“Mental tempe”, seru lantang salah satu murid saat menjawab pertanyaan dalam pembelajaran. Tidak dapat dipungkiri bahwa kesiapan mental murid saat mengikuti pelajaran atau kegiatan di luar sekolah berupa perlombaan misalnya, membutuhkan mental kuat atau tepatnya mental juara. Sesungguhnya, tiap murid memiliki karakteristik unik dan berbeda. Seperti yang telah disampaikan oleh Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara bahwa untuk memberdayakan murid, guru dituntut untuk menjadi teladan serta bisa memotivasi sehingga menguatkan kemampuan murid. Dengan hal tersebut diharapkan murid dapat tumbuh dan berkembang secara holistic secara cipta, rasa, dan karsa. Tajam pikiran, lalu halus rasa serta kuat dan sehat jasmaninya.
Bertaut dengan tumbuh kembang murid, pembelajaran berdiferensiasi menjadi salah satu opsi bagi para guru untuk mengembangkan kemampuan murid secara optimal. Pembelajaran Diferensiasi adalah pembelajaran yang memberi keleluasaan pada murid untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid. Pembelajaran diferensiasi dapat dilakukan di kelas dengan mempertimbangkan kesiapan belajar menggunakan strategi yang matang. Kesiapan belajar murid meliputi kesiapan, minat, dan profil. Sedangkan untuk strategi diferensiasi bisa menggunakan diferensiasi konten, proses, atau produk.
Pembelajaran diferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar dan membantu murid mencapai hasil belajar optimal dengan menggunakan diferensiasi konten, proses, atau produk. Gagasan yang bisa digunakan untuk diferensiasi proses disesuaikan dengan minat murid, dan guru menyediakan bahan ajar sesuai minat murid. Sementara untuk diferensiasi proses dapat menyesuaikan profil murid serta dibutuhkan akses materi sesuai gaya belajar (visual, auditori, dan kinestetik).
Diferensiasi proses bisa dilakukan dengan cara: 1) kegiatan berjenjang, 2) pertanyaan pemicu/tantangan, 3) buat agenda untuk masing-masing murid dan seluruh kelas, 4) variasi lama waktu, 5) kegiatan bervariasi yang mengembangkan kegiatan belajar, 6) pengelompokan fleksibel. Diferensiasi lainnya adalah diferensiasi produk, berupa tagihan yang diharapkan dari murid atau hasil lonjakan murid yang ditunjukkan kepada guru.
Cara mendiferensiasi produk dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan belajar murid, penugasan harus membantu murid secara individu atau kelompok dan pilihan murid untuk mengekspresikan pembelajaran. Serta yang harus dilakukan dalam persiapan melakukan pembelajaran diferensiasi dengan membentuk learning community yang terdiri dari guru dan murid untuk mengembangkan sikap yang mendukung lingkungan belajar.
Sejatinya iklim belajar diferensiasi sangat dibutuhkan mengingat iklim belajar tesebut sangat positif sebab kehadiran murid sangat dihargai. Setiap orang dalam kelas saling menghargai, murid merasa aman dan ada harapan bagi pertumbuhan murid, yang mana seperti diketahui bahwa pertumbuhan tiap murid berbeda. Guru juga mengajar untuk mencapai kesuksesan semua. Guru memberikan bantuan atau dukungan (scaffolding),pembelajaran tidak terlalu mudah atau sulit sehingga semua murid bisa sukses bersama. Selain itu, murid dapat merasakan keadilan dalam bentuk nyata.
Terakhir, guru dan murid berkolaborasi untuk pertumbuhan dan kesuksesan. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam membangun atmosfir lingkungan kelas yang positif. Materi pembelajaran berdiferensiasi memiliki keterkaitan dengan materi budaya positif dan komunitas praktisi pada modul-modul sebelumnya. Semua materi tersebut saling terkait untuk bersama-sama memihak dan memuliakan murid sesuai ajaran Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara.
Menurut Carol Ann Tomlinson, kesiapan belajar murid (Readiness) terdiri dari dua sifat, yaitu sifat dasar (konkret, sederhana, terstruktur, tergantung, lambat) dan sifat temporer (abstrak, kompleks, terbuka, mandiri, cepat). Kesiapan belajar murid tersebut dilengkapi dengan minat murid berupa kegemaran dan moda ekspresi serta interest untuk mencapai pembelajaran berdiferensiasi.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan diantaranya menentukan tujuan pembelajaran, pemahaman murid, keterlibatan murid, dan informasi untuk perencanaan. Sementara strategi mendiferensiasi pembelajaran dapat dibagi menjadi tiga hal yaitu diferensiasi konten, proses, dan produk. Konten yang berdiferensiasi berupa konsep dan keterampilan yang dipelajari murid berdasarkan kurikulum. Diferensiasi proses berpusat pada kegiatan yang memungkinkan murid berlatih dan memahami konten. Sedangkan diferensiasi produk meliputi bukti yang menunjukkan apa yang murid telah pahami.
Pembelajaran diferensiasi di atas dapat menjadi salah satu cara guru memihak pada murid. Dengan berbagai cara dan strategi, pembelajaran diferensiasi diharapkan dapat melentingkan potensi murid secara holistic. Empat pertanyaan besar yang bisa menjadi refleksi bagi kita seperti berikut: 1) kita berharap murid belajar apa?, 2) bagaimana kita tahu murid telah belajar?, 3) bagaimana kita merespon murid yang belum paham?, dan 4) bagaimana kita merespon murid yang sudah paham?.
Tekankan selalu kepada murid untuk terbiasa merefleksi dalam di akhir pembelajaran dengan beberapa pertanyaan seperti “apa yang kalian banggakan? , apa yang kalian kuasai?, dan apa yang akan kalian coba ke depannya?. Tantangan bagi kita sebagai pendidik untuk mencoba pembelajaran berdiferensiasi dan melihat seberapa jauh hasil lentingan yang akan diraih. Bismillah, Semoga Allah melindungi kita semua.