Menjadi seorang guru berarti siap menjadi agen perubahan dalam dunia pendidikan. Terkadang kita harus rela melakukan hal-hal yang justru tidak pernah terbayangkan sebelumnya, misalnya saja seperti pengalaman saya ini. Salah satu pengalaman menarik menurut saya ketika mengajar di tahun ajaran 2021/2022 yaitu saat kembali mengajar anak-anak secara tata muka. Proses pembelajaran secara luring seperti ini saya nilai masih cukup kuat memberikan dampak yang signifikan terhadap pemahaman anak dengan materi ajar yang disampaikan guru. Terlebih bagi anak-anak seusia SD yang begitu pentingnya menanamkan konsep secara gamblang dengan benda-benda yang konkret.
Bertolak dari hal tersebut kemudian menginspirasi saya untuk mengaplikasikan dalam proses belajar mengajar bagi siswa saya. Pada tahun ajaran 2021/2022 saya mendapat tugas mengajar kelas 3, di mana rata-rata usia anak didik berada di usia 8-9 tahun. Seperti kita ketahui salah satu mata pelajaran yang sering menjadi momok bagi anak-anak yaitu matematika. Sebagian besar anak-anak rasanya tidak antusias jika harus bertemu angka, menghitung bahkan memecahkan suatu permasalahan yang berhubungan dengan logika. Hal tersebut berdampak pada kurang maksimalnya nilai yang diperoleh siswa. Banyak faktor penyebab siswa kurang antusias terhadap mata pelajaran matematika, faktor tersebut meliputi faktor internal (dari dalam diri siswa sendiri) maupun eksternal (dari luar siswa). Contoh faktor internal yaitu kemampuan intelegensi/dasar siswa tersebut, motivasi belajar siswa dan kesehatan siswa. Sedangkan faktor eksternal dapat ditemukan dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Jika dilihat dari lingkungan sekolah bisa dikatakan salah satunya yang dapat dilihat selama proses belajar mengajar di kelas. Di sinilah peran strategis guru sangat diperlukan demi meminimalisasi faktor eksternal penyebab kurang antusiasnya siswa terhadap mata pelajaran matematika.
Setelah mengumpulkan berbagai fakta penyebab kurang antusiasnya siswa terhadap mata pelajaran matematika, timbullah suatu ide untuk menumbuhkan pembelajaran di kelas menjadi lebih hidup. Saat itu materi matematika kelas 3 yang saya ambil adalah tentang “Menghitung Masa Kadaluwarsa Kemasan”. Materi ini erat kaitannya dengan cakupan materi yang luas yaitu waktu. Tentu saja sebelum masuk pada materi ini, siswa terlebih dahulu sudah belajar materi prasyarat. Materi prasyarat tersebut meliputi hari, bulan, tahun beserta penjabarannya. Pembelajaran dikemas dengan menggunakan media pembelajaran secara konkret, yaitu makanan ringan dalam kemasan yang terdapat tanda tanggal kadaluwarsa. Dengan jumlah siswa sebanyak 25 anak, adapun biaya yang saya keluarkan hanya Rp12.500,00. Adapun langkah pembelajaran yang saya lakukan terbagi dalam 3 tahap utama yaitu :
- Pembukaan
Sebelum guru masuk kelas menghadapi siswa, tentunta persiapan awal guru harus sudah matang. Apa saja? Mulai dari materi ajar, media yang digunakan (berbagai makanan ringan dalam kemasan), dan lembar kerja siswa. Tahap pembukaan ini digunakan untuk memunculkan motivasi dan semangat belajar siswa. Selain itu, dalam tahap ini siswa juga digiring untuk mengingat kembali materi prasyarat kemudian dikaitkan dengan materi yang akan dipelajari. Respon siswa pada tahap ini terlihat sangat antusias karena mereka melihat hal yang tidak biasanya di kelas. Penampilan guru yang masuk kelas dengan memakai kalung rencengan makanan ringan membuat mata mereka tidak bisa lepas untuk tidak penasaran dan terus memperhatikan. Mungkin sebagian pertanyaan dalam benak para siswa “mau apa ini guruku kok pakai rencengan snack seperti orang jualan?”. Di sinilah saya rasakan menjadi titik penting kita beraksi membuat praktik baik untuk mentransformasikan materi bagi siswa kita. Dengan percakapan-percakapan ringan yang menggiring siswa terus memperhatikan apa yang kita sampaikan akan membuat kita semakin mudah terjun dalam pikiran fokus siswa selama pembelajaran.
2. Inti
Pada tahapan ini guru akan berperan sebagai fasilitator dengan menyampaikan materi yang akan dipelajari serta melakukan tanya jawab dengan siswa. Setelah pengantar materi tersampaikan guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil. Masing-masing kelompok dapat diisi oleh 4-5 orang siswa, serta dipilih 1 siswa sebagai koordinator kelompoknya. Setelah siswa menempatkan diri pada kelompoknya, guru akan menjelaskan peraturan serta memfasilitasi siswa dalam kerja kelompok tersebut. Masing-masing kelompok akan mendapatkan lembar kerja sesuai materi. Media mengajar yang digunakan guru akan dibagikan tiap kelompok. Masing-masing kelompok akan menerima 5 bungkus makanan ringan yang harus mereka identifikasi. Hasil dari pengamatan mereka disajikan dalam lembar kerja siswa yang nantinya akan dipresentasikan tiap-tiap kelompok di depan kelas. Metode pembelajaran dengan media ini merupakan salah satu metode pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif selama pembelajaran berlangsung. Selain itu, siswa akan terlatih bekerjasama dalam tim, memimpin suatu kelompok, berdiskusi, dan menyampaikan hasil pengamatan di depan kelas. Guru dapat menggunakan kegiatan ini sekaligus sebagai penilaian afektif (sikap) siswa selama mengikuti pembelajaran.
3. Penutup
Setelah berlangsungnya diskusi kelompok dan penyampaian hasil pengamatan di depan kelas, guru dapat membuat kesimpulan dari hasil pekerjaan siswa. Kegiatan ini digunakan untuk menekankan inti dari kompetensi pada materi yang dipelajari. Setiap kelompok juga akan mendapatkan apresiasi atas kerja bagus yang mereka lakukan. Bentuk apresiasi tersebut dapat ditentukan dari seberapa banyak hasil analisa yang tepat pada lembar kerja siswa. Guru dapat membuat apresiasi kelompok terbaik (best team) untuk kelompok yang paling unggul. Selain apresiasi kelompok, guru dapat menggunakan media pembelajaran yang digunakan yaitu makanan ringan dalam kemasan tersebut untuk apreasiasi terhadap masing-masing siswa. Tentu seperti pepatah “Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui”. Di mana guru dapat memanfaatkan media tersebut untuk mengajar, sekaligus sebagai bentuk apresiasi kepada siswa. Prinsip ekonomis dengan biaya yang murah bisa menciptakan pembelajaran yang lain dari pada yang lain.
Demikian cerita pengalaman mengajar yang singkat dari saya. Besar harapan saya pengalaman ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi para guru di Indonesia dalam mengemban tugas mendidik siswa. Terkhusus dalam mengajar matematika agar dapat dikembangkan lagi sehingga cerita pengalaman ini dapat lebih disempurnakan menjadi sebuah praktik baik yang akan mentransformasikan dunia pendidikan. Sejatinya guru lah yang harus terus belajar untuk menciptakan kreativitas agar dapat melahirkan pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, berkesan, dan mempunyai arti yang penting bagi siswa. Saya yakin bahwa murid akan lebih mengingat ketika mereka berproses menganalisa dan menemukan solusi terhadap suatu masalah matematika yang dihadapi, daripada hanya sekedar menghafal rumus kemudian melupakan setelah materi berganti. Maka dari itu, peluang besar menanti bagi kita para guru untuk menggali lebih banyak penunjang pembelajaran yang akan berdampak perbaikan mutu pendidikan di negara kita.
Maju terus para pejuang pendidikan di Indonesia!