Orang tua di masa modern saat ini mulai khawatir jika anaknya mengalami progres yang lambat dalam belajar. Ada baiknya orang tua dan tenaga pendidik menahan diri untuk tidak segera menghakimi atau memberikan label kepada anak sebagai “anak bodoh” atau sebutan sejenisnya. Mungkin sudah saatnya kita mempertimbangkan “apakah anak/siswa kita termasuk slow learner ?”.
Apa itu slow learner ? Simak penjelasannya dalam artikel ini.
Slow Learner Bukan “Anak Bodoh” Hanya Lamban dalam BelajarSlow learner atau pembelajar yang lambat adalah individu yang membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami suatu konsep. Individu dalam hal ini anak atau siswa tetap berkembang sama seperti anak sebayanya, namun kecepatan untuk memproses informasi yang lebih lambat.
Dengan kata lain, anak atau siswa yang slow learner memiliki kemampuan kognitif di bawah rata-rata dan membutuhkan perjuangan yang lebih keras untuk menyamai proses teman sebayanya dalam kelas reguler. Namun, siswa slow learner tidak bisa disamakan dengan siswa yang memiliki kebutuhan khusus atau siswa yang enggan untuk kooperatif.
Ciri-Ciri Anak atau Siswa Slow Learner Seperti yang telah disinggung dalam poin sebelumnya, kita perlu memahami ciri-ciri anak atau siswa slow learner sebagai berikut:
Cukup dewasa dalam berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain.
Memiliki sifat yang emosional, sensitif, dan polos.
Kemampuan konsentrasi yang buruk dan rentang perhatian untuk fokus yang pendek.
Lebih suka mempelajari sesuatu dengan kecepatan mereka sendiri.
Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menguasai suatu kemampuan atau keterampilan.
Tidak menunjukkan ketertarikan dengan tujuan yang bersifat jangka panjang.
Perbedaan Slow Learner dengan Individu dengan kebutuhan Khusus Anak yang termasuk slow learner mungkin jauh lebih lambat dalam mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan usianya. Namun, seiring berjalannya waktu perkembangan mereka akan seimbang. Selain itu anak slow learner menunjukkan kemampuan berpikir yang lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Tetapi, mereka dapat mahir dalam melakukan tugas dan keterampilan tertentu. Dengan dukungan dari orang tua dan guru, seorang anak yang slow learner dapat menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Baca juga:Simak Ragam Pendekatan Pembelajaran beserta Cara Memilih Pendekatan yang Cocok di Kelas
Sedangkan anak yang memiliki kebutuhan khusus dalam belajar, akan menunjukkan kesulitan-kesulitan tertentu dan spesifik yang menyulitkan proses belajar. Terdapat kesenjangan antara potensi prestasi anak dengan potensi yang sebenarnya. Anak-anak ini akan memerlukan lingkungan yang kondusif serta bantuan yang tepat untuk tumbuh dan berkembang pada tingkat akademik yang sesuai.
5 Penyebab Slow Learner pada Anak Setelah mengetahui perbedaan anak yang slow learner dengan anak yang memiliki kebutuhan khusus dalam belajar, kita juga perlu mengetahui beberapa penyebab mengapa anak menjadi slow learner , antara lain:
1. Masalah kesehatan Penyebab utama anak menjadi slow learner adalah adanya masalah kesehatan. Masalah-masalah seperti memiliki penglihatan yang buruk hingga pernah mengalami cedera otak akan berpengaruh pada perkembangan dan pertumbuhan anak. Hal ini juga akan berpengaruh pada rasa kepercayaan diri anak hingga kemampuan untuk berinteraksi dalam masyarakat yang rendah.
2. Kekerasan di sekolah Kekerasan di sekolah menjadi penyebab lain anak menjadi slow learner . Anak yang menjadi korban kekerasan akan memunculkan hingga mengembangkan rasa benci yang berdampak secara psikologis dalam kemampuan belajarnya.
Sehingga anak tidak dapat menunjukkan kemajuan apapun dalam bidang akademisnya. Akibatnya, hal ini menyebabkan masalah emosional dan meningkatkan sifat agresif, yang berdampak pula pada kemampuan kognitif anak.
3. Keberpihakan Tidak menutup kemungkinan bahwa guru di sekolah menunjukkan keberpihakan kepada siswa tertentu, yang berdampak pada proses pembelajaran hingga anak membenci guru dan mata pelajarannya.
Hal ini pun juga dapat dilakukan oleh orang tua, karena bisa jadi perhatian orang tua terpecah dan secara tidak sengaja dan tidak disadari menunjukkan keberpihakan pada saudaranya yang lain dibandingkan dia.
Faktor penyebab anak menjadi slow learner dapat bersumber dari lingkungan sekolah dan keluarga (Gambar: Canva/interstid) 4. Terlalu kaku atau kikuk Orang tua yang terlalu protektif kepada anak dapat mengurangi kesempatan anak untuk berlatih atau mencoba hal yang baru, sehingga anak menjadi lebih canggung dibandingkan anak-anak lain yang seusianya. Sebagai contoh adalah ketika kita memberikan larangan atau membatasi anak dalam bermain dengan teman-temannya. Anak cenderung tidak bisa mengikuti permainan dan bisa dikeluarkan dari permainan tersebut.
Akibatnya anak akan menumbuhkan serta mengembangkan rasa rendah diri dan perlahan-lahan menarik diri dari teman-temannya.
5. Faktor orang tua Ketika orang tua memiliki waktu yang sedikit atau bahkan tidak memiliki waktu luang untuk anak, maka anak akan merasa tidak aman dan merasa terisolasi atau sendirian. Anak tidak dapat menceritakan masalah-masalah yang ia hadapi di sekolah. Mereka malah menyimpan semua masalah-masalah itu di pikiran mereka hingga memunculkan rasa benci kepada pendidikan dan sekolah.
Orang tua yang tidak tahu apa-apa tentang pendidikan, bisa jadi tidak peduli dengan pendidikan anak mereka. Beberapa orang tua juga memaksa anaknya untuk mendapatkan nilai atau prestasi yang baik di sekolah. Jika tidak dapat mendapatkan hal tersebut, mereka memukuli anak yang justru memperburuk situasi terhambatnya proses belajar anak yang mungkin tidak dapat diperbaiki lagi.
Tips untuk Mengatasi dan Membantu Anak Slow Learner Jika anak atau siswa Anda menunjukkan ciri-ciri slow learner , simaklah beberapa tips untuk membantu perkembangan mereka berikut ini:
1. Berikan pujian dan hadiah Jika anak meraih pencapaian sekecil apapun, berikanlah pujian kepada anak atas usaha yang ia lakukan untuk meraih pencapaian tersebut. Anda juga bisa memberikan hadiah jika anak meraih pencapaian yang sulit.
2. Mengizinkan untuk menggunakan alat bantu pengingat Izinkan anak untuk menggunakan alat bantu pengingat seperti catatan tempel (post-it ) di komputer, kalkulator, dan lain-lainnya.
Baca juga:Memahami Karakter Peserta Didik sebagai Langkah Mewujudkan Pendidikan yang Berkualitas
3. Berkomunikasi secara lisan Memperbanyak komunikasi secara lisan kepada anak dapat membantu perkembangan anak slow learner . Anda dapat memberikan instruksi atau tugas yang mudah dan sesuai dengan kompetensinya.
4. Ekspektasi yang realistis Sebagai orang tua tentunya mengharapkan anak dapat bersinar atau unggul dalam segala hal yang dilakukannya. Padahal secara manusiawi, hal itu tidak mungkin terjadi. Tidak ada salahnya berharap, tapi harus cukup realistis.
5. Berkomunikasi dengan guru Guru atau tenaga pendidik mempunyai peran yang besar dalam membesarkan anak-anak yang berpikir lambat. Anda dapat berkomunikasi dengan guru agar dapat menyelaraskan metode belajar di sekolah beserta pengajarannya ke rumah secara efektif.
Dalam dunia yang saat ini sangat kompetitif, sekolah memegang peranan yang sangat penting dalam pendidikan anak. Namun, pengasuhan yang baik dari orang tua juga berperan dalam “mengusir” pikiran dan tekanan stres dari dunia yang kompetitif.
Jika anak atau siswa menunjukkan penurunan atau kehilangan minat dalam belajar, maka sebaiknya kita sebagai guru dan orang tua tidak serta merta mencap atau melabeli anak dengan ucapan yang buruk. Namun, perlu didekati untuk mengetahui permasalahan apa yang sedang dialami oleh anak. Karena bisa jadi hilangnya minat anak dalam belajar disebabkan anak menjadi individu slow learner .
Berikan keseimbangan yang sehat pada anak dalam mengatur waktu belajar dan bermainnya. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan kita dalam memahami anak atau siswa lebih baik lagi.
Kenali kebutuhan belajar anak Anda disini
Referensi: Is Your Child a Slow Learner? Lamban Belajar (Slow Learner) dan Cepat Belajar (Fast Learner) Slow Learning - Causes, Problems, and Solutions
Penulis: Eka | Penyunting: Putra