Kita berada di zaman keberlimpahan informasi. Siapa pun dapat mengakses dan menggunakan informasi dengan bebas asalkan memiliki perangkat elektronik (telepon pintar, laptop, tab, komputer, dan sebagainya) dan kuota internet (wifi, paket data, atau tethering), termasuk siswa. Fenomena ini menjelma bak pisau bermata dua, di satu sisi sangat bahaya bagi orang-orang yang memakainya untuk hal-hal negatif sementara di sisi lain sangat berguna untuk orang-orang yang menggunakannya untuk hal-hal positif.
Orang-orang yang memanfaatkan keberlimpahan informasi untuk hal-hal negatif, misalnya mencuri data telpon orang-orang untuk melakukan pemerasan melalui video call, mencuri data-data perbankan melalui tautan untuk menguras saldo tabungan para nasabah bank, menggunakan VPN untuk mengakses video asusila, melakukan judi online, dan menyebarkan atau mengonsumsi berita hoaks. Mereka menggunakan kecakapan digital yang dimiliki untuk mengambil keuntungan bagi diri dan golongannya. Mereka tak peduli meski tindakan itu sangat merugikan orang lain.
Orang-orang yang memanfaatkan keberlimpahan informasi untuk hal -hal positif misalnya dengan mengikuti seminar, webinar, workshop, aktif mengikuti lomba-lomba, dan mencari berbagai beasiswa yang dapat diakses melalui perangkat digital. Mereka memperkaya diri sesuai dengan minatnya masing-masing. Tak heran bila mereka bisa menjadi orang yang kompeten dan menghasilkan pundi-pundi rupiah dari hasil kegigihannya. Bahkan beberapa dari mereka mendapatkan kemerdekaan finansial di usia muda, salah satunya yaitu Jess No Limit yang sukses dengan akun youtube gamenya.
Sayangnya masih banyak siswa yang terkena dampak negative dari berlimapahan informasi ini. Mereka menjadi pecandu pornografi, teradu domba oleh berita hoaks, tak sedikit yang menjadi gila karena kecanduan game. Sebagai garda terdepan pendidikan, guru memiliki kesempatan untuk memanfaatkan keberlimpahan informasi guna mengembangkan diri supaya mampu membekali para siswa dengan kecakapan digital yang memadai sehingga mereka mampu menghadapi zaman keberlimpahan informasi yang sangat menantang ini.
Banyak sekali akses yang dapat guru gunakan untuk mempelajari tentang hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan literasi digital, misalnya dengan mengikuti berbagai pelatihan yang disediakan oleh pemerintah, berbagai komunitas, dan lembaga, salah satunya yaitu GuruInivatif.id. Melalui Guruinovatif.id, guru-guru bisa mengakses berbagai pelatihan, workshop, kursus online, dan sebagainya baik yang berbayar maupun yang gratis.
Guru juga dapat mulai memanfaatkan media sosial untuk membagikan konten-konten edukasi, berjualan, dan berjejaring untuk menjalin berbagai kolaborasi. Guru yang menjadi konten kreator memiliki peluang untuk lebih dekat dengan anak-anak, mendapatkan penghasilan tambahan, dan mengekpresikan diri. Masih segar diingatan penulis, tayangan mengenai seorang guru yang mengajarkan matematika dengan sangat menyenangkan. Beliau sampai diundang di salah satu program televisi swasta.
Untuk sampai pada tahapan pemanfaatan kemajuan teknologi yang baik maka diperlukan kemampuan literasi digital yang baik pula. Guru bisa menyisipkan pembekalan literasi digital di sela-sela kegiatan mengajarnya. Salah satu caranya yaitu dengan meminta siswa mengungah karya terbaik mereka ke media sosial yang dimiliki dan memberi hadiah bagi siswa yang mendapat atensi publik tertinggi. Dengan upaya itu diharapkan kemampuan literasi siswa meningkat sehingga mereka bisa memfilter diri dari gempuran konten hoaks dan tak baik, juga bisa menjadi bagian dari orang-orang yang memanfaatkan keberlimpahan informasi untuk mengembangkan diri dan membagikan hal-hal baik.
Penyunting: Putra