DIGITALISASI PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN KADERISASI KELOMPOK MEMBACA SEKOLAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA - Guruinovatif.id

Diterbitkan 09 Sep 2023

DIGITALISASI PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN KADERISASI KELOMPOK MEMBACA SEKOLAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA

Rendahnya minat baca masyarakat Indonesia seolah menjadi warisan nenek moyang yang diturunkan dari generasi-generasi. Pemerhati literasi digital berupaya melakukan Inovasi dalam meningkatkan minat baca siswa Indonesia.

Dunia Pendidikan

Praydina febby Setiadi

Kunjungi Profile
1516x
Bagikan

DIGITALISASI PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN KADERISASI CLUB MEMBACA SEKOLAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA 

 

 

INDONESIA DARURAT LITERASI

Menurut laporan riset Central Connecticut State University di 2016, Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara dengan tingkat literasi rendah. Sedangkan data statistik dari The United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) menyatakan minat baca masyarakat Indonesia, sangatlah memprihatinkan yaitu hanya 0,001%.  Hal itu menjadikan hanya ada satu orang Indonesia yang rajin membaca dari 1.000 orang di negeri ini. Selanjutnya, dari data penelitian yang digelar United Nations Development Programme (UNDP), indeks pembangunan manusia (IPM) di tingkat pendidikan yang ada di Indonesia tergolong masih rendah, yaitu 14,6%. Jauh lebih rendah dibandingkan Malaysia yang memiliki persentase hingga 28%. Fakta-fakta ini menjadikan Indonesia pada posisi darurat literasi/

Tentu rendahnya mintat baca siswa, tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:

  1. Lingkungan yang tidak mendukung.

Lingkungan yang dimaksud adalah tempat dimana terbentuknya minat dan kecondongan anak. Mayoritas masyarakat Indonesia belum memiliki lingkungan yang mendukung anak memiliki minat baca. Seperti keterbatasan pengenalan anak pada buku, perpustakaan yang tidak memadai dan minimnya dukungan dari lingkungan. 

2. Rendahnya jumlah perpustakaan dan kelengkapan prasarana penunjang 

Dari Data Pokok Pendidikan (Dapodik) per 18 Juni 2023, dari 443 ribuan sekolah, hanya sekitar 199 ribuan yang memiliki perpustakaan dengan 54 ribu pustakawan. Hal ini disampaikan, Kepala Program Studi Perpustakaan dan Sains Informasi Universits Yarsi, Selasa (20/06/2023). Ummi Azizah mengatakan, minimnya jumlah perpustakaan sekolah menyebabkan rendahnya literasi peserta didik. Padahal mendirikan perpustakaan sekolah sesuai standar merupakan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014. Alasan utama tidak tersedianya perpustakaan pada instansi sekolah adalah karena biayanya yang cukup mahal. Mulai dari penyediaan ruang, biaya pustakawan, oprasional, buku dan lain-lain.

Selain itu, perpustakaan yang telah memenuhi Standar Nasional Perpustakaan (SNP) hingga Februari 2023, baru 5,6% dari 164.610 perpustakaan di Indonesia. Hal ini, tentu menjadi image atau gambaran umum perpustakaan sebagai tempat yang monoton, kaku dan membosankan. Sebagai contoh pengalaman penulis ketika mengunjungi perpustakaan konvesional sekolah. Di dalamnya, hanya saya sebagai pengunjung, itupun siswa yang ingin berkunjung ke perpustakaan harus memanggil penjaga perpustakaan dulu, karena perpustakaan tidak selalu dibuka disebabkan pustakawan merangkap sebagai TU sekolah. Buku-buku yang berjajar di rak adalah buku “paket” yang dipelajari di kelas, majalah-lama, dan beberapa buku bacaan bantuan pemerintah. Gambaran umum penulis sewaktu menjadi siswa tentang perpustakaan sekolah adalah tempat yang membosankan, seram dan minim fungsi karena siswa merasa sudah mempelajari buku-buku perpustakaan di kelas. "Untuk apa ke perpustakaan jika koleksi bukunya sama seperti koleksi buku siswa di rumah".

3. Arus digititalisasi yang tak diimbangi dengan pengetahuan.

Memasuki era digital beberapa orangtua lepas kendali terhadap pengasuhan anak. Orang tua cenderung meninggalkan anak bersama gawainya dengan alasan agar pekerjaan rumah dapat terselsaikan, atau gawai dialih fungsikan sebagai obat tantrum anak, dan sebagai pengalihan kejenuhan anak. Padahal, pemberian gadget di usia belia akan berdampak negatif jika tidak dibarengi dengan pengawasan dari orangtua. Anak-anak akan tenggelam dalam asiknya dunia maya dan melewati pengalaman bermain dengan teman sebayanya. Masa kanak-kanak yang seharusnya diisi dengan canda tawa dan bounding dengan keluarga akan terganti dengan khayalan-khayalan anak terhadap fantasi semu di otaknya.

4. Daya beli dan jumlah terbitan buku yang rendah

Ketidakmerataan ekonomi pada masyarakat menjadikan “jajan buku” adalah aktivitas yang mewah bagi sebagian masyarakat. Selain itu, jumlah terbitan buku di Indonesia tergolong rendah, tidak sampai 10.000 judul buku per tahun. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan Jepang yang mencapai 40.000 judul buku per tahun, India 60.000 dan China sekitar 140.000.

Faktor-faktor yang telah disebutkan di atas tentu akan terus mewabah dari generasi ke generasi, jika tidak adanya komitmen bersama dalam meningkatkan minat baca masyarakat, yang ditakutkan akan meredam mimpi bersama menuju Indonesia Emas 2045. 

 Pemerintah sebenarnya telah melaksanakan tugasnya dengan baik, namun kita sebagai masyarakat terkadang acuh dan menganggap tugas ini hanyalah wewenang dari pemerintah. Padahal, minat baca ditentukan mulai dari kelompok sosial terkecil yaitu keluarga.

Kemudian ketika anak sudah mulai memasuki jenjang pendidikan sekolah. Lembaga sekolah diharapkan menjadi wadah sekaligus motivator bagi minat baca siswa. Hal ini dikarenakan kegiatan siswa usia sekolah, lebih banyak dihabiskan di sekolah dibandingkan di rumah. Sehingga, pihak sekolah dituntut untuk berinovasi kreatif yang mempertimbangkan efektivitas, efisiensi dan searus dengan zaman. Berikut gagasan-gagasan penulis dalam meningkatkan minat baca siswa di sekolah.

DIGITALISASI PERPUSTAKAAN

Wabah pandemi covid 19 yang terjadi pada tahun 2019 sampai 2022 membawa dunia kepada era baru. Rakyat dunia dituntut untuk berpikir efesien, tepat guna dan bisa dilakukan di “manasaja”. Sehingga, terciptalah era digital yang melahirkan platform-platform digital demi memudahkan kerja manusia. Bebagai lapisan masyarakat sudah dimodifikasi sedemikian rupa untuk mengimbangi tren “digital” dunia, mulai dari sektor pendidikan, sektor pangan, sektor energi, pelayanan masyarakat dan lain-lain. 

Lembaga sekolah termasuk sektor Pendidikan yang memodifikasi sistem Pendidikan menjadi serba digital dituntut mengikuti era baru ini. Digitalisasi berarti adalah proses peralihan yang terjadi pada teknologi bersifat analog ke teknologi bersifat digital. Perkembangan ini berjalan begitu cepat, sehingga jika sistem Pendidikan Indonesia hanya “berjalan ditempat” maka, akan terombang-ambing oleh arus. Oleh karena itu, sistem pendidikan Indonesia hendaknya mengikuti perkembangan zaman agar dapat mengimbangi arusnya atau malah dapat menguasainya. 

Hal-hal yang membuat digitalisasi penting dilakukan oleh setiap lembaga sekolah, untuk mendigitalisasi perpustakaan konvensional:

  1. Perpustakaan konvensional membutuhkan biaya yang mahal. Seperti penyediaan Ruangan, AC, Rak, Koleksi dan kebutuhan pemeliharaan.
  2. Mengikuti perkembangan zaman dan pola pikir generasi-generasi era kekinian.
  3. Minimnya pustakawan.
  4. Management sewa yang merepotkan.
  5. Koleksi buku yang terbatas. Hanya mengandalkan buku-buku bacaan dari bantuan pemerintah.

Dengan alasan-alasan inilah digitalisai perpustakaan dirasa menjadi pilihan terbaik untuk Lembaga sekolah agar lebih efektif, efisen dan tepatguna. Penulis dalam hal ini akan memaparkan secara singkat Perpustakaan digital baik berbasis internet maupun non internet.1.

1. KIPIN Classroom (digital non internet)

Merupakan server perpustakaan digital yang dapat diterapkan di sekolah dengan beberapa kelebihan:

a. Oprasional mudah, dan siap pakai (dalam hitungan menit)

b. Sudah berteknologi canggih dan kekinian.

c. Datanya lengkap dan bervariasi

d. Hargamya murah dan tak butuh internet dalam pengoprasiannya.

e. Dilengkapi app KIPIN School sebagai aplikasi pengelola data yang canggih, mudah dan simpel.

f.  Konten pembelajaran lengkap untuk TK, SD, SMP, SMA dan SMK. Seperti:

  • 3000 buku pelajaran sekolah berbasis K2013, KTSP2006, PJJ, Paket ABC, Madrasah untuk semua jenjang Pendidikan. (buku bisa diedit, corat-coret, highlight dan lain-lain)
  • 2000 video pembelajaran sekolah, yang dapat diakses melalui 3 media, handphone, tablet, laptop dan TV. Hal ini tentu dapat memudahkan siswa untuk belajar sebelum kbm di mulai dan memudahkan siswa jika kesulitan atau ketinggalan pelajaran sekolah.
  • 50.000 Latihan soal sebagai latiham siswa, seperti: Penilaian harian, {enilaian Tengah semester (PTS), Penilaian Akhir Semester (PAS), untuk SD, SMP, SMA. Selain itu, perolehan nilai siswa dapat langsung dilihat pada layer (siswa mengerjakan selftest tanpa bantuan guru).
  • Dilengkapi dengan Ratusan Komik Pendidikan.

g. Fitur Upload & Share. Fitur ini memungkinkan pihak sekolah untuk menambah koleksi data berupa dokumen (PDF) dan Video (MP4). Data ini nantinya dengan mudah dapat didownload oleh siswa dan tertata rapi di gadget mereka.

h. Fitur management sewa menggunakan sistem ”All you can It”. Siswa dapat mengunduh sebanyak-banyaknya ke gadget mereka tanpa dibatasi. Kemudian, semua data yang sudah dipinjam atau diunduh tidak perlu dikembalikan.

i. Fleksibel, bisa dipasang dimana saja sesuai kebutuhan. Satu server untuk Bersama.

j. Tidak membutuhkan Internet. KIPIN Classroom sudah dilengkapi dengan jaringan WIFI yang dinamakan “eduspot” dimana semua data yang ada didalamnya bisa diunduh ke device pengguna tanpa membutuhkan pulsa atau kuota Internet.

k. Partner resmi dari Kemendikbud Ristek dan telah terakreditsi global dan lokal.

l. Fitur KIPIN PTO SUPPORT AKM, yang berfungsi mendukung assesmen kompetensi minimum dan survey karakter KEMDIKBUD.

m. Tidak ada Batasan jumlah pemakai.

2. E-PERPUS (digital online)

E Perpus merupakan layanan perpustakaan digital dengan konsep B2B (business to business) berbasis web milik Kompas Gramedia. Kelebihan yang dimiliki:

  1. Custom logo gratis (untuk paket premium)
  2. Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan.
  3. Tersedia dalam platform Android dan iOS.
  4. Tersedia fitur admin dashboard untuk  melihat laporan analisis.
  5. Laporan statistic yang lengkap.
  6. Akses gratis ke ribuan buku dari penerbit berkualitas.
  7. Aplikasi aman, praktis dan efisien.

Adapun fitur yang dimiliki eperpus adalah Dashboard analitik (untuk reporting behavior pembaca yang mudah dan lengkap), Manajemen konten, tambahan fitur konten internal, tambahan fitur sesuai request, dan pinjam atau unduh konten.

Manfaat yang ditawarkan dari layanan perpustakaan digital ini, yaitu:

  1. Meningkatkan kualitas siswa didik secara Individu.
  2. Sebagai sarana informasi dan hiburan bagi siswa didik.
  3. Menjadi rujukan dan panduan bagi lembaga sekolah.
  4. Menjadi data Insight  bagi institusi.
  5. Sebagai media pembelajaran jarak jauh.
  6. Meningkatkan akreditasi bagi sekolah dan universitas.

Kedua platform digital yang telah dipaparkan merupakan salah satu contoh dari sekian banyak pengembangan teknologi kekinian dalam mewujudkan perpustakaan digital yang dapat diakses dengan mudah dan menyenangkan. Hal ini merupakan jalan keluar atas kebuntuan berbagai sekolah pelosok yang belum memiliki perpustakaan konvensional sendiri.

Namun, dalam pelaksanaannya tentu setiap yang tercipta memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satu kekurangan server KIPIN adalah koleksi buku bacaan “bebas” yang terbatas. Sedangkan, kekurangan E-Perpus sendiri adalah karena aplikasi tersebut dijalankan dengan akses internet. Maka, demi melengkapi layanan perpustakaan sekolah, hendaknya lembaga sekolah menggabungkan dua layanan tersebut. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan mutu kualitas siswa didik karena minat membaca buku yang meningkatdengan adanya inovasi perpustakaan digital sekolah.

KADERISASI KELOMPOK BACA SEKOLAH

Setelah usaha-usaha dalam meningkatkan layanan dan fasilitas perpustakaan sekolah telah dilakukan, hendaknya para guru membentuk kelompok membaca sekolah. Kelompok baca yang di maksud adalah sekumpulan siswa yang sudah memiliki minat membaca yang kuat didapuk menjadi “duta buku” kelas atau sekolah, hal ini dimaksudkan agar minat membaca siswa dapat terarahkan dan dapat berkembang baik dengan adanya bimbingan dari guru. Selain itu, kelompok membaca sekolah berfungsi  sebagai bentuk apreasiasi sekolah terhadap anak-anak yang suka membaca buku dan motivasi bagi siswa yang belum menyukai kegiatan membaca buku. Siswa yang menjadi “duta buku” bisa dipilih dari masing-masing kelas sehingga akhirnya ia bisa menebarkan benih-benih kecintaan terhadap buku di kelas masing-masing.

Para guru juga bisa berperan sebagai “duta buku” yang bertugas mensosialisasikan pentingnya membaca buku dan membuat visi dan proker (program kerja) bulanan untuk mengarahkan kelompok membaca sekolah, contohnya:

Visi

  • Meningkatkan dan menumbuhkan rasa cinta siswa terhadap kegiatan membaca.

Program Kerja

  • Sosialisasi pentingnya membaca buku.
  • Meresensi buku Bersama anggota kelompok membaca sekolah dan mempromosikannya ke siswa yang lain.
  • Membuat event-event menarik berkaitan dengan kegiatan membaca.
  • Mempromosikan layanan perpustakaan.

Tentu dalam pembentukan visi, misi dan program kerja kelompok membaca dapat disesuaikan dengan kebutuhan sekolah. Siswa sekolah dapat diklasifikasikan tingkat ketertarikannya terhadap buku dari yang rendah, sedang, sampai tinggi. hHasil dari klasifikasi siswa secara umum dapat menentukan metode dan proker apa yang bisa diterapkan di sekolah tersebut.

Selanjutnya, program kerja kelompok membaca ini dievaluasi bersama. Apakah sudah efektif atau belum? Jika sudah maka hanya butuh konsistensi pada program yang sudah ada. Dengan beberapa masukan kegiatan penunjang jika dibutuhkan. Namun, Jika dirasa belum efektif, maka program tersebut dikritisi kembali dengan muhasabah penyebabnya. Kaderisasi kelompok membaca sekolah, dilakukan terus menerus dari generasi ke generasi sampai terwujudnya minat baca tinggi pada siswa didik


Penyunting: Putra

0

0

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Lost and Found Box Inovasi dalam Kurikulum Merdeka
Tranformasi Guru dan Siswa melalui Literasi Digital Menuju Era Society 5.0
Melampaui Ruang Kelas Tradisional: Memanfaatkan Platform Digital untuk Memberdayakan Perkembangan Siswa dan Guru

MUHAMMAD MAHATIR

Sep 07, 2023
2 min
Kurikulum Merdeka, Pendidikan Dibebaskan atau Diarahkan?
2 min
YouTube sebagai Media Literasi Digital bagi Guru dan Siswa

PUJI ASTUTI

Aug 14, 2023
2 min
Tunagrahita: Memahami Gangguan Intelektual yang Kompleks
3 min

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB

Kursus Webinar