Bagian dari tumbuh dewasa adalah bertambahnya kemampuan seseorang untuk mengenali dirinya sendiri. Seiring bertambahnya usia dan pengalaman, Anda belajar melibatkan hubungan dengan orang lain, Anda berkomunikasi untuk menyenangkan perasaan siapapun yang Anda temui, menghindari perasaan terluka, dan mulai berhubungan dengan mereka yang berbeda dari diri Anda. Anda belajar banyak hal baru tentang bagaimana Anda harus berperilaku, bertindak, dan berbagai tindakan sensitif lainnya.
Memahami diri sendiri merupakan proses mengenali dan mengeksplorasi kepribadian serta keunikan Anda sendiri. Ini dapat membantu Anda mengembangkan kepercayaan diri, mengidentifikasi tujuan dan nilai-nilai Anda, serta memahami cara terbaik untuk mengelola emosi dan menghadapi tantangan dalam kehidupan. Apabila kemampuan mengontrol emosi telah matang maka setiap aspek dalam kehidupan menjadi lebih terlaksana dengan baik.
Kecerdasan emosional yang baik dapat menciptakan hubungan yang harmonis antar peserta didik (Sumber: Canva) Salah satu bentuk pengaplikasian dari kemampuan tersebut diimplementasikan dalam dunia pendidikan. Sebagai contoh sederhana, ketika peserta didik pulang sekolah, ia melihat ibu-ibu pemulung merapikan botol-botol bekas yang telah beliau kumpulkan sebelumnya. Setelah itu, ia tersebut memberi tahu teman-temannya untuk selalu mengumpulkan botol plastik di satu wadah tertentu lalu diberikan kepada ibu-ibu tersebut agar mempermudah pekerjaan mereka sehingga bisa menghasilkan banyak uang. Nah! dari ilustrasi tersebut kita dapat melihat bahwa anak tersebut memiliki kecerdasan emosional yang baik atau familiar disebut dengan Emotional Intelligence (EQ).
Apa itu Emotional Intelligence (EQ)? Apa saja komponen-komponennya? dan Bagaimana penerapannya dalam pembelajaran? Simak penjelasan sampai akhir ya!
Emotional Intelligence Konsep emotional intelligence pertama kali muncul pada tahun 1990, diperkenalkan oleh Peter Salovey dan John Mayer, seorang psikolog Amerika Serikat. Dalam pandangan mereka, emotional intelligence merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali dan mengelola emosi sendiri dan orang lain. Setelah itu, konsep EQ dikembangkan oleh Daniel Goleman, seorang jurnalis dan penulis buku yang mempopulerkan konsep tersebut melalui bukunya yang berjudul "Emotional Intelligence" pada tahun 1995. Goleman menyatakan bahwa emotional intelligence merupakan kemampuan yang lebih penting daripada IQ dalam menentukan kesuksesan seseorang dalam kehidupan.
Dengan demikian, emotional intelligence merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali dan mengelola emosi sendiri dan orang lain. Ini termasuk kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi dengan cara yang efektif, serta mengelola dan mengendalikan emosi agar tidak mengganggu prestasi dan interaksi sosial. Oleh karena itu, kemampuan EQ seseorang dapat menunjukan kualitas dirinya sendiri yang berdampak pada peningkatan taraf hidup dalam masyarakat sosial.
Komponen-Komponen EQ Dalam upaya memahami seperangkat konsep EQ ada beberapa komponen yang harus Anda pahami. Berikut merupakan uraiannya.
1. Self-awareness Self-awareness merupakan kemampuan untuk mengenali dan memahami emosi diri sendiri, serta bagaimana emosi tersebut mempengaruhi tingkah laku dan pikiran. Semakin memahami diri sendiri dengan baik maka Anda dapat menyusun segala rencana dengan lebih tenang.
2. Self-regulation Self-regulation merupakan kemampuan untuk mengendalikan dan mengelola emosi sendiri, serta mengubah respons emosi yang tidak produktif menjadi respons yang lebih baik.
3. Motivation Motivasi merupakan kemampuan untuk menggunakan emosi untuk mencapai tujuan dan mengelola dorongan diri.
4. Empathy Kemampuan empati, merupakan keterampilan untuk memahami dan merasakan emosi orang lain, serta bereaksi secara empati terhadap mereka.
5. Social skills Kemampuan sosial merupakan keterampilan untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain secara efektif, serta mengelola hubungan dengan orang lain dengan baik.
Penerapan EQ dalam Pembelajaran Kecerdasan emosional merupakan salah satu komponen terpenting dalam pendidikan. Hubungan yang harmonis antara tenaga pendidik dan peserta didik dapat menciptakan suasana kelas yang hangat dan menyenangkan. Situasi tersebut dapat meningkatkan kemampuan pemerolehan dan pemahaman materi ajar secara maksimal. Berikut merupakan beberapa penerapan EQ dalam pembelajaran.
1. Mengajarkan Pengelolaan Emosi kepada Peserta Didik Tenaga pendidik dapat membantu peserta didik mengenali emos i yang mereka rasakan dan mengelola emosi tersebut dengan cara yang efektif. Sebagai contoh, ajaklah mereka berdiskusi dan merefleksikan perasaan-perasaan atau situasi apa saja yang seringkali membuat mereka tidak nyaman. Bantulah mereka dengan pendekatan emosional seperti memberikan video motivasi, studi kasus, dan merekomendasikan mereka untuk membaca buku-buku self-improvement. Langkah tersebut dapat membantu peserta didik untuk tetap fokus dan produktif dalam belajar.
Kecerdasan emosional dapat dimulai dari hal-hal sederhana seperti hormat sikap hormat kepada orang tua (Sumber: Canva) 2. Mengembangkan Kepekaan dan Empati Tenaga pendidik dapat membantu peserta didik memahami dan merasakan emosi orang lain. Sebagai contoh, ajaklah peserta didik menonton social experiment atau kisah-kisah inspirasional di media sosial seperti YouTube dan Instagram. Doronglah mereka untuk menyampaikan pendapat mereka tentang video yang telah ditonton. Berikan mereka waktu untuk merefleksikan apa yang mereka lihat lalu cobalah untuk bertanya langkah apa yang akan mereka lakukan, bagaimana perasaan mereka, dan apakah video tersebut mendorong mereka untuk berbuat lebih baik lagi. Hal tersebut dapat membantu peserta didik untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan teman sebaya dan mengelola konflik dengan lebih tenang.
3. Mendorong Peserta Didik untuk Berkomunikasi secara EFektif Mengetahui komponen-komponen EQ dengan baik dapat menjadi solusi saat sedang mengalami burnout dan stress . Anda selaku tenaga pendidik dapat membantu peserta didik menyampaikan keluh kesah selama pembelajaran berlangsung. Apa saja yang membuat pikiran mereka bertumpuk dan apa harapan mereka dalam mata pelajaran tersebut. Keterbukaan seperti ini memang sangat sulit dilakukan di dalam kelas. Namun, praktik seperti ini dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan menyenangkan. Dengan memberikan ruang sebesar-besarnya kepada peserta didik, mereka dapat merasa terlindungi dan nyaman selama pembelajaran. Hal inilah juga yang mendorong mereka untuk selalu berkomunikasi dengan secara efektif.
Peserta didik menjadi terampil dalam berkomunikasi satu sama lain (Sumber: Canva) 4. Meningkatkan Kemampuan untuk Menghadapi Tantangan Seseorang yang memiliki tingkat emotional intelligence yang baik dapat membantu ia dalam menghadapi tantangan dan mengelola stress dengan lebih baik. Ini dapat membantu peserta didik selalu stabil dan produktif dalam situasi yang sulit atau menantang.
5. Menciptakan Lingkungan belajar yang Mendukung Tenaga pendidik dapat membuat lingkungan belajar yang mendukung untuk pengembangan emotional intelligence peserta didik, dengan memberikan dukungan dan menciptakan suasana yang aman dan nyaman bagi peserta didik untuk belajar dan berkembang. Lingkungan kelas yang suportif dapat membuat peserta didik merasa terlibat dalam pembelajaran . Perasaan tersebut sangat penting karena berkaitan dengan emosional dan psikologi peserta didik dalam pembelajaran.
Suasana kelas yang suportif dapat meningkatkan kualitas peserta didik (Sumber: Canva) Demikianlah beberapa ulasan perihal EQ. Memiliki kemampuan emotional intelligence yang baik merupakan bagian penting dalam kehidupan. Kemampuan tersebut dapat mendorong kita semua untuk mengelola emosi sendiri dan orang lain. Apabila pengelolaan emosi sampai pada tahap yang maksimal, maka seorang tenaga pendidik dapat mencapai tujuan dengan lebih baik.
Selain itu, dari sudut pandang pendidikan, kemampuan EQ yang baik dapat meningkatkan komunikasi dan kerja sama peserta didik. Dalam tahap yang lebih kompleks, kemampuan EQ juga dapat menciptakan lingkungan yang menyenangkan karena berkaitan dengan adanya kontrol penuh terhadap gejala stress dan burnout dalam pembelajaran. Artinya, memiliki kecerdasan emosional merupakan langkah awal dari terciptanya kualitas hidup yang lebih baik lagi. Oleh karena itu, tim GuruInovatif.id berharap kepada seluruh tenaga pendidik hebat di Indonesia untuk bersama-sama membangun keterampilan EQ di sekolah agar dapat menciptakan anak bangsa yang cerdas, berkualitas, dan berakhlak mulia. Sejahtera selalu guru di seluruh Indonesia! Maju terus pendidikan bangsa!
Owh ya! salah satu langkah yang dapat Bapak/Ibu lakukan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam pembelajaran adalah dengan menjadi Member Premium Guru Inovatif. Selain harganya yang sangat bersahabat, fitur-fitur dan event yang ditawarkan juga relevan dengan kebutuhan Bapak/Ibu dalam pembelajaran. Oleh karena itu, jangan ragu, jangan segan, klik Link Pendaftaran sekarang juga! Selamat belajar bersama-sama!
Penulis: Yandi Chidlir
Editor: Putra