Tantangan Guru Masa Pandemi
Oleh : Tri Febrienti,SPd.MM
Dua tahun lebih berjalan masa-masa sulit proses pembelajaran disekolah saya, sedih tidak dapat bertemu dengan siswa ,begitu juga pertanyaan yang sering dikirimkan via wathshap saya dari beberapa siswa yang sudah kangen dengan suasana belajar di sekolah. “Assalamualaikum bu ,kapan ya kita masuk sekolah? Lama tidak bertemu dengan ibu dan teman-teman”, begitu tulisan yang sering terkirim di handphone saya. Hal ini terjadi karena Indonesia kedatangan virus Covid-19 dari Wuhan Cina bulan Maret 2019 yang lalu.Seperti datangnya kiamat banyak teman,saudara dan keluarga yang meninggalkan kita karena terkena virus tersebut. Hampir semua sendi kehidupan mengalami kendala, termasuk pendidikan.Kesulitan yang datang harus tetap dihadapi dan harus diperjuangkan serta bertahan untuk kehidupan kita dimasa yang akan datang.
Pembelajaran harus tetap berjalan, salah satunya dengan cara online atau daring, tetapi bagaimana dengan siswa yang terkendala tidak memiliki HP? Kondisi ekonomi orang tua siswa untuk menyediakan sarana pembelajaran juga terbatas termasuk penyediaan HP.Banyak orang tua yang sangat bersyukur dapat menyekolahkan anaknya ataupun dapat memberi makan dan bekal sekolah dengan sehat sudah cukup meggembirakan melihat kondisi ekonominya yang tidak memungkinkan saat itu.Salah satu cara untuk mengatasi kendala tersebut dengan belajar jemput bola ,yaitu membuat kelompok kecil belajar di masing-masing siswa yang rumahnya berdekatan baik itu 4 siswa sampai sepuluh siswa agar berkumpul di salah satu rumah siswa dan kita sebagai guru mendatangi rumah siswa tersebut untuk memberikan pelajaran. Dua atau tiga guru mendatangi kelompok belajar siswa tersebut secara bergantian sesuai jadwal yang sudah dikoordinasikan antar siswa dengan wali kelasnya. Belajar secara jemput bola tersebut juga tidak berjalan lancar, karena virus covid-19 semakin merajalela dan semakin luas penyebarannya yang akhirnya pembelajaran secara jemput bola tersebut harus dihentikan berganti secara daring total.
Sesuai edaran dari kementerian pendidikan dan kementerian agama pada bulan september 2021 pembelajaran sudah dapat dilakukan dengan tatap muka walaupun belum sepenuhnya dapat mengikuti pembelajaran, siswa diperkenankan hadir dengan kapasitas lima puluh persen dan perhitungan belajarnyapun dibatasi cukup dua jam pembelajaran. Apakah cukup untuk meningkatkan kecerdasan intelektual dan kecerdasan karakternya? Padahal bagaimana pembelajaran daring yang telah berjalan selama ini, berhasilkah mencetak siswa yang berkarakter dan berkompeten? Hal ini merupakan tantangan kita sebagai guru , bagaimana guru dituntut mampu untuk menjembatani dan memfasilitasi siswanya agar berkompeten dalam menghadapi kondisi kehidupan masa kini dan masa yang akan datang.Mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur,memiliki pengetahuan dan ketrampilan,sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan sesuai amanah dari Undang –undang Sistem Pendidikan Nasional.
Klaten, 19 Mei 2022
Penulis adalah Guru MTsN 2 Klaten