Pembuatan pola tas
Kita tidak pernah tahu, seberapa kuat diri kita. Hingga kuat akan menjadi satu-satunya pilihan untuk bertahan sampai detik ini. Kisah ini saya tuliskan ketika mendengar sebuah lagu berjudul tak pernah tinggalkanku. Lagu yang begitu dalam maknanya. Benar saja lagu ini dinyanyikan oleh Judika dan Nurlela salah seorang disabilitas. Seketika ingatan saya tertuju pada sosok lelaki setengah tua. Dialah salah satu pondasi kekuatan hidup saya. Hingga detik ini dialah yang menjadi motivasi untuk terus bertahan.
Disabilitas adalah kata yang sudah tidak asing lagi di sekitar kita. Jalan hidup yang selalu saya lalui berdampingan dengan orang disabilitas. Dialah bapak, yang tak pernah lelah mengajarkan kami anak-anaknya untuk terus berjuang dan menjadi pemenang. Dialah yang selalu membuat ibu selalu kuat menjalani hidup ini agar selalu bermakna istimewa. Selalu belajar darinya, bagaimana dia selalu melalui setiap hela nafasnya dengan ketulusan hati meski dengan keadaan serba terbatas.
Sosok setengah tua yang selalu mengajarkan saya untuk menanam impian menjadi seorang guru. Menjadi guru adalah tugas mulia. Butuh keberanian dan hati yang lapang untuk menjalaninya. Beban yang tidak ringan yang harus dipikul dengan penuh perasaan dengan peka. Bukan hal mudah, karena banyaknya rintangan yang tak terduga. Bahkan jauh dari teori-teori yang terdengar dari ahli. Ada yang berbeda dan membuat hati ini terkadang hampir patah.
Juli 2019 adalah awal langkah kaki ini menjadi guru. Kejutan yang sangat istimewa menjumpai beberapa remaja dengan kebutuhan khususnya. Saya pikir akan mudah dengan memberikan telinga ini untuk selalu menjadi pendengar yang baik. Ternyata tidak. Karakter yang beragam membuat saya harus bisa beradaptasi. Harus mampu menyesuaikan dengan kondisi hati yang tak jarang labil.
Anak berkebutuhan khusus (ABK),itulah label yang diberikan untuk mereka. Dari ratusan murid ada 10 siswa dengan keistimewaannya. Inilah yang menjadi tantangan saya menjadi guru di SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Berbekal pengalaman 2 SKS mata kuliah Pendidikan inklusi saya mulai memasuki kehidupan remaja spesial ini.
Kolaborasi dengan GPK sekolah
Kolaborasi menjadi istilah penting untuk bisa memberikan layanan pendidikan yang tepat. Guru kelas, wali kelas, GPK (guru pendamping khusus),orang tua bahkan teman sebayanya. Harus mampu mencakup semua untuk tahu setiap kondisinya. Tentunya hasil assesmen akan menjadi patokan utama dalam menyusun sebuah program untuk membantu murid mengembangkan kemapuannya dengan optimal.
Seiring dengan program inklusi sekolah anak berkebutuhan khusus dibekali dengan beberapa keterampilan. Salah satunya adalah menjahit. Saya adalah salah satu yang akan mengajari mereka untuk menjahit. Setiap hari Selasa anak berkebutuhan khusus ditarik dari kelas untuk bisa mengikuti keterampilan menjahit. Tentunya saya tidak memaksa, apabila ada yang memilih untuk bertahan belajar di kelas.
Menjadi pendengar yang baik saja, ternyata tidaklah cukup dalam menghadapi mereka. Sayapun harus berhati-hati dalam memilih setiap diksi untuk sekedar memulai pembicaranan. Sensitif menjadi rintangan lain dalam menghadapi mereka. Setiap perhatian yang diberikanpun harus bisa menyeluruh. Jika tidak, akan ada yang merasa cemburu atau diacuhkan.
Saya mulai pembicaraan dengan menanyakan hal-hal ringan dalam kehidupan mereka. Seperti menanyakan tentang hobi atau kesukaan mereka di rumah. Jika kalimat pertama sudah mampu menarik perhatian, mereka dengan sendirinya akan membuka diri untuk bercerita dan terbuka dengan saya. Setelah dirasa nyaman barulah masuk untuk membuat pola tas sederhana. Dilanjutkan dengan mengenal mesin jahit hingga menyelesaikannya menjadi sebuah tas.
Hasil tote bag Mengajarkan keterampilan untuk anak berkebutuhan khusus ternyata tidaklah mudah. Butuh sabar yang lebih berlimpah. Tidak hanya satu atau dua kali, namun berulang kali menjelaskan langkah demi langkahnya. Menjelaskan cara bagaimana mengoperasikan mesin jahit manualpun tidak semudah hanya memutarkan strength saja. Tidak mudah menjaga keseimbangan antara tangan dan kaki untuk saling bekerja sama menjalankan benang untuk menjadi sebuah setikan.
Keterbatasan adalah sebuah kata yang mungkin tidak akan pernah diinginkan oleh seseorang. Allah memberikan keterbatasan pada setiap insan untuk tahu bahwa hanya Allah yang sempurna. Benar saja, kunci menjalani semua ini adalah rasa syukur yang tiada henti. Saya bersyukur bertemu mereka di sekolah ini. Dari mereka saya belajar arti berjuang di tengah keterbatasan. Karena keterbatasan sejatinya bukan penghalang untuk mewujudkan sebuah impian.
Pada batas perjalanan hidup ini, banyak hal yang saya lalui dengan rintangan dan keterbatasan. Namun membuat saya belajar bahwa dibalik rasa syukur akan ada banyak hikmah yang bisa diambil. Rasa yang hampir menyerah dan hati yang hampir patah tak jarang menghampiri saya. Bukan kalah oleh keterbatasan atau ketidakmampuan. Tetapi karena ada satu alasan, bahwa tidak ada yang instan dalam mewujudkan sebuah impian.