Sabtu, tanggal 4 Desember 2021, tidak diduga sebelumnya bahwa Gunung tertinggi di pulau Jawa, Gunung Semeru mengalami erupsi yang tidak disangka â sangka sebelumnya khususnya bagi penduduk yang dekat sekali dengan lereng gunung semeru dan juga penduduk Kota Lumajang pada umumnya. Beberapa saksi mata mengatakan bahwa memang tidak ada tanda â tanda yang menyatakan gunung akan erupsi. Erupsi tersebut terjadi dengan keluarnya lahar ke puncak permukaan gunung yang disertai hujan deras ketika waktu siang hari. Awan panas sempat membumbung tinggi dan akhirnya jatuh di sekeliling lereng karena air hujan. Kejadian tersebut begitu cepat dan membuat penduduk di lereng gunung harus mengungsi ke tempat yang agak jauh agar aman. Korban jiwa sudah mencapai empat puluhan dan korban material sudah tak terhitung jumlahnya. Dua kecamatan yaitu Kecamatan Pronojiwo dan Kecamatan Candipuro menjadi daerah yang paling parah terkena dampak langsung dari erupsi. Sedangkan Kecamatan Pasirian tidak terdampak langsung utamanya dari debu erupsi Gunung Semeru.
Satu lagi kecamatan yang tidak terdampak erupsi langsung adalah Kecamatan Tempursari yang lokasinya berada di selatan Gunung Semeru. Tetapi, karena jembatan âGladak Perakâ sebagai jalur utama dari pusat kota menuju ke Kecamatan Tempursari putus diterjang oleh banyaknya material erupsi gunung semeru, maka akses jalan ke Kecamatan Tempursari tidak lagi bisa di lewati. Seketika itu juga komunikasi telepon dan internet terputus serta jaringan listrik padam sampai dengan tiga hari. Banyak dari keluarga yang berada di luar tempursari bahkan keluarga yang bekerja di luar negeri sempat panik dan khawatir karena keluarga mereka yang berada di Kecamatan Tempursari tidak bisa dihubungi begitu melihat berita erupsi di televisi maupun media sosial. Beberapa penduduk akhirnya mencari sinyal ke kota tetangga yaitu di daerah Lebak kecamatan Ampel Gading Kabupaten Malang untuk memberitahukan bahwa keadaan di Tempursari aman.
Setelah tiga hari, penduduk Tempursari kembali panik dikarenakan berita âhoax â mengenai banjir lahar dingin yang melalui sungai di jembatan Pronojiwo sempat meninggi debit airnya. Banyak penduduk langsung mengungsi menuju ke tempat yang lebih tinggi. Lalu lalang kendaraan sangat padat dan macet karena hampir semua keluar rumah membawa kendaraan masing â masing untuk mengungsi. Penduduk Tempursari benar â benar termakan oleh berita âhoax â yang akhirnya bisa diredakan oleh aparat keamanan setempat dengan memantau langsung debit air sungai yang mengalir menuju Kecamatan Tempursari serta mencari orang yang menyebarka berita palsu dan memintanya untuk meminta maaf kepada semua nitizen.
Bagi penduduk Tempursari, hilangnya akses jalan utama menuju pusat Kota Lumajang membuat mereka kesulitan untuk sekedar berpejalanan ke tempat lain hanya sekedar berbelanja atau menjual hasil tani mereka. Penduduk akhirnya lebih memilih untuk menuju ke pusat Kota Malang karena jarak juga hampir sama. Bagi pegawai atau pekerja lain yang bertempat tinggal di luar Kecamatan Tempursari merasa sangat kesulitan juga dalam menjalankan tugasnya karena harus melewati jalur selatan yang ekstrem dengan melalui hutan kebun dengan dua alternative jalan dan juga harus menggunakan kendaraaan roda dua. Jalan pertama melewati jalur watu Godek yang sangat licin dan jalan berlumpur dalam ketika hujan turun. Ketika kendaraan roda dua biasa masuk lumpur, bisa dipastikan berhenti dan akan menancap di lumpur tersebut. Sedangkan jalan lain yaitu melewati jalur âTumpak Glagahâ dengan jalan cor batu â semen yang lebarnya hanya 30 sampai 50 cm saja. Jalan yang dilalui yaitu naik dan turun bukit dengan bahu kanan atau kiri merupakan jurang. Penduduk tidak merekomendasikan untuk melalui ke dua alternative jalan tersebut jika menggunakan kendaraaan roda dua jenis matic apalagi yang keluaran tahun lama. Banyak juga yang tidak berani untuk melewati ke dua alternative jalan tersebut karena memang dangat sulit untuk dilalui. Ada beberapa juga yang mencoba untuk naik âojekâ dengan untuk ke tempat kerja, dan mereka berpendapat bahwa mereka takut sekali meski hanya jadi penumpang belakang saja. Jika memaksakan untuk menggunakan kendaraan roda empat, maka jalur yang bisa dilewati adalah harus memutar melalui Ranu Pani atau ke Kabupaten Probolinggo kemudian Kabupaten Pasuruan kemudian ke Kabupaten Malang dan kembali ke Kecamatan Pronojiwo Kabupaten Lumajang selanjutnya turun ke Kecamatan Tempursari.
Dengan beberapa keadaan yang sudah terpapar diatas, setuju sekali dengan pernyataan Ibu Gubernur Jawa Timur, Ibu Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa, M.Si., bahwa Kecamatan Tempursari di kategorikan Daerah 3T yaitu daerah tertinggal, terdepan dan terluar versi Provinsi Jawa Timur tepatnya pada tahun 2022 yang akan datang ini.
Video Amatir Jalur Curah Koboan