Kisah Guru Jelita Di Era Digital - Guruinovatif.id

Diterbitkan 10 Mei 2022

Kisah Guru Jelita Di Era Digital

Saya menjadi guru sejak tahun 1997. Sebagai guru IPS, saya mengajar dengan percaya diri. Akan tetapi ketika saya ditunjuk sebagai wakil kepala sekolah bidang kurikulum pada tahun 2013, itu sesuatu yang merupakan tantangan yang luar biasa. Bagaimana tidak? Pada waktu itu, Saya belum bisa mengoperasikan komputer sama sekali, padahal semua pekerjaan Saya selaku kurikulum sangat berhubungn erat dengan komputer. 

Cerita Guru

Miyatun, S.Pd.M.Pd.

Kunjungi Profile
627x
Bagikan

Saya menjadi guru sejak tahun 1997. Sebagai guru IPS, saya mengajar dengan percaya diri. Akan tetapi ketika saya ditunjuk sebagai wakil kepala sekolah bidang kurikulum pada tahun 2013, itu sesuatu yang merupakan tantangan yang luar biasa. Bagaimana tidak? Pada waktu itu, Saya belum bisa mengoperasikan komputer sama sekali, padahal semua pekerjaan Saya selaku kurikulum sangat berhubungn erat dengan komputer. 

Secara outodidak saya mempelajari tentang komputer. Saya berusaha bisa, walau sering nada keras dari Ibu kepala sekolah, saya anggap itu adalah dorongan bahwa saya harus bisa. Dan akhirnya lambat laun saya agak bisa. Saya mulai bisa membimbing siswa dalam karya ilmiah, karena saya sudah bisa mengajarkan siswa saya dalam membuat laporan. 

Saya terus belajar, yang akhirnya pada tahun 2017 saya keluar dari zona nyaman. Pada tahun itulah saya mulai mengikuti perlombaan. Pada tahun itu saya mengikuti lomba guru berprestasi pertama kali, saya mendapatkan ranking 16 dari 50 lebih peserta. Dan pada tahun yang sama, saya mengikuti lomba olimpiade Guru Nasional, saya hanya ranking 5 besar kota Surakarta. Tapi saya tidak patah semangat, saya tetap ingin berkiprah di luar, walaupun masih ada keterbatasan di bidang teknologi. Akan tetapi saya tidak menyerah, saya selalu belajar dan belajar. Benar kata pepatah bahwa belajar tidak mengenal usia. Long life education. 

Pada tahun 2018, saya mencoba mengikuti lomba lagi dalam ajang guru berprestasi. Pada tahun inilah sesuatu sekali pada diri saya. Saya menjadi juara 1 guru berprestasi tingkat Kota Surakarta. Dan mewakili Kota Surakarta ke tingkat propinsi Jawa Tengah. Saya belum bisa memberikan yang terbaik bagi Kota Surakarta. 

Saya terus belajar dan mengikuti kompetisi, saya mencoba mengikuti lomba inovasi pembelajaran tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Kemdibud. Pada tahun 2019, saya menjadi finalis inobel. Benar-benar tidak disangka. Pada tahun inilah saya semakin semangat untuk mengikuti pendalaman tentang teknologi, terutama untuk pembelajaran. Pada tahun yang sama saya mendapat juara 3 PTK tingkat Kota Surakarta. Hal ini juga saya dapatkan lagi pada Tahun 2020.

Pada awal tahun 2020, dinyatakan bahwa pembelajaran secara daring atau online, agar dapat mencegah penyebaran corona. Saat itupun saya terus berpikir bagaimanakah pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik. Hal ini merupakan tantangan luar biasa yang kedua saya hadapi. Lagi-lagi tentang teknologi untuk pembelajaran. Banyak sekali diklat secara online. Walaupun saya sudah guru jelita (Jelang Lima Puluh Tahun),saya tidak akan berhenti untuk belajar. Saya ikuti diklat itu untuk menambah pengetahuan terutama di bidang teknolodi digital. 

Dari situlah saya membuat media pembelajaran yang menyenangkan dan menjadi solusi pada masa pandemi. Pada saat inilah saya membuat google classroom, quizizz, google form, video, youtube, flipbook, infografis, poster dan lain-lainnya. 

Pada tahun 2021 ketika PTMT (Pembelajaran Tatap Muka Terbatas) saya mencoba juga dengan blended learning berbantuan rolling kado dan google meet. Hal inilah yang menyebabkan saya mendapat juara 1 Se-Solo Raya. 

Di sela-sela Pendidikan saya sebagai calon guru penggerak Angkatan 4 (CGP Angkatan 4),saya mencaoba terus belajar. Dengan paradigma baru ini, saya pun mencoba untuk belajar menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Saya harus mengajarkan siswa saya sesuai kodrat alam dan kodrat jaman. Jaman sekarang adalah jaman IT, maka saya mengajarkan kepada siswa dengan IT juga. Ini pun merupakan tantangan yang harus tetap diikuti perkembangannya.

Pembelajaran saat ini sudah tatap muka 100%. Maka saya menggunakan pembelajaran ini agar kreatif, menyenagkan, inovatif dan akan selalu membekas dalam kalbu dan pikiran siswa. Pembelajaran saya buat dengan kemasan-kemasan lain dari guru yang lain. Saya kemas pembelajaran dengan kelas virtual, siswa dalam belajar sudah saya sediakan link yang menghubungkan media-media yang diinginkan dalam kelas virtual tersebut. Saya manfaatkan ruang komputer 3 yang tidak terpakai untuk pembelajaran. Karena ruang komputer 1 dan 2 sudah dimanfaatkan oleh guru TIK. Dalam setiap computer saya isi kelas virtual dan media pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang saya buat. 

Sesuai filosofis Ki Hajar Dewantara, bahwa guru harus menuntun siswa sesuai dengan kodrat alam dan kodrat lamannya. Selain itu sebagai guru harus mampu semboyan Ki Hajar dewantara juga, yaitu : ing ngarso sung Tulodho, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.

Semoga tetap tumbuh sebagai guru yang mampu mengadapitasi perkembangan jaman dan mampu mematahkan setiap tantangan yang dihadapi. Semakin banyak tantangan, guru akan semakin pintar. Dan saya tidak akan patah semanagt walaupun saya sudah berusia hampir 50 tahun. 

0

0

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Notifikasi WhatsApp

Ridar Kurnia

Apr 20, 2022
6 min
Menjadi Teman, Bukan Bully : Perspektif Sebagai Pendidik Dalam Menanggapi Kasus Bullying
Cita-citaku Bukan Menjadi Guru
6 min
Tantangan Guru 3T Dalam Menghadapi Transformasi Guru di Era Digital
8 min
Cerita Guru Ketika Pandemi
1 min
Guru Pelosok, Prestasi Siswa Mencolok
3 min

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB

Kursus Webinar