PERTEBAL SELF-EFFICACY, JAUHI ANXIETY - Guruinovatif.id

Diterbitkan 27 Nov 2023

PERTEBAL SELF-EFFICACY, JAUHI ANXIETY

Apabila seorang pendidik tidak memiliki self-efficacy, akan memunculkan dampak negatif bagi pendidik tersebut. Oleh karena itu, apabila pendidik tidak memiliki self-efficacy dalam memberikan pembelajaran maka akan terjebak kecemasan (anxiety) yang berlebihan atau bahkan stres dan depresi.

Seputar Guru

Lina Puspitaning Rahayu

Kunjungi Profile
409x
Bagikan

Pemerintah Indonesia terus berusaha meningkatkan kualitas pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 melalui beragam cara. Salah satunya adalah dengan melakukan perubahan kurikulum. Pada tahun 2022 lalu pemerintah Indonesia mulai mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara bertahap di beberapa sekolah di Indonesia. Kurikulum Merdeka dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia menjadi pribadi yang selalu belajar sepanjang hayat, mendukung perkembangan kompetensi dan karakter, serta berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, 2022: 4-7).

Untuk mencapai tujuan itu, dibutuhkan peran pendidik untuk melaksanakan pembelajaran Kurikulum Merdeka yang bermakna bagi peserta didik. Pendidik memiliki peran penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Pertama, pendidik harus membantu peserta didiknya agar memahami materi yang disajikan dan membuat keterkaitan materi dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Kedua, pendidik harus menyediakan berbagai sumber belajar dan bahan untuk anak-anak daripada memberikan teks atau buku pembelajaran. Ketiga, pendidik memiliki peran dalam merancang strategi, metode, dan media pembelajaran yang merangsang kemampuan berpikir kritis peserta didik. Keempat, pendidik memiliki peran melakukan refleksi diri terkait pembelajaran yang telah dilakukannya. Kelima, pendidik harus menciptakan hubungan dengan keluarga dan masyarakat sehingga keluarga dan masyarakat juga memiliki peran dalam mendidik peserta didik secara sosial. Untuk mencapai target besar yang dicitakan dari Kurikulum Merdeka tersebut, pendidik harus dinyatakan siap dan mampu melaksanakan pembelajaran dengan baik.

Self-Efficacy Pendidik dan Peningkatan Kualitas Pembelajaran

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, diketahui bahwa pendidik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran di kelas. Beberapa faktor afektif yang dimiliki pendidik, seperti self-efficacy dapat memengaruhi pembelajaran yang dilakukan pendidik di kelas. Self-efficacy merupakan keyakinan pada kemampuan seseorang untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mengelola situasi yang diharapkan (Bandura, 1997: 2). Bagi pendidik, self-efficacy berperan sebagai sebuah variabel yang menyebabkan perbedaan karakteristik individu pendidik, dan memiliki hubungan kuat terhadap pembelajaran dan pencapaiannya. Seorang pendidik yang memiliki self-efficacy tinggi akan berbeda cara mengajarnya dengan pendidik yang memiliki self-efficacy rendah.

Self-efficacy pendidik memiliki pengaruh terhadap pembelajaran di kelas. Lebih jauh, Septiana (2018) mengungkapkan bahwa kompetensi pendidik akan meningkat secara proporsional ketika ada peningkatan self-efficacy pendidik tersebut. Pendidik yang memiliki self-efficacy tinggi, memiliki keyakinan bahwa ia mampu melaksanakan pembelajaran dan menemukan cara terbaik untuk dapat mengajarkan pembelajaran secara efektif bagi peserta didiknya. Apabila pendidik mampu menyampaikan pembelajaran dengan efektif dan efisien maka akan berpengaruh terhadap prestasi peserta didik dalam belajar. 

Sebaliknya, pendidik yang memiliki self-efficacy rendah sering mengalami masalah di kelas dan cenderung mengatakan bahwa kemampuan peserta didik yang rendah adalah alasan mengapa peserta didik tidak mampu untuk belajar. Pendidik dengan self-efficacy rendah cenderung pesimis terhadap kemampuan yang dimiliki peserta didik, menganggap bahwa peserta didik tidak mampu belajar dengan baik, tidak mau berusaha untuk menemukan cara dan strategi belajar yang efektif agar peserta didik paham dan mengerti apa yang diajarkan. Oleh karena itulah, penting bagi pendidik untuk memiliki self-efficacy tinggi dalam mengelola pembelajaran di kelas.

Pendidik dan Pengaruh Anxiety

Apabila seorang pendidik tidak memiliki self-efficacy, akan memunculkan dampak negatif bagi pendidik tersebut. Keyakinan seseorang terhadap kemampuannya akan memengaruhi seberapa banyak stres dan depresi yang mereka alami (Bandura, 1993: 132). Oleh karena itu, apabila pendidik tidak memiliki self-efficacy dalam memberikan pembelajaran maka akan terjebak kecemasan (anxiety) yang berlebihan atau bahkan stres dan depresi. Anxiety merupakan perasaan tegang, atau takut yang mengganggu kinerja seseorang. Ketika kondisi ini terus dibiarkan, maka pendidik-pendidik tersebut akan terjebak dalam kesulitan ketika memberikan pembelajaran dan pada akhirnya akan berdampak pada proses pembelajaran yang diterima peserta didik. Lebih lanjut, anxiety dapat berpengaruh terhadap kompetensi pedagogis seorang pendidik karena dapat membawa dampak pada cara pendidik mengelola kelas. 

Berdasarkan paparan yang telah disampaikan di atas, maka diperlukan upaya agar pendidik selalu memiliki self-efficacy tinggi untuk menghindari anxiety dalam pembalajaran. Lalu, bagaimana upaya yang dapat dilakukan pendidik? 

Refleksi Diri, Upaya Mencegah Anxiety

Kurikulum Merdeka membantu para pendidik untuk meningkatkan kualitas pengajaran mereka dengan merangsang pemikiran reflektif mereka. Pendidik harus dapat merefleksikan pembelajaran yang telah dilakukannya, menganalisis kekurangan pembelajaran dan memperbaiki setiap kekurangannya dalam mengajar. Dengan demikian diharapkan kualitas pembelajarannya semakin meningkat.

Refleksi diri merupakan salah satu hal penting dalam pembelajaran. Melalui refleksi, pendidik dapat mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya. Refleksi diri juga berguna untuk menemukan solusi dari masalah yang dihadapi. Dengan mengetahui kekurangan diri, pendidik dapat menentukan solusi dan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan sehingga kekurangan tersebut dapat diminimalisir. Dengan melakukan refleksi, pendidik akan menjadi seorang pembelajar yang aktif. 

Proses refleksi akan mendorong pendidik untuk berlatih berpikir kritis tentang hasil rencana pembelajaran yang telah disiapkan. Selanjutnya, pendidik dapat mengupayakan berbagai solusi kreatif untuk mengatasi hambatan dan menemukan cara-cara inovatif untuk memperbaiki keterampilan mengajar. Dalam proses refleksi, pendidik dapat mengevaluasi proses pembelajaran, menentukan bagian yang perlu dipertahankan, dikembangkan, atau perlu dimodifikasi hingga pendidik memiliki wawasan yang lebih luas dan pertimbangan yang lebih matang.

Anxiety Menghampiri, Komunitas Belajar Beraksi

Salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan dan kompetensi pendidik serta permasalahan pembelajaran adalah melalui komunitas belajar. Menurut Surat Edaran Direktorat Jenderal Pendidik dan Tenaga Kependidikan Nomor 4263 Tahun 2003 tentang Optimalisasi Komunitas Belajar dijelaskan bahwa komunitas belajar merupakan wadah bagi pendidik dan tenaga kependidikan untuk belajar bersama dan berkolaborasi secara rutin, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga berdampak pada hasil belajar peserta didik. Komunitas belajar merupakan salah satu bentuk realisasi untuk membangun kolaborasi dengan sesama rekan pendidik. 

Komunitas belajar dapat dilakukan di tingkat satuan pendidikan, atau disebut komunitas belajar intrasekolah. Pendidik dalam satu satuan pendidikan berkumpul untuk membahas beragam hal yang terkait dengan pembelajaran dan peserta didik. Pertemuan pendidik ini dilakukan secara rutin misalnya satu minggu sekali dengan jam terjadwal dan terstruktur. Selain itu, pertemuan juga dapat dilakukan secara informal antarpendidik di lingkungan sekolah. 

Kolaborasi melalui komunitas belajar memiliki dampak luar biasa apabila dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Bagi pendidik, komunitas belajar dapat menepis kesenjangan kompetensi antarpendidik. Pendidik saling belajar dan mengisi satu sama lain sehingga semua pendidik di satuan pendidikan memiliki kompetensi yang setara. Dengan adanya kesetaraan kompetensi antarpendidik, peserta didik akan memperoleh pengalaman belajar dengan kualitas yang sama, siapapun pendidiknya. Ekosistem dan budaya belajar melalui komunitas belajar pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kualitas dan mutu satuan pendidikan.

Refleksi diri dan komunitas belajar merupakan alternatif solusi agar para pendidik terhindar dari anxiety. Tidak dipungkiri bahwa pendidik memiliki beban dan tanggung jawab yang besar di sekolah sehingga kemungkinan mengalami anxiety sangat besar. Seorang pendidik harus selalu mengembangkan dirinya agar terhindar dari anxiety dan mempertebal self-efficacy dalam dirinya. 


Penyunting: Putra

3

0

Komentar (3)

Ika Budhi Utami

Nov 28, 2023

Sangat bermakna, mengingatkan kita untuk memperbaiki diri,

AISAH SURYA MIARTI

Nov 28, 2023

Deretan kata yg dapat memotivasi para pendidik untuk memberikan pelayanan pendidikan yg lebih baik lagi...

Aulia Anggit Hanwita

Nov 28, 2023

Semangat dan sukses selalu bu
Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Komunitas Profesional: Sebuah ruang aman bagi guru untuk saling menguatkan

GUSTI DARMA

Dec 12, 2023
8 min
Guru Harus Dapat Menjaga kesehatan Mental Sendiri
2 min
Kesehatan Mental Guru: Menjaga Keseimbangan yang Penting
Tiga Dosa Besar Pendidikan Sampai Sekarang! Apa Saja?
5 min
Gembira Jalan Ninjaku

Agus Ta'in, M.Pd.

Dec 07, 2023
2 min
Sehat Mental dan Mindset Positif, Salah Satu Kunci Kesuksesan Guru

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB

Kursus Webinar