Tantangan dan Peluang Teknologi Digital dalam Pendidikan Islam: Argumen untuk Integrasi yang Bertanggung Jawab - Guruinovatif.id

Diterbitkan 04 Des 2025

Tantangan dan Peluang Teknologi Digital dalam Pendidikan Islam: Argumen untuk Integrasi yang Bertanggung Jawab

Tantangan Pendidikan Islam di Era Digital: Peluang atau Ancaman?Di tengah arus globalisasi, teknologi digital seperti internet dan media sosial membawa revolusi bagi pendidikan Islam namun, juga risiko ekstremisme dan erosi nilai tradisional.

Dunia Pendidikan

Muhammad Muzaki

Kunjungi Profile
8x
Bagikan

Pendidikan Islam di era digital menghadapi tantangan kontemporer yang kompleks, di mana teknologi seperti internet, aplikasi pembelajaran daring, dan media sosial menawarkan peluang besar namun juga risiko signifikan. Isu ini menjadi krusial karena pendidikan Islam tidak hanya bertujuan mentransmisikan pengetahuan agama, tetapi juga membentuk karakter dan nilai-nilai moral di tengah arus globalisasi. Esai ini berargumen bahwa pendidikan Islam harus merangkul teknologi digital secara strategis untuk meningkatkan aksesibilitas dan efektivitas, sambil menerapkan regulasi ketat untuk mencegah dampak negatif seperti penyebaran ekstremisme dan erosi nilai-nilai tradisional. Argumen ini didasarkan pada analisis akar permasalahan, dampaknya, dan rekomendasi kebijakan yang terstruktur.

Akar permasalahan utama terletak pada kesenjangan digital yang meluas. Di banyak negara Muslim, akses internet masih terbatas di daerah pedesaan atau kelas bawah, sehingga memperlebar jurang antara siswa yang terhubung dan yang tidak. Menurut laporan UNESCO (2022), sekitar 40% populasi dunia belum memiliki akses internet, dan di negara-negara seperti Indonesia dan Nigeria, angka ini lebih tinggi di kalangan Muslim. Akar ini diperburuk oleh kurangnya infrastruktur pendidikan yang siap menghadapi revolusi digital, di mana guru sering kali tidak dilatih untuk menggunakan teknologi secara efektif. Selain itu, regulasi yang lemah terhadap konten daring memungkinkan penyebaran informasi yang salah, termasuk interpretasi Islam yang ekstrem atau radikal.

Dampaknya sangat beragam. Secara positif, teknologi memungkinkan akses ke sumber ajaran Islam yang luas, seperti aplikasi Quran digital atau platform e-learning seperti Khan Academy yang disesuaikan dengan kurikulum Islam. Ini meningkatkan inklusivitas, memungkinkan siswa dari berbagai latar belakang belajar dari ulama terkemuka tanpa batasan geografis. Namun, dampak negatifnya lebih mengkhawatirkan: penyebaran ekstremisme melalui media sosial, dimana algoritma mendorong konten radikal; isolasi sosial yang mengurangi interaksi tatap muka, yang penting dalam pendidikan Islam untuk membangun komunitas (ummah); dan erosi nilai-nilai tradisional, seperti penghormatan terhadap guru atau teks suci, digantikan oleh konsumsi cepat informasi. Studi dari Pew Research Center (2023) menunjukkan bahwa 30% pengguna internet di dunia Muslim terpapar konten ekstrem, yang dapat membentuk pandangan siswa muda dan berkontribusi pada polarisasi sosial.

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan kebijakan yang terstruktur dan berbasis argumen kuat. Pertama, pemerintah dan lembaga pendidikan Islam harus mengembangkan kurikulum digital terintegrasi yang menggabungkan teknologi dengan nilai-nilai Islam. Misalnya, aplikasi pembelajaran harus dirancang untuk mempromosikan dialog kritis dan etika digital, seperti modul tentang verifikasi sumber informasi berdasarkan prinsip ijtihad (penalaran independen). Argumennya kuat karena ini tidak hanya meningkatkan literasi digital tetapi juga memperkuat identitas Islam yang adaptif, mencegah stagnasi dalam menghadapi perubahan global.

Kedua, investasi dalam pelatihan guru dan infrastruktur. Program sertifikasi digital untuk pendidik Islam harus menjadi prioritas, dengan dukungan dari organisasi internasional seperti Islamic Development Bank. Ini didukung oleh bukti bahwa guru yang terampil teknologi dapat meningkatkan keterlibatan siswa hingga 25%, seperti dalam studi dari Journal of Islamic Education (2021). Ketiga, regulasi konten daring melalui kolaborasi antara ulama, pemerintah, dan platform teknologi. Misalnya, pembentukan badan sertifikasi aplikasi Islam yang memverifikasi konten sesuai dengan ajaran moderat, mirip dengan rating sistem di aplikasi umum. Argumennya adalah pencegahan risiko ekstremisme, yang telah terbukti efektif di negara seperti Malaysia melalui inisiatif "Cyber Islam".

Integrasi teknologi digital dalam pendidikan Islam bukanlah pilihan, melainkan kebutuhan untuk relevansi di abad ke-21. Dengan mengatasi akar permasalahan melalui kebijakan yang proaktif, kita dapat memaksimalkan peluang akses dan inovasi sambil meminimalkan dampak negatif. Rekomendasi ini, jika diimplementasikan, akan membentuk generasi Muslim yang terdidik, toleran, dan siap menghadapi tantangan kontemporer. Pendidikan Islam yang bertanggung jawab secara digital akan menjadi fondasi bagi umat yang lebih kuat dan harmonis.


Penyunting: Putra

0

0

Loading comments...

Memuat komentar...

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Deep-Learning: Pendekatan Pembelajaran Inovatif guna Mendukung Suksesi Ekosistem Belajar sebagai bentuk Adaptasi Pendidikan di Era Society 5.0 Menuju SDGs 2030
Menghadapi Tantangan dalam Mengajar Anak Tunagrahita: Dukungan Individual dan Kolaborasi
0 sec
Transformasi Pendidikan dengan Literasi Digital: Meningkatkan Kemampuan Siswa dan Guru melalui Platform Digital

Santi Septiani

Aug 03, 2023
0 sec
Bentuk Kekerasan di Sekolah dan Dampaknya pada Anak-Anak
0 sec
Kurikulum Merdeka, Pendidikan Dibebaskan atau Diarahkan?
0 sec
Dosa Besar dalam Dunia Pendidikan! Ada Tiga! Apa Saja?
0 sec
Komunitas