Tinggi. Sedangkan pendidikan nonformal adalah pendidikan yang dilaksanakan secara terencana,sistematis,fleksibel dan integral serta berlangsungnya di luar sistem pendidikan formal (sekolah) atau biasa disebut pendidikan kesetaraan dengan jenjang Kejar Paket A(setara SD),Paket B (setara SMP) dan Paket C (setara SMA/SMU). Pendidikan non formal diselenggarakan oleh lembaga-lembaga resmi dibawah Dinas Pendidikan dan masyarakat seperti Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), lembaga kursus pelatihan/LKP,Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dan lembaga sejenis.

UPTD SPNF SKB-Unit Pelaksana Teknis Dinas Satuan Pendidikan Non Formal Sanggar Kegiatan Belajar- yang ada di Kota Tegal adalah salah satu instansi yang melayani masyarakat di pendidikan terutama pendidikan kesetaraan. Sejak awal berdiri tahun 2009 sampai sekarang saya mulai mengabdi sebagai tutor pendidikan kesetaraan. Dunia pendidikan kesetaraan bukan dunia baru untuk saya karena sebelumnya, saya telah bekerja di PKBM Sarana Maju Kota Tegal. Lulus dari UNNES, tahun 2003 jurusan Pendidikan Sejarah saya ikut kegiatan pemagangan yang diselenggarakan oleh Disduknaker Kota Tegal dan ditempatkan di SMA PGRI di bagian perpustakaan. Di SMA PGRI saya bertemu Alm. Bapak Suyanto yang ternyata adalah kepala PKBM Sarana Maju Tegal.  Bapak Suyanto kemudian mengajak saya bergabung menjadi tenaga pengajar di PKBM Sarju yang bersemboyan “ Tata Hamulang Wiwaraning Satria ”. Jam mengajar saya penuh karena pagi saya di pendidikan formal SMA PGRI,malam saya di PKBM Sarju. Dua dunia pendidikan yang berbeda

Setelah SMA PGRI tutup karena kekurangan peserta didik,saya hanya mengajar malam sampai kemudian ada informasi akan ada SKB sebagai sekolah pendidikan kesetaraan berstatus negeri. Dengan rekomendasi dari Bapak Suyanto, saya melamar sebagai tutor dan bersama teman-teman lain sejumlah 20 tutor yang terdiri dari 8 tutor PAUD dan 12 tutor kesetaraan. Di awal berdirinya SKB, kami berusaha mengembangkan SKB seperti rumah kita. Banyak program yang dilaksanakan di SKB,mulai dari program pendidikan kesetaraan, keaksaraan, life skill sampai Anak Tidak Sekolah (ATS) semuanya bertujuan satu yaitu melayani masyarakat di pendidikan non formal

 Menjadi tutor pendidikan kesetaraan bukan hal yang mudah karena kita berhadapan dengan peserta didik yang berasal dari berbagai latar belakang. Berbeda dengan pendidikan formal yang teratur dan sistematis, pembelajaran di pendidikan memungkinkan lebih fleksibel menyesuaikan kebutuhan peserta didik. Pembelajaran di pendidikan kesetaraan khususnya di SKB Kota Tegal dilakukan dua kali yaitu kelas pagi atau reguler dan kelas malam dengan jenjang pendidikan mulai dari tingkat KPA (SD), KPB (SMP) dan KPC (SMA/SMU) dari kelas 4 sampai kelas 6 SD, kelas 7 sampai kelas 9 SMP dan kelas 10 sampai kelas 12 SMA.

Dikarenakan ada dua kelas pembelajaran maka kita sebagai tenaga tutor menggunakan dua pendekatan pembelajaran yaitu pedagogi dan andragogi. Pendekatan pedagogi dilakukan pada kelas reguler atau kelas pagi dan pendekatan andragogi dilakukan pada kelas malam. Untuk pendekatan pedagogi dilakukan pada kelas pagi karena usia peserta didik di kelas pagi adalah usia produktif atau usia anak sekolah. Peserta didik di kelas pagi adalah mereka yang memang tidak tertampung di pendidikan formal karena faktor ekonomi, zonasi, drop out dari sekolah formal,bermasalah dan berbagai masalah lainnya. Setiap hari selalu ada saja masalah yang terjadi pada mereka mulai dari membolos,merokok,pacaran,bermasalah dengan sesama teman,bahkan ada yang pergi dari rumah karena bermasalah dengan keluarga.

Kita sebagai tutor merangkap semuanya, merangkap bimbingan konseling, orang tua, dan tempat curhat. Anak-anak terbiasa curhat dengan kita dan terlihat nyaman karena kita memposisikan diri sebagai teman bukan sebagai orangtua. Bahkan ada satu kejadian dimana seorang wali murid meminta bantuan kita untuk mencari anaknya yang pergi dari rumah. Ditantang berkelahi oleh peserta didik bukan hal yang aneh untuk tutor laki-laki meskipun pada akhirnya mereka takut sendiri dan minta maaf. Dikarenakan satuan pendidikan SKB kota Tegal menjadi satu dari semua tahapan,masalah antar teman pun sering terjadi,kita pula yang mengatasi,mendamaikan dan kembali mengidentifikasi mereka. Semua tutor meski bukan wali kelas tapi tugasnya merangkap wali kelas.

Berbeda dengan pembelajaran kelas malam, dengan pendekatan Andragogi, pendekatan orang dewasa. Kita seperti dosen yang mengajar mahasiswa karena sebagian besar peserta didiknya adalah orang dewasa yang sudah bekerja dan mereka membutuhkan ijazah untuk kepentingan pekerjaan. Kita tidak bisa memperlakukan mereka seperti peserta didik kelas pagi,tapi kita memperlakukan mereka sejajar hanya dengan posisi kita adalah pendidik. Setiap awal memulai pelajaran,saya selalu membuka dengan permintaan maaf bukan bermaksud sok pintar tapi karena kewajiban, jadi saya mengajar memberikan materi. 

Metode pembelajaran di pendidikan tembakan baik kelas pagi maupun malam, metode yang digunakan adalah metode tatap muka atau ceramah dan mandiri atau penugasan. Perbedaannya apabila di kelas pagi,peserta didiknya cenderung pasif,hanya sebagai penerima informasi saja dan pengetahuan semuanya bergantung pada kita sebagai pusat pengetahuan. Di kelas malam, peserta didiknya aktif dan kami saling bertukar pengetahuan dan aktif untuk tanya jawab atau diskusi. Kelas terasa hidup karena pengetahuan berjalan dua arah,dua sumber,dari tutor dan dari peserta didik.

Secara tata krama,mungkin karena kelas pagi peserta didiknya masih usia remaja jadi untuk tata krama mereka masih kurang kecuali memang dari basic keluarga sudah mengajarkan sopan santun tata krama. Secara bahasa mereka juga banyak menggunakan bahasa  yang mungkin terdengar kurang sopan. Sering kita menasehati mereka untuk lebih sopan tapi mereka kembali mengulang lagi.Berbanding terbalik dengan peserta didik malam yang jauh lebih mengerti tentang sopan santun bahkan mereka sangat menghormati kami sebagai tutor.

Sebagai tutor selama kurang lebih 18 tahun mengabdi di pendidikan kesetaraan kota Tegal membuat saya sangat mencintai dunia pendidikan kesetaraan. Di kejar paket saya banyak belajar tentang bagaimana mengerti karakteristik peserta didik dengan berbagai latar belakang mereka,masalah dengan segala kompleksitasnya.


Penyunting: Putra

0

0

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Teman Berbincang Ala Guru Fresh Graduate
Menjadi Guru, sebuah Pilihan atau Kewajiban?
4 min
Memanusiakan Murid

Pujiyati

Apr 18, 2022
1 min
DONGENG SEBAGAI STRATEGI PERBAIKAN LITERASI PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Hafecs HRP

Nov 15, 2021
6 min
Meniti Jalan Menuju SaTa SaBu

Isnaini Shaleh

Apr 23, 2022
2 min

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB

Kursus Webinar