Menurut Kinman et al., 2011 yang dikutip dari halaman https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0738059317305254, guru menderita lebih banyak masalah kesehatan mental dibandingkan profesi lainnya. Kesehatan mental seorang guru adalah sebuah hal yang perlu mendapat perhatian khusus. Peran guru sangat penting, mereka menjalankan peran sebagai ujung tombak dari sebuah perubahan, meski tentunya bukanlah sebuah perkara mudah. Berangkat dari tekad yang besar untuk mengubah iklim sekolah menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi generasi penerus bangsa untuk menuntut ilmu demi bekal masa depan, namun di sisi lain terbentur pada sebuah problematika dimana menghadapi Gen Z yang membutuhkan tingkat kesabaran yang tinggi. Fenomena kehidupan lingkungan sekolah dimana siklus kehidupan yang terjadi di sana melibatkan peran peserta didik dan guru bersinergi untuk mewujudkan visi dan misi sekolah dengan baik. Namun, pada kenyataanya pendidikan karakter yang dibangun susah payah oleh guru terkadang terkikis habis oleh pengaruh eksternal sekolah. Budaya positif yang berusaha dibangun oleh guru, lambat laun semakin tergeser oleh budaya budaya luar yang terbentuk secara spontan karena pengaruh tekhnologi yang semakin berkembang.
Di layar kaca, kerap kali disaksikan peserta didik yang secara terang terangan menantang guru adalah satu dari sekian banyak fenomena miris yang terjadi dalam dunia pendidikan. Guru tidak hanya hadir sekadar berbagi ilmu, tetapi dituntut untuk sempurna dalam segala hal, di sisi lain guru menghadapi generasi dimana gempuran tekhnologi yang semakin memudarkan dan menggerus nilai nilai adab. Belum lagi, tatkala dituntut untuk sempurna dalam hal administrasi sekolah menjadi beban yang dipikul semakin berat dan terkadang menimbulkan goncangan yang begitu hebat dan berakhir dengan bornout. Ujungnya semua akan menjadi berantakan dan berdampak pada rencana rencana pembelajaran tidak dapat berjalan dengan baik.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kesehatan mental seseorang guru tidak selamanya akan stabil. Ada saat tatkala berbenturan dengan situasi yang di luar harapan menjadikan adanya gangguan mental, hingga besar kemungkinan akan berimbas pada perubahan prilaku. Apa saja yang menjadi dasar atau alasan dari tidak sehatnya mental seorang guru? Berikut ulasannya :
A. Tuntutan administrasi sekolah dan tugas tambahan
Administrasi sekolah dan tuntutan tugas tambahan dapat menjadi salah satu pemicu tingkat stress seorang tenaga pendidik. Tuntutan adminstrasi yang menumpuk dan deadline akan semakin memperparah tingkat stress. Belum lagi ketika berhadapan dengan tugas tambahan seperti wali kelas, bendahara sekolah, pembina eskul, maupun jabatan lainnya yang lebih menguras tenaga dan pikiran.
B. Perubahan Kurikulum dan Kebijakan Dunia Pendidikan
Menjalani profesi sebagai guru bukanlah dalam waktu yang singkat. Perubahan demi perubahan yang kian maju, membutuhkan tingkat profesionalisme kerja yang tinggi pula. Kemampuan mengelola manajemen sekolah, penguasaan tekhnologi adalah tuntutan yang tidak bisa dihindari. Namun, tidak dapat dipungkiri dalam dunia pendidikan guru juga memiliki karakter yang berbeda. Tidak semua guru memiliki kemauan untuk mengubah pola pikir ke arah yang lebih maju dan masih berpegang teguh pada sistem pendidikan di masa lalu. Kemajuan tekhnologi juga tidak dapat dihindari oleh guru karena merupakan tuntutan zaman. Sehingga tidak ada pilihan kecuali untuk terus belajar mengembangkan potensi, namun keterbatasan pemikiran menjadi pemicu timbulnya stress ketika terbentur pada persoalan tidak dapat mencapai tujuan atau target yang telah ditentukan.
C. Tuntutan pribadi
Setiap individu tentulah memiliki target yang harus dicapai. Terlalu berambisi dan berekspektasi yang terlalu tinggi pada situasi tertentu, tetapi terhempas pada realita yang sangat jauh dari ekspektasi.
D. Lingkungan sekolah yang tidak mendukung
Dalam lingkungan sekolah guru akan berhadapan dengan pimpinan dan juga rekan sejawat yang memiliki ragam perbedaan karakter. Konflik konflik internal yang terjadi juga dapat menjadi pemicu timbulnya gangguan mental bagi guru.
E. Prilaku Peserta Didik
Pada persoalan adab, terjadi perubahan yang begitu signifikan pada peserta didik. Gempuran tekhnogi yang semakin membabi buta adalah ibarat dua mata pedang yang mengacam masa depan peserta didik sekaligus sebagai sumber belajar yang mengantar peserta didik untuk mencapai masa depan yang jauh lebih sukses. Meski dengan demikian, peran guru tidaklah mampu tersegerkan oleh kemajuan teknologi. Dalam hal mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan semua dapat diperoleh melalui kemajuan tekhnologi, tetapi peran guru dalam hal pembentukan karakter peserta didik, tidaklah dapat digantikan oleh tekhnologi secanggih apapun.
Menjalani profesi sebagai seorang guru adalah panggilan hati dan profesi yang begitu mulia. Terlepas dari semua problematika yang terjadi di dalamnya, profesi guru sangatlah menyenangkan. Silih berganti peserta didik hadir mewarnai perjalanan cerita profesi sebagai seorang guru, mendidik dan mengantar peserta didik pada gerbang kesuksesan adalah sebuah pencapaian yang begitu luar biasa.
Akhir kata, untuk para guru di seluruh nusantara, senantiasa istiqomah dalam menjalankan peran sebagai ujung tombak dari sebuah perubahan. Bergeraklah, dan lakukan perubahan, karena jika tidak, maka akan tergerus oleh roda perubahan itu sendiri. Guru hebat itu, bukan mereka dengan strata sosial tertinggi, tetapi guru hebat guru adalah mereka yang senantiasa sehat jiwa raganya dan mampu melakukan inovasi inovasi meski dalam keterbatasan. Salam inovasi, salam guru hebat.
Penyunting: Putra