Perhatian Islam Terhadap Mental Health Guru
Lembaga riset internasional, RAND Corporation menyebutkan bahwa tingkat stres yang dialami Guru lebih tinggi dibandingkan profesi lainnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, degradasi moral peserta didik salah satunya. Fakta yang dilansir pada banyak laman sosial media mengungkapkan, banyak siswa melakukan tindak amoral. Bahkan di beberapa postingan, Guru menjadi korban amoral siswa. Realita ini sungguh memprihatinkan dunia Pendidikan, terutama Guru sebagai tonggaknya. Deretan fenomena sosial ini menambah deretan tugas Guru dalam mendidik yang dapat menyebabkan kesehatan mentalnya terganggu. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri jika problem kesehatan mental Guru dewasa ini perlu diperhatikan.
Persoalan berikutnya, menurut survey yang dilakukan oleh NoLimit Indonesia pada tahun 2021 berdasarkan data yang diperoleh dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan) mengungkapkan bahwa sebanyak 42% pengguna pinjol di Indonesia didominasi oleh Guru. Hal ini mungkin dapat dimaklumi, karena salah satunya disebabkan karena minimnya penghasilan mereka. Bahkan di belahan pelosok Indonesia, gaji Guru belum sampai pada taraf yang selayaknya. Jika disejajarkan dengan upah minimum kabupaten/kota, sangat begitu jomplang. Jangankan untuk memenuhi kebutuhan sandang, untuk pangan saja pas-pasan atau bahkan kesulitan.Dapat kita tengok Guru-Guru honorer misalnya, masih ada yang berpenghasilan ratusan ribu. Padahal, yang dipertaruhkan adalah pikiran, waktu dan tenaga untuk kehidupan SDM di masa mendatang. Oleh karena itu, berdasarkan elaborasi masalah di atas, kesehatan mental Guru setidaknya dipengaruhi oleh kebutuhan ekonomi dan tantangan degradasi moral siswa dari masa ke masa.
Islam sangat memperahatikan peran serta kesehatan mental Guru. Guru dalam islam sangat dimuliakan. Derajat Guru berkedudukan tinggi di sisi Allah swt. Melalui Gurulah siswa banyak meraih ilmu dan terjaminnya jembatan keberkahannya. Jika berkah, maka tumbuh subur kebermanfaatan ilmunya. Syaikh Hasyim Asy’ari dalam kitabnya adabul ‘alim wal muta’allim menegaskan perhatiannya terhadap Guru, karena akhlak Guru sekalipun sangat berpengaruh pada akhlak muridnya. Jika memang akhlak Guru berpengaruh, maka seyogyanya mental Guru harus dalam keadaan sehat. Sebaliknya, jika mentalnya terganggu (disorder mental), maka akhlaknya ikut terpengaruh. Oleh karena itu, besarnya apresiasi pahala dalam islam bagi para Guru merupakan salah satu upaya dalam memelihara kesehatan mental. Agar supaya Guru dapat merasa bangga dengan profesinya dan termotivasi untuk memberikan yang terbaik dalam mendidik.
Islam juga memperhatikan aspek duniawi seorang Guru. Kebutuhan ekonomi untuk menunjang kelangsungan hidup Guru dijamin oleh islam. Ad-Dimsyiqy mengisahkan dari al-Wadliyah bin Ataha’ bahwa di era kepemimpinan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, beliau memberikan gaji 3 orang Guru yang mengajar anak-anak di Madinah, masing-masing sebesar 15 dinar setiap bulannya (1 dinar = 4,25 gram emas), atau setara dengan Rp. 54.000.000 (jika menggunakan konversi emas antam 2021, maka 1 dinar (4,25 gr) seharga Rp. 3.600.000,-. Nominal itu tentu setara dengan rata-rata UMK beberapa daerah.. Padahal, perhitungan gaji tersebut terjadi 1400 H silam. Jika menyesuaikan dengan zaman sekarang, mungkin bisa berkali lipat jumlahnya.
Catatan sejarah tersebut secara eksplisit membuktikan bahwa Guru sebagai pahlawan yang tidak dan jangan sampai dilupakan tanda jasanya. Perlu dijamin kelayakan hidupnya. Dengan gaji yang selayaknya, maka Guru akan semakin tentram hidupnya dan fokus pada bidang keahliannya. Guru tidak lagi berpikir untuk mencari sampingan lain yang dapat menyita waktu dan pikiran dalam perkembangan profesinya. Guru tidak lagi tertekan dengan kebutuhan ekonomi yang mencekik. Mencekik hidup yang berujung pada tekanan mental. Belum lagi, jika Guru terlilit hutang demi hutang yang tidak sebanding dengan kesejahteraannya. Perhatian islam dalam hal ini sebagai antisipasi agar tidak terjadi disorder mental.
Islam juga memberikan perhatian pada realita pendapatan Guru saat ini. Islam memberikan tips alternatif agar mental Guru selalu sehat ditengah problematika zaman. Maka, seorang Guru harus memperbanyak rasa syukur dan menguatkan kesabaran. Dengan memperbanyak rasa syukur, maka Allah menjamin tambahan rezeki hingga dari jalur yang tidak diduga. Dengan kuatnya rasa sabar disertai sholat (ketakwaan), maka menjadikan wasilah pertolongan Allah. Oleh karena itu, dalam kondisi apapun Islam memberikan banyak alternatif solusi bagi kesehatan mental Guru hingga kedamaian dan ketentraman hati dapat diraih.
Demikian bukti perhatian islam terhadap kesehatan mental Guru. Memperhatikan kebutuhan hidup (lahir) maupun mental (batin). Sejahtera hidupnya dan akhirat mulia dengan limpahan pahala. Perhatian islam terhadap Guru, mengubah problematika menjadi bahagia. Kebahagiaan yang tentunya akan terpancar pada laku proses dan hasil pembelajarannya.
Penyunting: Putra