Pada tahun 2045 nanti, Indonesia akan genap berusia satu abad atau 100 tahun. Dapat dikatakan Indonesia akan mencapai usia emas. Hal ini memunculkan wacana dan gagasan tentang Generasi Emas 2045 dalam beberapa tahun belakangan ini. Ditargetkan pula Indonesia akan menjadi Negara maju dan sejajar dengan Negara-negara besar lainnya di dunia.
Tentu saja, wacana dan gagasan tersebut bukanlah hal yang mustahil. Indonesia memiliki segala potensi untuk mewujudkannya. Kekayaan sumberdaya alam yang melimpah mulai dari hasil tambang, hutan, perikanan, pertanian, pariwisata dan sektor industri lainnya yang semakin maju. Jumlah penduduk juga menjadi modal yang tak kalah penting. Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan penjabaran Worldometer per 15 Mei 2024 sebanyak 279.504.728 jiwa. Jumlah penduduk tersebut membuat Indonesia menempati urutan ke-4 sebagai Negara dengan jumlah penduduk terbanyak di Dunia, berada dibawah India, China dan Amerika Serikat. Selain itu, Indonesia juga mengalami bonus demografi, dimana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dibanding dengan yang tidak produktif. Yang menjadi tantangan saat adalah meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia itu sendiri sehingga menjadi unggul, kompeten dan siap untuk bersaing nantinya.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Pendidikan menjadi sektor vital yang mesti diperhatikan dengan serius. Pendidikan menjadi ujung tombak untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia agar dapat bersaing ditengah perkembangan IPTEK yang semakin maju. Dengan pembenahan sistem pendidikan yang baik, akan menciptakan generasi-generasi yang unggul, kompeten, berkarakter dan mampu bersaing di era globalisasi.
Sadar akan hal tersebut, Pemerintah terus berupaya dengan berbagai cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Pasca pandemi covid-19 tepatnya pada tanggal 11 Februari 2022 pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan kurikulum prototipe yang akan diterapkan di beberapa sekolah penggerak terlebih dahulu. Seiring berjalannya waktu, tepatnya 26 Maret 2024 barulah diresmikan menjadi kurikulum nasional dengan nama kurikulum merdeka.
Penerapan kurikulum merdeka, membawa angin segar bagi dunia pendidikan kita. Dalam kurikulum merdeka, pembelajaran yang dilaksanakan berpusat pada peserta didik dimana memungkinkan peserta didik untuk memilih mata pelajaran sesuai minat dan kemampuannya, berfokus pada materi esensial sehingga peserta didik memiliki banyak waktu untuk mendalaminya serta adanya proyek yang dapat mengembangkan ketrampilan dan karakter yang sesuai dengan profil pelajar pancasila. Selain itu, guru juga lebih fleksibel dalam menentukan perangkat ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Guru juga terbantu dengan adanya aplikasi yang menyediakan berbagai referensi untuk terus mengembangkan pembelajaran secara mandiri dan untuk berbagi praktik baik dengan orang lain.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran di Kelas. Pendekatan pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru, monoton dengan ceramah, membebankan peserta didik dengan tugas yang menumpuk dan pembelajaran terpaku di kelas, sudah seharusnya bertransformasi sesuai perkembangan zaman. Guru haruslah mampu untuk menciptakan pembelajaran nyaman, menyenangkan, kreatif, kolaboratif dan berpusat bagi peserta didik.
Dibutuhkan ide-ide yang inovatif dari guru untuk menciptakan hal-hal baru agar pembelajaran tidak membosankan. Guru dapat memanfaatkan segala sumber belajar yang tersedia disekitar lingkungan sekolah agar peserta didik mendapatkan pembelajaran yang kontekstual. Misalnya belajar tentang materi pemanfaatan sumberdaya alam. Peserta didik dapat lansung belajar bersama petani di kebun, nelayan di pantai, pedagang di pasar atau bila perlu, peserta didik dapat membuat proyek pengolahan hasil alam menjadi sebuah produk bernilai ekonomis. Selain mendapatkan pengetahuan, peserta didik juga mendapatkan ketrampilan, keuntungan dan dengan sendiri akan menciptakan karakter-karakter baik yang sesuai dengan profil pelajar pancasila. Pembelajaran seperti ini, tentunya akan meningkatkan motivasi belajar, bermakna dan mudah dipahami oleh peserta didik.
Yang tak kalah penting dalam implementasi kurikulum merdeka adalah projek penguatan profil pelajar pancasila (P5). Kegiatan ini merupakan pembelajaran lintas ilmu pengetahuan yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan profil pelajar pancasila yakni beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif. Lewat kegiatan P5 ini, peserta didik menjadi pusat pembelajaran dimana mereka menemukan sendiri masalah yang terjadi disekitarnya, merencanakan dan melakukan aksi sebagai solusi dari masalah yang ditemukan.
Guru bertugas membimbing dan mengontrol sehingga semuanya dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Guru dapat mencari ide-ide pembelajaran menarik lewat platform merdeka mengajar (PMM) atau media sosial. Banyak tersedia praktik baik yang dibagikan sehingga bukan halangan lagi bagi guru untuk terus dapat berinovasi.
Selain inovasi, kerja sama menjadi kunci agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Sinergi semua warga sekolah mulai dari peserta didik, guru, pegawai, kepala sekolah, termasuk orangtua tentunya sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. Peserta didik sebagai pusat pembelajaran harus aktif, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, disiplin, tekun dan bertanggung-jawab dalam setiap proses pembelajaran.
Guru berperan sebagai fasilitator, wajib hukumnya untuk senantiasa berdiskusi dengan teman sejawat agar dapat merancang pembelajaran atau proyek diluar kelas yang berpusat pada peserta didik, memperkaya wawasan dengan pelatihan-pelatihan mandiri lewat PMM atau webinar lainnya dan melakukan pendekatan personal dengan peserta didik yang lebih intens sehingga dapat mengetahui kebutuhan dan kesulitan yang dialaminya.
Sekolah sebagai wadah belajar harus senantiasa mendukung setiap kegiatan yang menjadi kebutuhan belajar peserta didik, baik secara moril maupun materil. Sekolah dapat mendukung lewat program-program ekstrakurikuler yang sesuai minat peserta didik, manajemen sekolah yang baik, memfasilitasi keikutsertaan dalam lomba-lomba, apresiasi bagi peserta didik ataupun guru yang berprestasi, pengadaan fasilitas yang memadai dan lain sebagainya.
Sedangkan peran orangtua adalah dengan membimbing peserta didik sehingga dapat belajar secara mandiri saat berada di rumah. Perhatian dan dukungan dari orangtua ini sangat penting bagi perkembangan peserta didik itu sendiri untuk membangun pengetahuan, ketrampilan dan karakter yang unggul. Orangtua mesti membangun kolaborasi yang baik dengan pihak sekolah agar perkembangan peserta didik dapat terus dipantau dan dicarikan solusi jika terjadi masalah dalam belajarnya.
Dengan adanya inovasi dan sinergi dari setiap elemen seperti ini, tentunya tujuan pembelajaran akan tercapai lebih maksimal. Guru akan dapat mengajar dengan baik karena ditunjang dengan kompetensi dan fasilitas yang memadai, begitu juga kebutuhan belajar peserta didik pasti akan terpenuhi dengan baik pula. Sering berjalannya waktu, sekolah akan lebih maju dan orangtua juga akan bangga dengan hasil belajar anaknya. Peserta didik akan menjadi pribadi yang kompeten, unggul dan mampu bersaing sesuai perkembangan zaman. Kondisi seperti ini tentu menjadi tanggung jawab kita bersama untuk dapat diwujudnyatakan sehingga Generasi Emas 2045 bukan saja menjadi wacana semata, tetapi dapat terwujud sesuai dengan harapan nantinya.
SUMBER :
https://www.worldometers.info/world-population/indonesia-population/
https://nasional.kompas.com/read/2022/02/11/13470581/nadiem-ganti-nama-kurikulum-protipe-jadi-kurikulum-merdeka-mulai-berlaku
Penyunting: Putra