Seiring pertumbuhan dan perkembangannya, anak-anak kerap mendengarkan dongeng yang menyampaikan pesan penting dengan cara sederhana, menyenangkan, dan mudah dipahami.
Pada usia dini, pola pikir anak sering kali menghubungkan alur cerita dalam dongeng dengan kondisi atau situasi dunia disekitar mereka. Hal ini membantu mereka mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving) secara alami.
Cerita juga menjadi media yang membuat anak lebih mudah menerima dan memproses informasi. Karena itu, storytelling dipandang sebagai metode pembelajaran yang sangat efektif dalam membangun pengetahuan baru sekaligus melatih keterampilan abad ke-21.
Apa itu Metode Pembelajaran Storytelling?
Storytelling adalah seni bercerita yang digunakan sebagai media untuk menanamkan nilai moral kepada anak tanpa terasa menggurui. Meski sering diterjemahkan sebagai “mendongeng”, makna storytelling lebih luas daripada sekadar menyampaikan cerita. Metode ini bertujuan untuk menyentuh sisi emosional anak sehingga pesan yang disampaikan dapat lebih mudah dipahami dan dihayati.
Dalam pembelajaran, storytelling membantu siswa menyelesaikan masalah dan tugas yang diberikan dengan cara menyenangkan. Lebih dari itu, metode ini menciptakan pemahaman yang konstruktif dan mendorong kreativitas terhadap materi yang dipelajari.
Kemampuan bercerita seharusnya menjadi salah satu keterampilan utama tenaga pendidik. Karena sejak zaman dahulu, nenek moyang kita mewariskan pengalaman hidupnya melalui kisah-kisah yang dituturkan dari generasi ke generasi. Dari sanalah kita mengetahui bagaimana mereka berlayar mengarungi lautan, menjelajahi hutan rimba, hingga cara bertahan hidup di masa lampau.
Baca juga:
Metode Storytelling yang Guru Wajib Coba!
Storytelling adalah seni warisan leluhur yang perlu terus dilestarikan dan dikembangkan. Lebih dari sekadar media pembelajaran, ia juga berperan sebagai sarana positif untuk mendukung kepentingan sosial secara luas. Bahkan sebelum adanya buku dan tulisan, manusia sudah terbiasa berkomunikasi, bertukar informasi, dan menyampaikan pengetahuan melalui cerita.
Manfaat Storytelling
Storytelling tidak hanya bermanfaat bagi pendengar—seperti anak atau siswa—tetapi juga memberikan dampak positif bagi orang dewasa atau pihak yang menyampaikan cerita. Menurut Kusmiadi (2008) dalam Ariani (2023), kegiatan storytelling dapat dibagi ke dalam dua kategori manfaat, yaitu untuk pencerita dan pendengar.
Manfaat untuk pencerita
Bagi seseorang yang menyampaikan storytelling, manfaat yang diperoleh antara lain
Mengembangkan daya pikir dan imajinasi.
Melatih kemampuan berbicara secara terstruktur dan ekspresif.
Meningkatkan keterampilan bersosialisasi.
Menjadi sarana komunikasi yang efektif.
Berfungsi sebagai media pembelajaran.
Mengasah kemampuan daya ingat.
Ilustrasi storytelling dapat digunakan untuk memancing ketertarikan dan memudahkan siswa untuk memhami suatu materi (Gambar: Getty Images/FatCamera)Manfaat untuk pendengar
Sementara itu, pendengar storytelling juga akan mendapatkan berbagai manfaat, seperti:
Mengembangkan imajinasi, empati, dan kepekaan perasaan.
Menumbuhkan minat membaca sejak dini.
Membangun kedekatan emosional dan keharmonisan dengan pencerita.
Menjadikan proses pembelajaran lebih menyenangkan dan mudah dipahami.
Seni Kuno yang Terus Berkembang Di Era Modern
Storytelling merupakan seni bercerita yang telah ada sejak zaman dahulu dan terus berkembang hingga saat ini. Seiring dengan kemajuan zaman, metode ini tidak hanya bertahan, tetapi juga bertransformasi mengikuti kebutuhan masyarakat modern.
Kini, storytelling dapat diintegrasikan dengan teknologi sehingga penyampaian informasi menjadi lebih menarik dan interaktif. Cerita tidak lagi hanya disampaikan secara lisan, melainkan bisa dinikmati melalui berbagai format audio-visual, seperti video, animasi, hingga augmented reality (AR).
Baca juga:
Program CSR Pendidikan: Investasi Sosial untuk Masa Depan Indonesia
Menurut Qudratul (2021) dalam Fahmi & Rahmanudin (2022), perpaduan storytelling dengan media digital melahirkan konsep digital storytelling (DST). Konsep ini merupakan improvisasi seni bercerita yang diperkaya dengan kreativitas multimedia.
Strategi ini memungkinkan penggabungan berbagai keterampilan sekaligus pemanfaatan teknologi. Berbagai aplikasi populer seperti PowerPoint, Canva, CapCut, YouTube, hingga TikTok dapat dimanfaatkan sebagai sarana digital storytelling.
Meski terus berevolusi, pendidik yang ingin menerapkan strategi storytelling dalam proses belajar perlu memahami berbagai tekniknya. Selain itu, penyusunan rencana pembelajaran berbasis storytelling juga menjadi langkah penting agar metode ini dapat berjalan efektif dan memberikan dampak optimal bagi siswa.
Seperti apa tahapan penyusunan rencana pembelajaran berbasis storytelling yang menarik? Temukan jawabannya dengan mengikuti webinar yang membahas strategi tersebut berikut ini!

Daftar webinarnya disini
Referensi:
Implementasi Strategi Digital Story Telling (DST) dalam Pembelajaran Bahasa Arab (Studi Kasus di SMP Arrifaie Gondanglegi Malang
Penerapan Storytelling dalam Upaya Meningkatkan Minat Baca di SD Negeri Panciro Kabupaten Gowa
Peran Storytelling dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis, Minat Membaca dan Kecerdasan Emosional Siswa
Storytelling as a Teaching Tool: Why Teach Story-based Lessons?
Penulis: Eka | Penyunting: Putra