Praktik Penguatan dan Restoratif (Reinforcement and Restorative Practice): Mengoreksi Sikap Buruk Siswa dengan Cara yang Positif - Guruinovatif.id

Diterbitkan 13 Mar 2025

Praktik Penguatan dan Restoratif (Reinforcement and Restorative Practice): Mengoreksi Sikap Buruk Siswa dengan Cara yang Positif

Artikel ini akan memaparkan metode reinforcement and restorative practice untuk mengoreksi perilaku buruk siswa beserta manfaat penerapannya.

Pelatihan Guru

Event Guru Inovatif

Kunjungi Profile
7x
Bagikan

Manusia dilahirkan untuk belajar, tetapi kita tidak belajar secara terpisah. Kita belajar melalui hubungan dan interaksi positif dengan teman di lingkungan, seperti sekolah yang memungkinkan siswa dan elemen sekolah lainnya untuk belajar serta tumbuh bersama. Tetapi bagaimana jika dalam interaksi tersebut siswa menunjukkan perilaku yang mengganggu kenyamanan di lingkungan sekolah?

Setiap guru pastilah memiliki caranya masing-masing untuk mengatasi hal ini. Namun beberapa tahun belakangan ini, terdapat suatu metode yang sering digunakan dan diterapkan oleh sekolah sebagai cara yang lebih baik ketika mengoreksi perilaku siswa. Metode apakah itu? Simak penjelasannya dalam artikel ini hingga akhir!

Berkenalan dengan Metode Reinforcement dan Restorative untuk Mengoreksi Perilaku Siswa

Untuk membangun iklim sekolah yang positif, terdapat sebuah metode yang belakangan ini populer karena dapat meningkatkan keamanan dan kenyamanan di lingkungan sekolah. Metode tersebut dikenal dengan reinforcement and restorative practice atau praktik penguatan dan restoratif.

Praktik reinforcement (penguatan) merupakan segala bentuk respon, baik bersifat verbal maupun non-verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku peserta didik. Praktik ini merupakan salah satu metode yang efektif bagi guru untuk membuat siswa tetap terlibat di kelas dan termotivasi untuk belajar.

Jika dipraktikkan dengan benar, hal ini akan membantu siswa merasa nyaman dengan diri meraka sendiri yang mengarah pada peningkatan hasil belajar mereka.

Sedangkan praktik restorative (restoratif) adalah proses yang secara proaktif membangun hubungan yang sehat dan rasa kebersamaan untuk mencegah serta mengatasi konflik dan kesalahan. Praktik ini memungkinkan siswa yang melakukan tindakan pelanggaran untuk bertanggung jawab penuh atas perilaku mereka melalui mempertemukan siswa dengan individu-individu yang terpengaruh dari perilaku atau pelanggaran tersebut.

Hal ini akan mengajarkan kepada siswa tentang bagaimana perilaku tersebut dapat memengaruhi orang lain, mengakui bahwa perilaku tersebut dapat merugikan orang lain, mengambil langkah atau tindakan untuk memperbaiki akibat dari perilaku tersebut, dan membuat mitigasi yang diperlukan untuk menghindari perilaku tersebut terjadi di lain waktu.

Baca juga:
Ajari Siswa Mengenali Emosi dan Interaksi Sosial dengan Pembelajaran Sosial Emosional

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Schott Foundation, siswa yang melakukan suatu pelanggaran lalu ditindaklanjuti dengan hukuman yang berat, justru akan menimbulkan perilaku melanggar lainnya di kemudian hari, seperti mengganggu kekondusifan kelas, bolos sekolah, menunjukkan sikap yang merendahkan orang lain, dan pelanggaran-pelanggaran lainnya.

Riset lainnya juga menunjukkan bahwa mengucilkan siswa dari lingkungan belajar selama beberapa waktu bukanlah hal yang efektif untuk memperbaiki sikap siswa. Bahkan, hal ini bisa merusak hubungan antara siswa dengan guru, memperburuk hubungan siswa dengan teman sebaya di kelas. Jika dibiarkan terus menerus, akan berdampak pada:

  • Kesulitan akademis;

  • Semakin sering bolos;

  • Trauma psikologis dan berujung pada kesehatan mental yang terganggu;

  • Putus sekolah atau dikeluarkan dari sekolah.

Praktik Penguatan dan Restoratif (Reinforcement and Restorative Practice): Mengoreksi Sikap Buruk Siswa dengan Cara yang PositifPenerapan reinforcement and restorative practice dapat meningkatkan hubungan antara siswa dengan guru dan teman-temannya (Gambar: Getty Images/Ababsolutum)

4 Faktor yang Memengaruhi Penerapan Reinforcement and Restorative Practice

Schott Foundation juga memberikan penjelasan mengenai 4P yang berpengaruh pada implementasi reinforcement and restorative practice, yakni:

1. Person (Manusia)

Cara setiap individu (guru, kepala sekolah, dan staf pendidikan lainnya) berinteraksi dengan orang lain dalam komunitas sekolah dan bagaimana interaksi tersebut berdampak pada sebuah hubungan.

2. Place (Tempat)

Kondisi lingkungan dan faktor-faktor lainnya yang memengaruhi cara individu berinteraksi satu sama lain.

3. Practice (Praktik)

Kesempatan bagi para pendidik untuk mencegah konflik, menyelesaikan tantangan, dan menciptakan peluang untuk pertumbuhan hubungan.

4. Plan (Rencana)

Rencana sekolah untuk menjadikan praktik restoratif sebagai bagian dari budaya sekolah.

7 Manfaat Penerapan Reinforcement and Restorative Practice

Ada banyak manfaat yang akan didapatkan dalam menerapkan reinforcement and restorative practice, antara lain:

1. Mengajarkan siswa tentang tanggung jawab

Ketika siswa memiliki rasa tanggung jawab terhadap sebuah konflik atau masalah yang terjadi akibat tindakannya, siswa tersebut akan mengembangkan rasa kesadaran diri (self-awareness) terhadap dampak dari tindakan negatif yang dilakukan kepada orang-orang disekitarnya. Alih-alih saling menyalahkan, para siswa menyadari kesalahan mereka dan menemukan cara-cara positif untuk memperbaiki kesalahan mereka.

2. Membangun kemampuan emosional

Dengan membuat siswa merasa didengar dan memvalidasi perasaannya, akan mengembangkan kemampuan sosial-emosional di dalam diri siswa, manajemen emosi, kemampuan dalam menjalin hubungan dan rasa tanggung jawab.

Baca juga:
Pendekatan Culturally Responsive Teaching sebagai Solusi Mengakomodir Perbedaan Siswa di Kelas

3. Mengajarkan siswa untuk menerima permintaan maaf

Guru dapat mengajarkan bahwa dengan memaafkan, dapat melepaskan kemarahan mereka terhadap orang yang menyakiti mereka. Jelaskan pula bahwa memang perlu waktu untuk belajar bagaimana cara mengampuni dan bahwa menyimpan dendam justru akan merugikan mereka daripada orang yang menyakiti mereka.

4. Menunjukkan pentingnya komunikasi

Dengan menunjukkan kepada siswa cara bergiliran dalam percakapan, mereka akan memahami bahwa mendengarkan tanpa menginterupsi adalah hal yang sopan.

5. Membangun hubungan yang kuat

Praktik reinforcement and restorative akan meningkatkan hubungan antara siswa, guru, dan pihak sekolah. Karena komunikasi yang terbuka dan dukungan dari para guru sangat penting bagi pendidikan dan kesejahteraan siswa.

6. Mengajarkan siswa menghargai budaya dan kepercayaan yang berbeda

Anak-anak akan belajar menghargai budaya lain dan memahami bahwa setiap orang memiliki praktik kepercayaan yang berbeda-beda.

7. Mendorong siswa untuk menghadapi rasa takut

Siswa akan diajarkan untuk tahu bahwa setiap orang memiliki ketakutan dan kekhawatiran yang berbeda. Guru dapat membantu mencari cara untuk mengatasi ketakutan mereka melalui aktivitas fisik atau mental yang bertujuan untuk mengalihkan perhatian dan percakapan.

Penerapan metode reinforcement and restorative practice terbukti efektif dalam menciptakan iklim sekolah yang positif dan kondusif. Dengan mengedepankan umpan balik yang konstruktif serta membangun hubungan yang sehat, metode ini tidak hanya mengoreksi perilaku siswa, tetapi juga mengajarkan tanggung jawab, mengembangkan kemampuan emosional, dan meningkatkan keterampilan komunikasi.

Dengan demikian, pendekatan ini membantu siswa memahami dampak dari tindakan mereka, menghargai perbedaan, dan menghadapi ketakutan, yang secara keseluruhan mendukung pertumbuhan akademis dan kesejahteraan sosial-emosional di lingkungan sekolah.

Lalu, bagaimana strategi efektif untuk menerapkan reinforcement and restorative practice di lingkungan sekolah? Temukan jawabannya dalam webinar berikut ini!

Webinar nasional | Membangun Budaya Kelas Positif dengan Metode Reinforcement dan Restorative Practice

Klik untuk daftar webinarnya

Referensi:
How to Implement Positive Reinforcement in the Classroom
How to Successfully Implement Restorative Practices at School
Restorative Practices: Fostering Healthy Relationships & Promoting Positive Discipline in Schools


Penulis: Eka | Penyunting: Putra

0

0

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Navigasi Cerdas di Lautan Digital
2 min
Memahami Keterkaitan Psikologi Belajar dengan Minat Belajar Siswa untuk Meningkatkan Hasil Belajar yang Lebih Baik
3 min
GI Class # 119 | Class Management: Menyiapkan Sesi Diskusi Interaktif
4 min
GI Class #90 | Membangun Karakter Positif (Disiplin Positif)
2 min
GI Class 83 "Kiat Menulis Best Practice untuk Meningkatkan Profesionalisme"
2 min
Webinar “Strategi Digital Marketing” untuk Meningkatkan Branding Institusi di Era Digitalisasi
1 min
Kursus Webinar