Pada era digital guru menghadapi tantangan akan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat. Mereka dituntut untuk berinovasi dan berkreasi dalam memberikan metode pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik. Mereka harus mampu menyesuaikan dan mengembangkan diri mengikuti perkembangan teknologi. Sehingga guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang diselaraskan dengan pemanfaatan teknologi. Untuk mencapai itu, penting bagi guru untuk memiliki keterampilan dalam memanfaatkan teknologi ke dalam kegiatan pembelajaran. Namun, seringkali hal itu membuat guru mengalami kewalahan dan stres. Mereka yang belum siap dengan kondisi kerja baru akan mengalami tekanan dan kelelahan yang lebih besar karena tuntutan yang semakin meningkat. Hal itu dapat berdampak negatif pada pekerjaan mereka dan hubungan dengan peserta didik.
Di sisi lain, guru sebagai seorang pendidik juga dituntut untuk memiliki kematangan, kedewasaan, kesehatan jasmani dan rohani. Menurut dr. Sri Wati Astuti AR, Sp.KJ (Psikiater) menjelaskan kesehatan mental guru sangat penting, karena berperan dalam memengaruhi efektivitas dan kualitas pendidikan yang mereka berikan kepada peserta didik. Guru adalah bagian integral dari lingkungan pendidikan, dan kesejahteraan mental mereka memiliki dampak langsung pada proses pembelajaran dan perkembangan siswa.
Al-Fudail dan Mellar (2008) melakukan penelitian mereka tentang 'model interaksi lingkungan guru-teknologi' untuk menguji apakah guru mengalami tekanan teknologi ketika mereka harus memasukkan teknologi pendidikan ke dalam praktik pengajaran mereka. Hasil penelitian mereka menegaskan bahwa guru mengalami tekanan teknologi ketika menggunakan teknologi pendidikan dan menunjukkan bahwa faktor utamanya adalah upaya untuk menjelaskan cara kerja teknologi kepada siswa, pelatihan yang diperlukan untuk merombak praktik pengajaran, masalah pengoperasian perangkat lunak dan fasilitas sekolah, dan kurangnya dukungan penerapan teknologi di kelas.
Penelitian dari Jena (2015) memberikan beberapa saran untuk memerangi munculnya technostress atau salah satu jenis stres yang disebabkan oleh teknologi (p. 1022):
- menjaga sikap positif terhadap inovasi,
- menghindari resistensi terhadap perubahan teknologi karena adanya hubungan emosional, lebih besar kemungkinannya terhadap munculnya inovasi. stres,
- mengetahui dan menggunakan teknik pengurangan stres,
- manajemen tingkat atas harus memberikan pelatihan dan dukungan yang diperlukan bagi guru untuk memperkenalkan teknologi pendidikan ke dalam praktik mereka, dan
- infrastruktur diperlukan untuk memasukkan teknologi pendidikan ke dalam proses belajar mengajar proses. Persoalan terakhir ini merupakan salah satu hal yang harus dilakukan oleh suatu administrasi dengan tanggung jawab yang besar untuk menjamin efektivitas proses pengajaran dengan menggunakan teknologi pendidikan.
Strategi untuk mengatasi tantangan itu adalah guru mengelola stres dan kecemasan dengan dengan benar saat penggunaan teknologi. Kesehatan mental yang baik dapat mendorong kreativitas dan inovasi dalam pendidikan. Guru yang merasa baik secara mental lebih mungkin mencoba pendekatan pembelajaran yang berbeda dan mencari solusi kreatif untuk tantangan yang muncul.
Sumber referensi:
Al-Fudail M., Mellar H. Menyelidiki stres guru saat menggunakan teknologi. Hitung. Mendidik. 2008; 51 :1103–1110. doi: 10.1016/j.compedu.2007.11.004.
Fernández-Batanero JM, Román-Graván P, Reyes-Rebollo MM, Montenegro-Rueda M. Impact of Educational Technology on Teacher Stress and Anxiety: A Literature Review. Int J Environ Res Public Health. 2021 Jan 11;18(2):548. doi: 10.3390/ijerph18020548. PMID: 33440738; PMCID: PMC7827099.
https://stekom.ac.id/berita/inspiring-professional-kesehatan-mental-guru-seberapa-penting
Penyunting: Putra