Pada hari Jumat, 09 Agustus 2024 yang lalu, Guruinovatif.id menyelenggarakan webinar Guru Inovatif Class ke-103 yang berjudul “Optimalisasi Kecerdasan Emosional untuk Meningkatkan Kualitas Interaksi Guru-Murid”. Webinar ini menghadirkan Fitrini Chow dari trainer Guruinovatif.id sebagai narasumbernya.
Kecerdasan Emosional sebagai Penyumbang Faktor Kesuksesan Seseorang Berdasarkan riset yang tercantum dalam buku “Emotional Intelligence: Why It Can Matter Than IQ” karya Daniel Goleman menyatakan bahwa, sebesar 80% faktor penentu kesuksesan seseorang berasal dari kecerdasan emosional. Sedangkan sisa 20% lainnya dipengaruhi oleh kecerdasan intelektual.
Seperti yang sudah kita ketahui, kecerdasan dibagi menjadi 3 kategori, yakni:
Kecerdasan intelektual (IQ)
Kecerdasan emosional (EQ)
Kecerdasan spiritual (SQ)
Ketiga kecerdasan ini saling berhubungan dalam kehidupan manusia dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya.
Narasumber kemudian menjelaskan mengenai perbandingan antara IQ dengan EQ. IQ lebih lekat dengan kemampuan manusia untuk berpikir, berlogika dan pemanfaatannya, serta memproses informasi dengan baik.
Sedangkan EQ lekat dengan kemampuan untuk merasakan, kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain, beradaptasi dengan berbagai macam keadaan.
Baca juga:6 Kecerdasan Inilah yang Mempengaruhi Kemampuan Berpikir dan Kesuksesan Tiap Manusia
Kecerdasan Emosional Berkaitan dengan Perasaan dan Emosi Selanjutnya narasumber juga menjelaskan beberapa perasaan dan emosi yang biasanya muncul pada siswa-siswa di kelas, antara lain:
Malu atau ashamed
Cemburu atau jealous
Agresif atau aggresive
Tenang atau calm
Berani atau brave
Senang atau excited
Pendiam atau quiet
Energik atau energetic
Cemas atau anxious
Nakal atau mischievous
Suka bercanda atau funny
5 Hal Penting yang Wajib Diketahui oleh Tenaga Pendidik Mengenai Kecerdasan Emosional Anak Narasumber lalu menjelaskan 5 kemampuan kecerdasan emosional yang seharusnya diajarkan dan dikembangkan pada anak dari buku Daniel Goleman yang sudah disebutkan sebelumnya, yakni:
1. Self awareness (kesadaran diri) Merupakan kemampuan untuk mengenali diri sendiri. Hal ini menjadi dasar ekspresi ketika berinteraksi dengan orang lain. Dengan mengenali diri sendiri, juga akan berpengaruh pada kesehatan mental anak, karena ia akan lebih mampu mengatur emosinya sendiri.
Contoh dari kemampuan self awareness yang baik adalah ketika anak melakukan kesalahan kepada temannya, ia akan segera menyadarinya dan meminta maaf kepada temannya tersebut.
2. Self regulation (pengaturan diri) Poin kedua yang penting menurut narasumber untuk tenaga pendidik ketahui adalah kemampuan mengatur diri atau self control . Narasumber mengambil contoh ketika ada siswa-siswa yang dipanggil oleh guru Bimbingan Konseling (BK) karena perilaku yang tak menyenangkan terhadap temannya dan ketika beliau menangani kasus anak berkebutuhan khusus (ABK) yang meluapkan emosinya.
Beliau menerangkan bahwa ketika ingin menangkan siswa-siswa tersebut, kita harus bisa melakukan pendekatan dengan berkomunikasi yang tenang. Karena jika tenaga pendidik menegur dengan cara yang kurang tepat, bisa jadi siswa-siswa tersebut akan menganggap bahwa kita sebagai “ancaman lainnya”. Sehingga perilaku mereka akan semakin meledak-ledak.
Baca juga:Melatih Kecerdasan Emosional Anak di Dalam Kelas
3. Self motivation (memotivasi diri) Narasumber menerangkan sebuah poin penting, yakni tidak ada yang bisa memotivasi diri kita, kalau bukan diri kita sendiri. Beliau menjelaskan jika suatu saat kita sebagai tenaga pendidik ingin memotivasi anak atau siswa, namun sikap mereka menunjukkan tidak antusias. Maka, jangan “memaksa” mereka, justru berikan mereka waktu untuk beristirahat sejenak.
Karena kita sebagai orang dewasa saja pun ketika didorong atau dipaksa melakukan sesuatu, pasti merasakan rasa tidak nyaman. Apalagi jika hal ini diterapkan kepada anak atau siswa kita bukan?
Sehingga kita tidak bisa memaksa siswa untuk melakukan apa yang kita mau, jika anak atau siswa tidak menunjukkan minat atau keantusiasannya. Kita harus belajar bagaimana menjadi “jembatan yang baik” untuk memotivasi siswa kita.
4. Emphaty (empati) Empati berbeda dengan simpati. Karena kemampuan berempati adalah ketika kita mampu “merasakan” apa yang orang lain alami. Terdapat miskonsepsi mengenai kemampuan berempati ini, yakni cukup mendengarkan apa yang orang lain alami, lalu kita terus memberikan komentar atau masukan tanpa henti. Padahal berempati adalah menjadi pendengar yang aktif, mampu memahami apa yang mereka ucapkan.
5. Social skills (keterampilan sosial) Narasumber kemudian menyampaikan 7 keterampilan sosial yang penting untuk dimiliki oleh anak dan siswa, yakni:
Berbagi atau sharing
Bekerja sama atau cooperating
Mendengarkan atau listening
Mengikuti arahan/instruksi atau following directions
Menghormati ruang pribadi atau respecting personal space
Kontak mata atau making eye contact
Sopan santun atau using manners
Ingin tahu penjelasan lebih lanjut dan rinci mengenai cara membangun kecerdasan emosional antara guru dengan murid lainnya?
Simak rekaman ulang webinar Guru Inovatif Class ini pada tautan berikut ini!
GuruInovatif.id berkomitmen untuk memacu transformasi pendidikan Indonesia melalui pengembangan kompetensi guru dengan membantu guru dan institusi pendidikan bertransformasi lebih cepat dalam proses pengajaran dan pembelajaran ke arah yang lebih baik dan memberikan inspirasi bagi guru dan praktisi pendidikan dalam ranah memperkaya ilmu pengetahuan. Pantau melalui media sosial kami https://www.instagram.com/guruinovatif.id/ untuk mendapatkan informasi webinar dan event terbaru yang tak kalah menarik lainnya. Salam Guru Inovatif!
Tingkatkan kualitas dan kompetensi mengajar Anda dimanapun serta kapanpun dengan bergabung menjadi anggota Guruinovatif.id . Akses berbagai event, kursus online serta fasilitas lainnya secara GRATIS selama 7 hari !
Saya ingin jadi member di Guruinovatif.id
Penulis: Eka | Penyunting: Putra