[Yogyakarta, 30 Agustus 2025] GuruInovatif.id kembali menyelenggarakan webinar nasional Guru Inovatif Class ke-144 yang inspiratif untuk diikuti oleh guru di seluruh penjuru Indonesia. Dalam webinar kali ini, GuruInovatif.id menghadirkan narasumber Eka Nurviana Fatmawati, S.Pd., Gr. dengan topik pembahasan mengenai “Merancang Aktivitas Pembelajaran Mendalam Menggunakan 3D dan AR”
Di awal sesi, Eka mengajak peserta untuk merefleksikan pemahaman mereka tentang istilah deep learning. Berbagai jawaban muncul di kolom chat, mulai dari “pembelajaran yang bermakna dan kontekstual,” hingga “proses belajar yang penuh kesadaran, menyenangkan, dan memuliakan murid.” Menariknya, sebagian besar jawaban peserta justru menggambarkan prinsip-prinsip esensial dari pembelajaran mendalam itu sendiri, yaitu; berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan.
Eka kemudian menekankan bahwa pendekatan pembelajaran mendalam sangat relevan dengan kebutuhan pendidikan abad ke-21. Konsep ini sejalan dengan keterampilan 6C (critical thinking, creativity, collaboration, communication, character, dan citizenship) yang di Indonesia diperluas menjadi delapan dimensi profil pelajar Pancasila dengan tambahan aspek keimanan serta kesehatan.
Pembelajaran Mendalam
Eka kemudian menekankan bahwa pembelajaran mendalam bukan sekadar metode, melainkan sebuah pendekatan yang berorientasi pada murid. Guru diajak untuk lebih berempati, memuliakan peserta didik, serta menghadirkan suasana belajar yang berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful).
Menurut Eka, pembelajaran mendalam harus menyentuh empat aspek penting, yaitu: olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olahraga. Keempatnya dipadukan secara holistik agar proses belajar tidak hanya berfokus pada penyelesaian materi, melainkan juga membentuk pengalaman belajar yang lebih utuh bagi peserta didik.
Sering kali, praktik pembelajaran di kelas masih didominasi oleh ceramah atau berorientasi pada penyelesaian buku teks. Guru merasa tugas selesai ketika materi tersampaikan, tanpa mengevaluasi apakah murid merasa nyaman, memahami, atau menemukan makna dari apa yang dipelajari. Padahal, hakikat pembelajaran mendalam adalah kemampuan murid menghubungkan pengetahuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah kontekstual dalam kehidupan nyata.
Selanjutnya Eka menjelaskan tiga prinsip utama dalam pembelajaran mendalam, yaitu:
1. Mindful (Berkesadaran)
Murid menyadari bahwa ia sedang belajar, hadir penuh dalam proses, serta terdorong untuk menumbuhkan rasa ingin tahu lebih jauh.
2. Meaningful (Bermakna)
Murid memahami alasan di balik pembelajaran “Mengapa saya belajar ini? Apa manfaatnya bagi kehidupan saya?” Dengan begitu, setiap konsep yang dipelajari tidak sekadar dihafal, tetapi dapat diaplikasikan.
3. Joyful (Menggembirakan)
Kelas yang menggembirakan bukan berarti selalu ramai dengan aktivitas atau penuh ice breaking. Joyful berarti murid merasa senang karena proses belajar memiliki makna. Aktivitas menyenangkan boleh dilakukan, namun harus disisipkan secara bijak agar tidak menguras energi guru maupun murid.
Harapannya, dengan menerapkan pendekatan ini, pembelajaran tidak hanya menyenangkan sesaat, tetapi juga membekas dalam diri murid sebagai pengalaman bermakna.
Baca juga:
Mengenal 3 Pilar Konsep Deep Learning dalam Pendidikan
Surface Learing dan Deep Learning dalam Pembelajaran
Eka juga mengungkapkan bahwa sebelum sampai pada pendekatan deep learning, guru perlu memahami dulu apa itu surface learning.
Surface learning ibarat pondasi dalam membangun rumah. Tahap ini menjadi dasar bagi murid untuk mengenal materi baru. Guru memperkenalkan kosakata, konsep, atau langkah-langkah awal dari sebuah materi. Fokusnya masih sebatas hafalan dan pemahaman dasar, belum sampai pada eksplorasi atau penerapan lintas mata pelajaran.
Contoh sederhana, ketika murid belajar tentang bilangan dan operasi hitung, mereka perlu lebih dulu memahami cara membaca, menuliskan lambang bilangan, hingga langkah dasar menjumlahkan atau mengurangkan. Proses ini adalah bentuk surface learning.
Setelah murid menguasai tahapan dasar tersebut, barulah guru dapat membawa mereka ke ranah deep learning. Pada tahap ini, murid diajak mengaitkan konsep dengan kehidupan nyata, misalnya melalui simulasi belanja atau menabung di bank. Deep learning menuntut eksplorasi kritis, pemecahan masalah, serta kemampuan menghubungkan materi dengan konteks sehari-hari.
Eka mengingatkan, banyak guru selama ini berhenti di tahap surface learning sekadar menyelesaikan materi. Padahal, esensi pembelajaran mendalam terletak pada bagaimana murid mengaplikasikan pengetahuan untuk menumbuhkan ide, berpikir kritis, dan menyelesaikan masalah nyata.

Peran Teknologi dalam Memfasilitasi Deep Learning
Kemudian, Eka juga menekankan bahwa teknologi memiliki peran yang sangat penting dalam memfasilitasi pembelajaran yang lebih esensial, bermakna, dan mendalam.
Selama ini, pembelajaran di kelas seringkali terbatas pada penggunaan gambar hitam-putih di LKS atau ilustrasi sederhana dalam buku teks. Misalnya ketika mengajarkan gunung berapi, organ tubuh manusia, atau pakaian adat, murid hanya melihat representasi visual yang statis dan terbatas. Hal ini membuat proses belajar menjadi kurang menarik dan cenderung membosankan.
Dengan hadirnya teknologi, khususnya melalui visualisasi interaktif, konsep-konsep abstrak bisa dikonkretkan. Murid dapat melihat bagian dalam organ tubuh manusia atau memahami proses gejala alam dengan lebih nyata. Tidak hanya melihat, mereka juga bisa berinteraksi langsung dengan media pembelajaran. Jika sebelumnya guru mendominasi demonstrasi di depan kelas, kini muridlah yang memegang kendali: mengeksplorasi, mengoperasikan, dan menemukan pemahaman secara mandiri.
Teknologi juga mendorong terciptanya student centered learning. Murid dapat belajar sesuai rasa ingin tahunya, baik di kelas maupun di rumah. Media pembelajaran yang difasilitasi guru tidak hanya terbatas pada waktu tatap muka, tetapi dapat diakses kapan saja dan di mana saja. Hal ini membuka peluang bagi murid untuk mengulang kembali materi ketika merasa penasaran atau belum paham.
Lebih jauh, peran teknologi tidak hanya memudahkan pemahaman, tetapi juga menumbuhkan kemandirian belajar serta meningkatkan motivasi. Bagi generasi Alpha yang sudah akrab dengan perangkat digital sejak kecil, teknologi menjadi jembatan untuk menghadirkan pengalaman belajar yang lebih relevan, menyenangkan, dan penuh keterlibatan.
Berkenalan dengan Assemblr Edu & Cara Menggunakannya untuk Membuat 3D dan AR
Pada penjelasan berikutnya, Eka memperkenalkan salah satu platform yang sangat bermanfaat dalam menghadirkan pengalaman belajar berbasis teknologi, yaitu Assemblr Edu. Platform ini memungkinkan guru maupun siswa untuk membuat media pembelajaran berbentuk 3D (tiga dimensi) dan AR (Augmented Reality) dengan mudah. Gambar berikut merupakan hasil beberapa karya Eka dalam menggunakan Assemblr Edu dalam media pembelajaran;
Apa itu Assemblr Edu?
Assemblr Edu adalah sebuah platform yang dirancang untuk membantu pendidik menciptakan media pembelajaran interaktif. Dengan platform ini, materi yang biasanya hanya ditampilkan lewat gambar atau teks di buku dapat diwujudkan secara visual, realistis, dan interaktif. Sejak tahun 2021, Eka telah menggunakan Assemblr Edu untuk membuat berbagai proyek pembelajaran, bahkan sebelum platform ini populer seperti sekarang.
Contoh pemanfaatan yang Eka bagikan antara lain:
Visualisasi organ panca indra (telinga, hidung, kulit, dll) dalam bentuk 3D.
Diorama bencana alam (gunung meletus, banjir, gempa bumi, hingga puting beliung) yang bisa discan menjadi objek AR.
Kartu kuartet edukatif yang dipadukan dengan kode scan AR.
Kubus interaktif yang tiap sisinya dapat discan menjadi objek 3D/AR.
Inovasi-inovasi ini bukan hanya membuat kelas lebih menarik, tetapi juga meningkatkan rasa ingin tahu siswa karena mereka dapat mengeksplorasi langsung media pembelajaran tersebut.
Baca juga:
Kompetensi Digital yang Wajib Dimiliki Guru
Akses Assemblr Edu
Salah satu kabar baiknya, guru yang memiliki akun belajar.id dapat mengakses ribuan aset 3D dan AR di Assemblr Edu secara gratis. Tanpa akun belajar.id, beberapa aset masih dapat digunakan melalui akun Gmail biasa, meskipun jumlahnya terbatas.
Langkah awal menggunakan Assemblr Edu
Eka juga membagikan langkah praktis untuk mulai menggunakan platform ini:
Masuk ke Assemblr Studio melalui browser, kemudian login dengan akun Gmail atau belajar.id.
Pilih menu “Create Your Creation”.
Untuk pemula, gunakan opsi Super Simple Editor agar lebih mudah.
Tentukan marker (QR code bawaan atau custom marker yang didesain sendiri, misalnya dengan Canva).
Pilih aset 3D/AR yang tersedia. Bagi pengguna akun belajar.id, tersedia ribuan aset gratis mulai dari anatomi manusia, tumbuhan, hewan, hingga rumah adat.
Sesuaikan ukuran dan posisi objek sesuai kebutuhan.
Jika ingin lebih kompleks, tambahkan teks, anotasi, audio, maupun video pendukung.
Klik Publish, kemudian unduh marker yang dihasilkan. Marker ini bisa langsung discan menggunakan smartphone untuk menampilkan objek 3D atau AR.
Eka memberikan beberapa tips untuk merancang lesson plan dan pembelajaran interaktif dengan 3D dan AR juga dalam webinar ini loh! Ingin tahu seperti apa tips-tipsnya? Yuk, simak tayangan ulang webinar Guru Inovatif Class ke-144 dalam tautan berikut ini.
Tertarik dengan materi-materi yang serupa? Yuk, bergabung menjadi membership GuruInovatif.id untuk mendapatkan berbagai akses materi pengembangan kompetensi guru lainnya.

Klik disini untuk bergabung membership GuruInovatif.id
Penulis: Faqih | Penyunting: Putra