Menciptakan proses belajar mengajar yang menyenangkan bagi peserta didik dan guru merupakan salah satu tujuan kurikulum merdeka. Kurikulum ini menekankan pendidikan Indonesia pada pengembangan aspek keterampilan dan karakter sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia. Pengembangan Soft Skills dan Karakter, dalam hal ini melalui projek penguatan profil pelajar Pancasila (P5). Adapun P5 itu antara lain: Beriman bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, Berkebinekaan Global, Gotong Royong, Mandiri, Bernalar Kritis, Kreatif.
Oleh karena itu untuk mempersiapkan peserta didik yang siap menghadapi tantangan atau perubahan zaman, guru perlu dibekali dengan pelatihan-pelatihan atau in house training dalam rangka peningkatan SDM/tenaga pendidik. Dengan demikian guru bisa mengajak para peserta didik untuk memahami materi secara mendalam yang pada akhirnya bertujuan agar peserta didik dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan hati yang gembira.
Sehubungan dengan perubahan pandangan dari kurikulum berbasis materi ke kurikulum berbasis kompetensi, yang secara khusus menekankan pada pengembangan aspek keterampilan dan karakter sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia melalui P5, dilapangan (kelas) banyak guru yang belum bisa berjalan maju, namun masih menoleh kebelakang yaitu menekankan pada materi. Sehingga saya sebagai pendidik mencoba menghadirkan sebuah miniatur kincir air. Mengapa kincir air?
Dari diagnostik awal sebelum materi energi alternatif dan pemanfaatannya disampaikan, diperoleh informasi bahwa sebagian besar:
Peserta didik belum memiliki karakter gotong royong, bernalar kritis, kreatif. Peserta didik memahami materi namun belum memahami secara mendalam bahkan belum mampu menggunakan materi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam salinan SK Kabadan tentang Perubahan SK 008 tentang Capaian Pembelajaran (2022). Peserta didik mampu mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan keterampilan proses dalam pengukuran, perubahan iklim dan pemanasan global, pencemaran lingkungan, energi alternatif, dan pemanfaatannya (untuk fase E/fisika). Pengalaman yang ingin saya bagikan adalah berkaitan dengan peserta didik mampu mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan keterampilan proses pada materi energi alternatif dan pemanfaatannya.
Peserta didik membuat miniatur kincir air ( dokumentasi video miniatur kincir air ), dengan maksud ketika materi yang sudah mereka pahami secara mendalam bisa diterapkan pada miniatur kincir air yang pada akhirnya membuat mereka menjadi terbiasa menuangkan ide kreatif, bernalar kritis dan mampu bekerja sama/gotong royong. Dalam proses pembuatan miniatur kincir air ini tentunya peserta didik juga banyak mengalami kegagalan, namun paling tidak guru telah memberi kesempatan kepada mereka untuk belajar secara optimal. Dalam kegagalan ini peserta didik juga belajar pantang menyerah sehingga dimasa depan menjadi generasi penerus bangsa yang tangguh.
Berawal dari hal yang kecil âMINIATUR KINCIR AIRâ, kesimpulannya:
Peserta didik menjadi terbiasa menuangkan ide kreatif-bernalar kritis-dan mampu bekerja sama/gotong royong. Peserta didik bisa belajar secara optimal dan pantang menyerah jika mengalami kegagalan (saat membuat miniatur) sehingga dimasa depan menjadi generasi penerus bangsa yang tangguh, mewujudkan Indonesia Emas 2045. Tidak hanya siswa yang harus belajar menjadi kreatif dan bernalar kritis, guru pun juga harus mempunyai semangat yang sama bahkan lebih, karena guru merupakan role model untuk siswa. Apalagi bagi kita para pendidik yang telah mengikuti sertifikasi guru dituntut untuk terus belajar, baik untuk pengembangan diri (online/offline ) untuk disebarkan pada orang lain.
Semoga tulisan ini dapat memberi inspirasi rekan-rekan guru yang lain âLakukan hal yang kecil dengan semangat yang besar â untuk dunia pendidikan Indonesia. Tuhan Memberkati.
Lab. Fisika SMA Kristen Dharma Mulya Surabaya
#Guruinovatif, #LombaArtikelS3, #ArtikelGI, #LombaGI
Penyunting: Luqmanul Hakim