[Yogyakarta, 18-19 Juli 2025] GuruInovatif.id menyelenggarakan workshop nasional bersertifikat Guru Inovatif Academy ke-49 yang membahas mengenai topik “Pendampingan Emosional, Coaching, dan Penguatan Karakter Berbasis Data untuk Guru BK dan Wali Kelas” bersama Chintia Giana.
Sesi dibuka dengan pertanyaan sederhana namun menggugah: “Bagaimana perasaan Bapak Ibu saat ini?”
Pertanyaan ini bukan sekadar pembuka, tetapi undangan untuk menyadari pentingnya mengenali dan mengelola emosi baik pada diri sendiri maupun pada siswa. Melalui pemaparan mengenai Roda Emosi Plutchik, peserta diajak memahami spektrum emosi secara lebih mendalam sebagai langkah awal dalam melakukan pendampingan emosional yang bermakna.
Tak hanya itu, Chintia juga mengajak peserta merefleksikan satu pertanyaan penting: “Jika Anda hari ini adalah murid, siapa guru yang anda harap hadir di samping Anda saat merasa sedih atau bingung?” Pertanyaan ini mengarahkan para peserta untuk menggali makna hadirnya guru yang tak hanya cakap secara akademik, tapi juga mampu menjadi penopang emosional siswa dalam masa-masa sulit.
Peran Guru BK & Wali Kelas dalam Pendampingan Emosional dan Penguatan Karakter Siswa
Kemudian Chintia menanggapi terkait masalah kesehatan mental di kalangan remaja yang kini menjadi tantangan nyata dalam dunia pendidikan. Berdasarkan data, 1 dari 3 remaja di Indonesia mengalami gangguan emosional. Di Jakarta, 34% pelajar SMA terindikasi mengalaminya, dan tren bunuh diri terus meningkat.
Sayangnya, akses konseling di sekolah masih terbatas. Banyak siswa merasa kesepian, tidak punya tempat bercerita, atau merasa tidak didengar.
“Layanan konseling kita belum ideal. Guru BK bisa menangani hingga 150 siswa, bahkan ada sekolah yang tidak memiliki guru BK sama sekali,” ujar Cintiana.
Belum lagi, tidak semua wali kelas memiliki dasar keilmuan konseling. Padahal, dalam situasi darurat atau sehari-hari, wali kelas sering menjadi sosok pertama yang ditemui siswa. Di sinilah pentingnya kolaborasi peran.
Chintia mengajak peserta untuk memahami bahwa pendampingan emosional adalah tanggung jawab kolektif. Guru BK berperan dalam memberikan layanan konseling untuk mendukung aspek pribadi, sosial, dan karier siswa. Sementara wali kelas berperan sebagai “orang tua kedua” yang menciptakan kedekatan emosional dan membangun relasi sehat dengan murid maupun orang tua.
“Guru mata pelajaran membimbing dalam akademik, wali kelas dalam keseharian, dan guru BK dalam aspek psikologis. Ketiganya saling melengkapi demi tumbuh kembang siswa yang utuh,” tegas Chintia.
Baca juga:
Menumbuhkan Kemandirian dan Kepercayaan Diri: Strategi Terbaik dalam Mengembangkan Sosial Emosional Peserta Didik
Dasar Coaching untuk Guru: Pendekatan Reflektif, Bukan Sekadar Menasihati!
Selanjutnya, Chintia menjelaskan bahwa coaching adalah proses mendampingi siswa untuk menggali potensi dirinya dan menemukan solusi melalui pertanyaan reflektif bukan melalui pemberian nasihat langsung.
Peran guru dalam coaching adalah melemparkan pertanyaan-pertanyaan yang tepat, sehingga siswa bisa menemukan sendiri solusi dari permasalahan yang dihadapi.
Tiga pendekatan yang kerap digunakan dalam mendampingi siswa, diantaranya coaching, konseling, dan mentoring. Dalam dunia pendidikan, guru sering kali berperan tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing. Meskipun ketiganya memiliki tujuan pengembangan individu, tetapi cara pendekatannya berbeda.
Coaching adalah proses mendampingi siswa untuk menggali potensi dirinya dan menemukan solusi melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif. Fokusnya adalah membantu siswa menemukan jawaban sendiri, bukan memberikan nasihat langsung.
Konseling lebih berorientasi pada pemecahan masalah pribadi, emosional, atau psikologis. Seorang konselor biasanya membantu siswa mengatasi masalah yang mengganggu kesejahteraan mental atau emosional mereka.
Mentoring adalah proses bimbingan jangka panjang dari seseorang yang lebih berpengalaman kepada siswa. Seorang mentor biasanya berbagi pengalaman, memberi saran, dan menjadi panutan dalam pengembangan pribadi atau profesional siswa.
Dengan memahami perbedaan ketiganya, guru dapat menentukan pendekatan yang paling sesuai untuk mendampingi siswa berdasarkan kebutuhan dan situasi yang dihadapi.

Tiga Kemampuan Dasar Coaching bagi Guru
Menurut Chintia terdapat tiga kemampuan utama yang sebaiknya dilimiki oleh guru:
1. Pendengar aktif
Guru tidak hanya mendengar kata-kata siswa, tapi juga memperhatikan emosi dan bahasa tubuh mereka. Tidak menyela, tidak menghakimi, dan menunjukkan empati melalui nada suara dan ekspresi adalah kunci dalam membangun kepercayaan.
2. Bertanya reflektif
Pertanyaan yang tepat membantu siswa memahami perasaannya dan mencari solusi sendiri. Hindari pertanyaan menghakimi seperti “Kenapa kamu begitu?”, dan gunakan pertanyaan terbuka seperti, “Apa yang bisa Reja lakukan minggu depan?”
3. Memvalidasi perasaan
Siswa perlu merasa dimengerti. Kalimat seperti “Wajar kalau Reja merasa bingung” menunjukkan bahwa guru hadir secara emosional dan menghargai apa yang siswa rasakan.
Pemanfaatan Data Akademik dan Non-Akademik untuk Identifikasi Masalah dan Kebutuhan Siswa
Chintia juga mengungkapkan untuk mengidentifikasi masalah dan kebutuhan siswa, sebagai guru, kita butuh gambaran utuh tentang siswa. Data akademik dan non-akademik bisa jadi alat bantu untuk mengenali masalah dan merancang pendampingan yang tepat.
1. Data akademik
Berikut ini alat bantu yang termasuk dalam kategori ini:
Nilai pelajaran atau rapor semester
Bisa dilihat apakah ada penurunan mendadak atau pola yang tidak biasa.
Tingkat ketuntasan belajar
Apakah siswa menyelesaikan tugas dan mengikuti pelajaran dengan baik?
Jumlah mata pelajaran yang tuntas
Ini bisa menunjukkan apakah ada pelajaran yang jadi hambatan khusus.
2. Data non-akademik
Beberapa contoh alat bantu yang termasuk dalam kategori ini antara lain:
Kehadiran dan absen siswa
Jika sering absen tanpa alasan jelas, bisa jadi ada hal yang perlu digali lebih dalam.
Catatan pelanggaran atau konflik sosial
Bisa berasal dari guru, BK, atau sistem poin pelanggaran yang dimiliki sekolah.
Observasi dari guru lain
Perilaku siswa bisa berbeda-beda di tiap mata pelajaran, jadi penting minta masukan dari berbagai guru.
Hubungan sosial dengan teman
Misalnya, siswa jadi pendiam, mudah tersinggung, atau terlalu mencari perhatian, itu bisa jadi sinyal awal.
Baca juga:
Melatih Kecerdasan Emosional Anak di Dalam Kelas
Contoh Singkat Dialog Coaching untuk Siswa yang Kehilangan Semangat Belajar
Guru: "Akhir-akhir ini kamu terlihat berbeda, ada yang lagi kamu rasakan?"
Siswa: "Entah ya, Bu. Lagi nggak semangat aja belajarnya."
Guru: "Boleh cerita lebih lanjut? Mungkin ada hal yang bikin kamu kepikiran?"
Siswa: "Iya... di rumah lagi banyak masalah. Jadi nggak fokus."
Guru: "Terima kasih udah cerita. Kalau menurutmu, hal kecil apa yang bisa kamu coba dulu biar semangatmu pelan-pelan balik?"
Siswa: "Mungkin mulai dari ngerapihin jadwal belajar, Bu."
Guru: "Itu ide bagus. Aku bisa bantu kamu atur ulang jadwalnya, lalu kita cek bareng perkembangannya minggu depan. Setuju?"
Siswa: "Iya, Bu. Terima kasih."
Dialog ini menggambarkan bagaimana coaching bisa dilakukan secara ringan namun tetap bermakna. Dengan mendengarkan aktif dan memberikan pertanyaan reflektif, guru dapat membantu siswa menemukan motivasinya kembali.
Simak penjelasan lebih lengkap mengenai pendampingan emosional, coaching, dan penguatan karakter berbasis data untuk guru BK dan wali kelas dalam tayangan ulang workshop nasional berikut ini!
Tertarik dengan materi-materi yang serupa? Yuk, bergabung menjadi membership GuruInovatif.id untuk mendapatkan berbagai akses materi pengembangan kompetensi guru lainnya.

Akses materi lainnya disini!
Penulis: Faqih | Penyunting: Putra