GI Class #155 | Peran Guru dalam Merawat Kesehatan Psikologis Siswa di Era Digitalisasi - Guruinovatif.id

Diterbitkan 02 Des 2025

GI Class #155 | Peran Guru dalam Merawat Kesehatan Psikologis Siswa di Era Digitalisasi

Webinar GIC #155 mengajak guru memahami kesehatan psikologis peserta didik di era digital. Melalui pendekatan empatik dan strategi pendampingan yang reflektif, guru diajak menciptakan ruang belajar yang aman, suportif, dan relevan bagi perkembangan emosional peserta didik.

Pelatihan Guru

Event Guru Inovatif

Kunjungi Profile
45x
Bagikan

[Yogyakarta, 28 November 2025] – GuruInovatif.id kembali menghadirkan webinar nasional yang berfokus pada isu penting dalam dunia pendidikan modern, yaitu bagaimana guru merawat kesehatan psikologis peserta didik di tengah derasnya perkembangan teknologi. Dalam sesi yang dipandu oleh Jatu Anggraeni, S.Psi., M.Psi., Psikolog, para pendidik diajak memahami tantangan emosional generasi digital serta cara mendampingi mereka dengan pendekatan yang lebih manusiawi.

Digitalisasi membuka peluang besar bagi peserta didik untuk tumbuh sebagai pembelajar mandiri, tetapi juga menghadirkan tekanan psikologis yang tidak terlihat. Beban informasi, dinamika sosial digital, dan ekspektasi yang terus meningkat membuat banyak peserta didik berada dalam kondisi mental yang rentan. Di sinilah guru membutuhkan perspektif baru mengenai bagaimana membangun ruang belajar yang aman secara emosional sekaligus produktif secara akademik.

Melalui pendekatan yang reflektif dan kontekstual, sesi ini mengajak guru memahami bagaimana pola pikir dan karakter generasi digital memengaruhi cara mereka menyerap informasi, berinteraksi, dan memaknai proses belajar. Jatu menekankan bahwa keseimbangan psikologis menjadi fondasi penting yang menentukan keberhasilan pembelajaran.

Webinar ini dirancang agar guru kembali merasakan perannya sebagai pendamping perkembangan peserta didik, bukan sekadar penyampai materi. Ketika kesehatan psikologis menjadi dasar pembelajaran, hubungan antara guru dan peserta didik pun tumbuh lebih kuat dan bermakna.

Memahami Tantangan Psikologis Peserta Didik di Era Digital

Sesi dibuka dengan menggambarkan kondisi psikologis peserta didik masa kini yang rentan mengalami beban emosional akibat paparan informasi yang berlebihan. Jatu menekankan bahwa banyak peserta didik berjuang mengatur fokus, mengelola kecemasan, dan menghadapi tekanan dari lingkungan digital yang terus menuntut respons cepat. Tantangan ini sering tidak terlihat, tetapi sangat memengaruhi bagaimana mereka hadir dan terlibat dalam proses belajar.

“Jangan sampai kita salah tafsir,” ujar Jatu dalam penyampaiannya. “Kadang kita melihat peserta didik tidak fokus atau mudah marah, padahal mereka sedang kewalahan menghadapi tekanan mental yang tidak terlihat.” Ungkapan ini menjadi pengingat bahwa perilaku yang tampak di permukaan tidak selalu mencerminkan kondisi emosional sesungguhnya.

Guru diajak memahami bahwa perubahan sikap atau penurunan performa akademik tidak bisa dilepaskan dari faktor psikologis yang melatarinya. Peserta didik berhadapan dengan ekspektasi yang tinggi, baik dari sekolah maupun lingkungan sosial digital yang sering kali membanding-bandingkan pencapaian. Ketika mereka merasa tertinggal, rasa cemas, takut gagal, atau kehilangan motivasi dapat muncul tanpa disadari. Di sinilah guru perlu hadir bukan sekadar sebagai pengajar, tetapi sebagai sosok yang memahami perjalanan emosional mereka.

GI Class #155 | Peran Guru dalam Merawat Kesehatan Psikologis Siswa di Era Digitalisasi

Pendekatan ini mengubah orientasi pembelajaran dari sekadar menyampaikan materi menjadi pendampingan utuh terhadap perkembangan peserta didik. Guru diajak melihat tanda-tanda kecil seperti perubahan mimik, ketidakmauan berpartisipasi, atau kelelahan yang terus berulang sebagai sinyal bahwa peserta didik membutuhkan ruang aman untuk bercerita. Ketika guru memahami konteks emosional mereka, proses belajar menjadi lebih manusiawi dan bermakna.

Karakter Generasi Z dan Alpha dalam Proses Belajar

Generasi Z dan Alpha tumbuh dalam budaya digital yang serba cepat dan penuh rangsangan visual. Hal ini memengaruhi cara mereka memproses informasi, menyampaikan pendapat, dan merespons lingkungan belajar. Peserta didik generasi ini menginginkan interaksi yang lebih dialogis dan fleksibel, serta lebih nyaman dengan pendekatan pembelajaran yang visual, interaktif, dan personal.

Jatu menjelaskan bahwa perbedaan gaya komunikasi antara guru dan peserta didik sering menjadi sumber kesalahpahaman. Guru terbiasa menggunakan bahasa instruktif, sementara peserta didik lebih mudah menerima penjelasan yang hangat, setara, dan tidak menggurui. Dengan memahami dinamika ini, guru dapat menciptakan suasana kelas yang lebih harmonis dan saling menghargai.

Karakter generasi digital bukanlah hambatan, melainkan peluang untuk menyesuaikan pembelajaran. Ketika guru memberi ruang bagi peserta didik untuk berekspresi melalui berbagai bentuk seperti video, poster, atau proyek kreatif, mereka merasa lebih dihargai dan terlibat aktif. Pendekatan ini tidak hanya membuat pembelajaran lebih menarik, tetapi juga meningkatkan keterhubungan emosional antara guru dan peserta didik.

Baca juga: 
Mengapa Pendidikan Humanis Penting? Memahami Potensi Anak Secara Utuh

Dengan memahami kebutuhan generasi digital, guru dapat membangun relasi yang lebih kuat dan membuka kesempatan bagi peserta didik untuk lebih terbuka terhadap proses pendampingan emosional. Hubungan yang sehat menjadi fondasi penting dalam pembelajaran yang efektif.

Peran Guru sebagai Pendamping Emosional Peserta Didik

Dalam sesi ini, Jatu menggarisbawahi peran guru sebagai pendamping emosional yang turut membantu peserta didik mengembangkan ketahanan diri dalam menghadapi tekanan digital. Guru berada pada posisi yang memungkinkan mereka melihat perubahan emosional peserta didik secara langsung, sehingga mereka dapat memberikan dukungan sedini mungkin.

Pendampingan emosional tidak harus berupa intervensi besar. Sikap sederhana seperti menyapa peserta didik, memberi waktu jeda ketika mereka tampak lelah, atau menyediakan ruang untuk bercerita sering kali memiliki dampak besar terhadap rasa aman mereka. Tindakan kecil semacam ini menciptakan atmosfer kelas yang lebih suportif dan inklusif.

Webinar ini juga menekankan pentingnya menciptakan kelas sebagai ruang aman, tempat peserta didik merasa bebas untuk mencoba, bertanya, atau bahkan gagal tanpa merasa dihakimi. Ketika rasa aman terbangun, peserta didik lebih mudah mengelola tekanan, lebih percaya diri, dan lebih siap menghadapi tantangan akademik maupun sosial.

Baca juga: 
Menghidupkan Ruang Belajar Lewat Diferensiasi agar Pembelajaran Lebih Bermakna

Dukungan emosional yang diberikan guru berdampak jangka panjang. Peserta didik yang merasakan pendampingan yang konsisten akan tumbuh lebih percaya diri dan mampu menghadapi kompleksitas dunia digital dengan kesiapan emosional yang lebih baik.

Merawat Ruang Belajar dengan Pendekatan yang Lebih Manusiawi

Pendampingan psikologis di era digital bukan lagi sekadar upaya tambahan, tetapi bagian penting dari proses pendidikan yang berpihak pada kemanusiaan. Ketika guru memberikan ruang bagi peserta didik untuk merasa aman, didengar, dan dipahami, mereka sesungguhnya sedang membangun fondasi belajar yang lebih kokoh dibandingkan sekadar mengejar capaian akademik. Di tengah derasnya arus informasi dan tekanan sosial digital, kehadiran guru sebagai figur yang stabil dan suportif menjadi penopang penting bagi kesejahteraan emosional peserta didik.

Materi yang dibagikan dalam webinar ini mengingatkan bahwa merawat kesehatan psikologis tidak harus dimulai dari langkah besar. Justru praktik kecil seperti menyapa, membuka percakapan ringan, atau memberi kesempatan jeda dapat menjembatani peserta didik yang sedang berjuang dengan emosi yang sulit diungkapkan. Sikap ini membantu menciptakan kelas sebagai ruang pulih, ruang belajar, dan ruang tumbuh yang berjalan bersamaan.

Dengan memahami karakter generasi digital, guru dapat menata ulang interaksi di kelas menjadi lebih relevan dan empatik. Pendekatan ini membantu peserta didik menemukan ritme belajarnya, membangun ketahanan diri, dan menghadapi tantangan masa kini dengan keyakinan yang lebih sehat. Saat lingkungan belajar memelihara emosi, proses akademik pun mengalir lebih alami.

Simak kembali pemaparan lengkap webinar ini dan pelajari lebih jauh berbagai pendekatan pendampingan emosional yang dapat langsung Anda terapkan di sekolah melalui rekaman resmi acara yang tersedia di laman ini.

Bergabunglah dalam membership GuruInovatif.id dan temukan ratusan pelatihan, sertifikat resmi, serta mentoring yang membantu guru mengembangkan pembelajaran cerdas digital yang tetap berakar pada nilai, karakter, dan kemanusiaan.

Psikologi GIC155 EraDigital GenZ GenAlpha GuruInovatif.id

Klik untuk bergabung membership GuruInovatif.id!


Penulis: Ridwan | Penyunting: Putra

0

0

Loading comments...

Memuat komentar...

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

GI Class #156 | Implementasi Kurikulum Adaptif Berbasis Inklusif dalam Mewujudkan Pembelajaran yang Bermakna
0 sec
GI Academy #34 | Integrasi Fitur Asisten Guru PMM dan AI untuk Pembuatan Modul Ajar
0 sec
Media Pembelajaran Modern: Transformasi Pendidikan di Era Digital
0 sec
Mengenal Pentingnya Kompetensi Manajerial untuk Guru
0 sec
GI Class #131 | Membangun Budaya Kolaborasi di Sekolah: Strategi untuk Meningkatkan Keterlibatan dan Kerjasama Guru, Siswa, dan Orang Tua
0 sec
Webinar pendidikan Gratis tentang Relasi pendidikan dan Teknologi di Era Digital
0 sec
Komunitas