Perubahan zaman membawa kita untuk siap bertransformasi khususnya dalam pembelajaran. Menurut filosofi Ki Hajar Dewantara pembelajaran yang baik merupakan pembelajaran berpusat pada peserta didik dan sesuai dengan kodrat zaman. Pembelajaran yang menyenangkan akan tercipta berdasarkan bakat, minat dan gaya belajar pada masing-masing peserta didik. Pada abad 21 ini peserta didik tidak dapat lepas dari pengaruh gadget. Berdasarkan data yang diperoleh, saat ini pengguna internet di Indonesia sekitar 80-100 juta. Pengguna internet berumur 15-40 tahun mencapai 68 persen. Sementara dibawah 15 tahun sebanyak 10 persen dan sisanya pengguna umur 40 tahun ke atas. Berdasarkan data tersebut dapat dianalisis bahwa pengguna terbesar penggunaan gadget di Indonesia yaitu, pada usia sekolah khususnya jenjang sekolah menengah dan perguruan tinggi. Sehingga, peserta didik sangat dekat dengan gadget dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran berbasis digitalisasi merupakan proses pembelajaran yang dilalui melalui network (jaringan komputer), yang biasanya lewat internet atau intranet. Pembelajaran digital merupakan suatu sistem yang dapat memfasilitasi pembelajar agar mampu belajar dengan lebih luas, lebih banyak, dan bervariasi. Materi pembelajaran yang dipelajari lebih bervariasi, tidak hanya dalam bentuk verbal, melainkan lebih bervariasi seperti teks, visual, audio, dan gerak. Potensi pembelajaran digital yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari ada 3 yaitu, sebagai alat komunikasi, alat mengakses informasi, dan alat pendidikan atau pembelajaran. Saat ini guru juga dihadapkan pada tantangan zaman dimana harus mampu menyajikan pembelajaran yang berbasis digital. Guru harus aktif mengakses platform belajar seperti GuruInovatif.id.
Pada pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus juga dapat kita rancang berbasis digital sesuai hasil asesmen peserta didik, contohnya pembelajaran bagi peserta didik hambatan penglihatan. Pada pembelajaran bagi peserta didik hambatan penglihatan tanpa hambatan intelektual guru juga dapat mengakses dan memanfaatkan laptop dan smartphone sebagai sumber belajar. Laptop dapat di-install program JAWS dan smartphone dapat diaktifkan talkback pada pengaturan aksesibilitasnya. Hal itu membuat layar pada laptop dan smartphone dapat terbaca berbasis audio. Peserta didik tunanetra diajarkan mengakses beberapa fitur pada aplikasi Windows, aplikasi media sosial dan aplikasi berbelanja online. Peserta didik hambatan penglihatan juga diajarkan menggunakan Quizizz dalam pembelajaran.
Baca juga:
Pembelajaran yang Seru dan Menyenangkan dengan Game Edukasi Quizizz
Peserta didik hambatan penglihatan dan berkebutuhan khusus lainnya dapat ‘melek IT’ dengan adanya pembelajaran digitalisasi. Bahkan peserta didik hambatan pendengaran juga mampu menjuarai lomba IT berupa desain grafis dan komik strip di Tingkat Nasional dalam FLS2N. Pembelajaran juga dapat berjalan menyenangkan sesuai kodrat zaman peserta didik. Selain itu, dengan kemampuan IT yang baik anak berkebutuhan khusus tidak lagi dipandang sebelah mata oleh masyarakat dan mereka mampu hidup berdampingan. Marilah sebagai pendidik bagi anak berkebutuhan khsusus harus mampu mengajarkan peserta didik sesuai kodrat zaman karena mereka menyimpan banyak potensi.
Referensi:
Anak-Anak Pengguna Internet Terus Bertambah
Praktik Baik Pembelajaran Hambatan Penglihatan
Penulis: Nickita Kiki Praditya, S.Pd (SLB Negeri 1 Bantul, D.I.Yogyakarta) | Penyunting: Putra