DEFINISI KESEHATAN MENTAL Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa dijelaskan bahwa kesehatan mental atau disebut juga kesehatan jiwa yaitu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Terdapat 2 klasifikasi orang dengan masalah kesehatan mental atau jiwa. Pertama, orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) yaitu ketika seseorang terkena stres ringan ataupun berat yang terjadi karena gagal menyesuaikan diri dengan sekitar namun tidak sampai berdampak pada sikap menarik diri dari lingkungan atau halusinasi. Kedua, orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yaitu ketika seseorang mengalami stres berat sehingga membuatnya menarik diri dari lingkungan, trauma berlebihan, halusinasi, dan bersikap agresif.
PROSES TERJADINYA MASALAH MENTAL A. Masalah Mental Terjadi Akibat Penyakit Fisik Menurut penjelasan dr. Sri Wati Astuti A. R., Sp.KJ bahwa ada suatu bagian di otak bernama korteks prefrontal yang berfungsi sebagai pusat kepribadian dan emosi seseorang seperti perasaan sedih, takut, marah, atau bahagia. Jika suplai darah ke korteks prefrontal terganggu maka organ tersebut tidak bisa bekerja dengan maksimal yaitu sebagai pusat pengaturan emosi pada manusia. Contohnya yaitu pada orang yang menderita sakit jantung, darah tinggi, stroke, atau penyakit genetik pada otak cenderung lebih mudah terbawa emosi karena korteks prefrontal tidak menerima suplai darah yang cukup sehingga fungsi kerjanya menjadi menurun dalam mengatur emosi seseorang.
B. Masalah Mental Terjadi Akibat Mekanisme Koping yang Imatur Pada ilmu psikologi terdapat istilah mekanisme koping yaitu cara seseorang dalam mengatasi perasaan tidak nyaman seperti stres, sedih, atau marah. Bentuk mekanisme koping setiap individu berbeda-beda. Ada yang pembawaannya sabar, cepat marah, selalu merasa bersalah, atau bersikap lari dari masalah.
Menurut penelitian, mekanisme koping memiliki pola yang berulang pada setiap individu. Masalahnya terletak jika individu tersebut memiliki mekanisme koping yang imatur. Akibatnya jika suatu saat mendapat tekanan psikologis maka responnya akan tidak terkontrol seperti marah atau sedih yang berlebihan.
HAL-HAL YANG DAPAT MEMICU TERJADINYA MASALAH MENTAL PADA GURU Dampak dari penyakit fisik Gaji bulanan yang kecil Konflik sesama guru, karyawan, atau atasan Ulah siswa yang menyebalkan Sikap orangtua siswa yang tidak kooperatif atau bertindak semaunya beban kerja yang melimpah atau target pembelajaran yang tinggi Dampak dari masalah pribadi di rumah yang terbawa ke sekolah Lingkungan sekolah yang tidak nyaman PERAN LEMBAGA SEKOLAH DALAM UPAYA PENGENDALIAN KESEHATAN MENTAL GURU A. Upaya Promotif Upaya promotif yang dapat dilakukan lembaga sekolah yaitu dengan cara meningkatkan pengetahuan kepada seluruh warga sekolah terkait pentingnya menjaga kesehatan mental. Salah satu bentuk aksi nyatanya yaitu seperti di SD Al Falah Darussalam 2 yang memanfaatkan media sosial instagram dan grup whatsapp orangtua siswa sebagai wadah menyalurkan konten-konten edukasi. Tim media dari sekolah tersebut setiap hari selalu mengunggah video aktivitas belajar siswa yang di dalamnya juga memuat pembelajaran akhlak, sikap saling menghargai dan mengasihi, serta larangan berbuat bullying . Dari konten tersebut diharapkan dapat menciptakan suasana lingkungan sekolah yang sehat secara mental, berprestasi, dan berakhlak mulia baik itu siswa, guru, maupun. karyawan. Sedangkan manfaat edukasi tersebut untuk orangtua agar lebih paham kegiatan dan budaya anak di sekolah. Sehingga terjadi koordinasi yang baik antara guru dan orangtua dalam rangka sama-sama mendidik anak.
B. Upaya Preventif Upaya prefentif atau pencegahan yang dapat dilakukan lembaga sekolah yaitu melakukan skrining dalam bentuk tes psikologi pada saat proses rekruitmen guru baru. Hal ini dilakukan agar guru yang diterima yaitu benar-benar guru yang sudah matang secara psikologi. Tujuannya yaitu agar saat proses mengajar nanti tidak mudah terkena masalah mental baik itu karena urusan pribadi, ulah siswa, maupun sikap orangtua siswa yang tidak kooperatif.
C. Upaya Kuratif Lembaga sekolah wajib menyediakan tenaga konseling sebagai bentuk upaya kuratif saat telah terjadi masalah mental. Contohnya yaitu adanya guru bimbingan konseling (BK) yang sebenarnya tidak diperuntukkan untuk menangani siswa problematik saja. Namun untuk sesama guru pun bisa juga berkonsultasi terkait masalah mental yang diderita. Karena bagaimanapun guru BK tidak hanya mempelajari aspek psikologi siswa saja selama studinya, melainkan juga aspek psikologi orang dewasa khususnya guru. Ketika guru BK sudah mengetahui penyebab dari masalah mental yang bersangkutan maka segera diberikan solusi penyelesaian yang terbaik.
D. Upaya Rehabilitatif Guru BK di sekolah juga mempunyai peran dalam upaya rehabilitatif atau pemulihan mental setelah dilakukan tindakan kuratif. Caranya yaitu dengan melakulan mediasi antar pihak yang bermasalah. Mediasi pun juga tidak harus langsung dipertemukan secara offline, namun juga bisa diawali dengan memanfaatkan aplikasi video call jika dirasa perlu. Sedangkan terapi psikologi dan spiritual dilakukan ketika masalah mental terjadi akibat urusan pribadi.
Pemaparan di atas menunjukkan pentingnya peran lembaga sekolah dalam menjaga kesehatan mental guru. Dimulai dari seleksi penerimaan guru baru yang memerlulan skrining psikologi hingga upaya mediasi saat telah terjadi konflik dengan bantuan guru bimbingan konseling (BK). Namun sayangnya upaya pemulihan masalah mental di Indonesia masih memiliki stigma negatif di mata masyarakat yaitu dianggap gila. Akibatnya si penderita seringkali merasa malu untuk konsultasi masalah mentalnya. Semoga dengan semakin banyaknya pegiat kesehatan mental yang bertebaran di media sosial dapat perlahan-lahan membuka pola pikir masyarakat bahwa konsultasi kesehatan mental adalah hal yang wajar. Karena sama halnya dengan medical check-up yang perlu dilakukan setiap tahun, begitupun kondisi mental seseorang perlu untuk dikonsultasikan tidak harus ketika ada masalah. Tujuannya yaitu agar bisa menemukan cara mekanisme kopi yang matur sehingga bisa menenangkan diri sendiri saat menghadapi masalah mental lain di kemudian hari.
Penyunting: Putra