Dalam gejolak pendidikan ini, guru menjadi pahlawan yang harus selalu siap dalam setiap dinamika perubahan. Pada sebuah lirik lagu dikatakan bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Dibalik setiap jasa mereka yang berkesan sering kali kita melupakan hal yang mendukung mereka untuk memberikan yang terbaik: Kesehatan Mental. Jika langkah kaki mereka akan melangkah bersamaan dengan datangnya matahari. Namun, apakah langkah kaki tersebut akan terus bergerak dengan kilauan yang sama jika beban mental yang mereka pikul semakin berat?
Kesehatan mental merupakan satu hal yang tidak asing lagi bagi kita. Menurut Ridlo (2020), kesehatan mental merupakan aspek yang menyeluruh dan berdampak besar terhadap kehidupan kita. Bagi seorang guru, kesehatan mental sangatlah penting. Bagaimana tidak, setiap hari guru menghabiskan waktu dari pagi hingga sore bahkan malam untuk mengajar, administrasi, koreksi hasil kerja siswa hingga mengerjakan event sekolah. Berdasarkan penelitian di sebuah sekolah, pada saat online learning hampir seluruh guru mengalami stress normal hingga ringan (Rumeen, 2021). Stres yang dialami guru dapat berpengaruh terhadap kinerja guru mulai dari personal hingga berdampak pada manajemen kelasnya (Fitchett, McCarthy, Lambert, & Boyle, 2018).
Guru berperan mengambil pemimpin dalam kelas, sehingga apapun yang terjadi pada guru akan sangat berdampak pada siswa. Kesehatan mental guru dapat berpengaruh secara tidak langsung hingga langsung terhadap hasil belajar siswa. Jika guru mengalami stres dan terganggu dalam mengelola kelas, maka siswa tidak akan termotivasi dalam pembelajaran. Martinek (2018), mengatakan bahwa motivasi belajar siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Oleh karena itu, penting sekali kita memerhatikan kesehatan mental guru.
Pasti banyak sekali yang memengaruhi perilaku stres bagi guru seperti gaji, perilaku siswa, sistem sekolah dan hal lainnya. Namun bukankah solusi terbaik yang bisa kita lakukan adalah yang bisa kita lakukan sebagai rekan guru? Salah satu penyebab stres guru yang disampaikan oleh Mahan et al., (2010) dan Mujtaba & Reiss, (2013), adalah kurangnya dukungan rekan kerja. Selain guru banyak menghabiskan waktu bersama siswa, guru akan selalu berinteraksi dengan rekan guru. Sudah saatnya sesama rekan guru di sekolah menjadi support system bagi satu dengan yang lain.
Seperti halnya bunga yang mekar bersamaan di taman, demikian halnya kita bersama sesama rekan guru harus saling mendukung. Ada beberapa hal yang sangat baik untuk dilakukan bersama rekan guru.
Sumber dukungan profesional
Jika guru mengalami hambatan dalam permasalahan profesional, kita bisa menawarkan bantuan kepada rekan kerja kita untuk berdiskusi. Jika kita tidak bisa membantu karena keterbatasan pengetahuan yang kita miliki. Kita bisa mengarahkan guru untuk mendapatkan bantuan dari ahli. Zamzabila (2022), mengatakan bahwa dukungan rekan kerja sangat berpengaruh terhadap kualitas pekerjaan seorang karyawan. Seorang guru akan sangat mudah beradaptasi jika mendapatkan dukungan profesional.
Teman Curhat
Rekan kerja yang positif akan memberikan pengaruh yang positif pula bagi rekan kerja. Mendengarkan rekan kerja saja atas keluh kesah mereka sudah memberikan kelegaan. Menurut penelitian Herlina (2018), kualitas persahabatan pada lingkungan kerja dapat meningkatkan kebahagiaan dalam pekerjaan bahkan bisa meningkatkan performa kerja.
Pengalaman Implementasi: Professional Development & Fun Time
Setiap hari jumat leadership sekolah bisa merancang kegiatan pada akhir pekan untuk belajar atau mengadakan aktivitas bersama. Kegiatan ini akan berfungsi sebagai refresing terhadap guru. Selain itu, leadership bisa merancang kegiatan yang bisa memfasilitasi guru secara profesional seperti belajar kurikukum merdeka bersama-sama dan hal lainnya. Aktivitas ini dapat membantu para pemimpin mengenal dan membantu para guru.
Sebagai rekan guru, kita adalah pengukir tawa untuk satu sama lain. Berbagi suka dan tawa akan membangun pertumbuhan yang baik. Bersama, kita tidak hanya berguna bagi diri kita tetapi untuk siswa kita. Jadi mari saling menjaga satu sama lain, memberikan dampak dan mendukung sesama guru di sekolah kita.
References:
Fitchett, P. G., McCarthy, C. J., Lambert, R. G., & Boyle, L. (2018). An examination of US first[1]year teachers’ risk for occupational stress: associations with professional preparation and occupational health. Teachers and Teaching: Theory and Practice, 24(2), 99–118. http://dx.doi.org/10.1080/13540602.2017.1386648
Herlina. (2018). ANALISIS DAMPAK KUALITAS PERSAHABATAN PADA PENINGKATAN KINERJA DAN KEBAHAGIAN DI TEMPAT KERJA GENERASI MILENIA. MetaCommunication; Journal Of Communication Studies.
Mahan, P. L., Mahan, M. P., Park, N. J., Shelton, C., Brown, K. C., & Weaver, M. T. (2010). Work environment stressors, social support, anxiety, and depression among secondary school teachers. AAOHN Journal : Official Journal of the American Association of Occupational Health Nurses, 58(5), 197–205. https://doi.org/10.3928/08910162-20100416-01
Martinek, D. (2018). The consequences of job-related pressure for self-determined teaching. Social Psychology of Education, 22, 133–148. https://doi.org/10.1007/s11218-018-9446-x
The
Mujtaba, T., & Reiss, M. (2013). Factors that lead to positive or negative stress in secondary school teachers of mathematics and science. Oxford Review of Education, 39(5), 627–648. https://doi.org/10.1080/03054985.2013.840279
RIDLO, I. A. (2020). Pandemi COVID-19 dan Tantangan Kebijakan Kesehatan Mental di Indonesia. Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental.
Rumeen, C. (2021). GAMBARAN TINGKAT STRES KERJA PADA TENAGA PENDIDIK TERHADAP PEMBELAJARAN JARAK JAUH DI SMPN 1 LIKUPANG SELATAN DAN SMPN 1 DIMEMBE. Jurnal KESMAS.
Zamzabila, B. (2022). Pengaruh Dukungan Rekan Kerja terhadap Kualitas Pekerjaan pada Karyawan: A Systematic Literature Review . Jurnal Inovasi Bisni
Penyunting: Putra