IPS sebagai salah satu mata pelajaran yang membahas dinamika permasalahan sosial memerlukan dukungan media yang dapat mengungkap aspek-aspek tersebut. Di tengah arus modernisasi saat ini, manusia seringkali dihadapkan pada dua pilihan yang sulit, di satu sisi pergaulan dengan dunia internasional sangat diperlukan sebab apa jadinya jika hanya mengisolasi diri dari pergaulan internasional. Akan tetapi di sisi lain, implikasi dari pergaulan tersebut dapat menggerus nilai-nilai budaya yang telah ada sehingga menjadi tercerabut dari keasliannya. Prosedur yang digunakan dalam pembuatan produk ini merupakan adaptasi dan modifikasi dari langkah-langkah penelitian dan pembuatan model 4D yang dikembalikan oleh Thiagarajan, yaitu pendefinisian, perancangan, pembuatan, dan penyebarluasan. Berdasarkan hasil penilaian media pembelajaran berbentuk mading 3D berbasis Batik Nusantara secara keseluruhan oleh para ahli dinilai sangat layak untuk diterapkan pada peserta didik kelas 6.
Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menjelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan pengajaran, bimbingan atau latihan, bagi peran di masa yang akan datang. Pendidikan sebagai sistem memiliki dua dimensi, yaitu dimensi metode dan dimensi entitas. Pada dimensi metode, pendidikan merupakan cara yang ditempuh dalam proses pembimbingan peserta didik secara manusiawi agar peserta didik dapat berkembang lebih baik, sehingga terlatih, mandiri dan bertanggung jawab. Sedangkan dimensi entitas memiliki beberapa komponen yang saling berhubungan satu sama lain dan saling bergantung untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Adapun komponen-komponen metode entitas ialah filosofi dan tujuan, kurikulum dan sistem pembelajaran, peserta didik,
Pendidikan Indonesia saat ini masih menghadapi berbagai masalah. Capaian hasil pendidikan masih belum memenuhi hasil yang diharapkan. Pembelajaran di sekolah belum mampu membentuk lulusan pribadi yang mencerminkan karakter dan budaya bangsa. Pendidikan masih menitikberatkan dan memfokuskan pencapaian pembelajaran secara kognitif. Sementara, aspek afektif pada diri peserta didik yang cukup kuat untuk hidup di masyarakat belum dikembangkan secara optimal. Oleh karena itu, pendidikan karakter dan budaya bangsa merupakan keniscayaan untuk dikembangkan di sekolah. Sekolah sebagai pusat perubahan perlu mengupayakan secara sungguh-sungguh pendidikan yang berbasis karakter dan budaya bangsa. Karakter dan budaya bangsa yang dikembangkan di sekolah harus diselaraskan dengan karakter dan budaya lokal, regional, dan nasional. Untuk itu,
Kebudayaan di Indonesia saat ini sedang menghadapi tantangan karena globalisasi. Salah satu contoh budaya lokal yang sedang mendapatkan tantangan globalisasi adalah Batik. Batik adalah seni gambar di atas kain untuk pakaian (Kustiyah, 2017). Batik merupakan kain tradisional yang berasal dari Indonesia. Batik memiliki keunikan yang dapat membedakan antara Indonesia dengan negara lain. Batik Indonesia berbeda bukan hanya dalam proses pembuatannya, termasuk motifnya juga berbeda sebab berhubungan dengan simbol kehidupan yang penuh dengan nilai-nilai filosofis Indonesia (Prasetyo, 2016).
Setiap daerah di Indonesia mempunyai motif dan corak batik yang berbeda-beda dan menjelaskan kondisi sosial, geografis dan kebudayaan masing-masing daerah. Adapun ragam motif dan corak batik di Indonesia antara lain, motif batik “Tolak Angin” yang berasal dari Aceh, menggambarkan banyaknya ventilasi udara di setiap rumah adat Aceh yang memperlihatkan kondisi sosial masyarakat Aceh cenderung mudah menerima perbedaan. Motif batik “Megamendung” dari Cirebon, menggambarkan awan pembawa hujan sebagai lambang kondisi geografis yang pinggiran kota dan pemberi kehidupan. Motif batik “Kembang Sekaki” dalam kain batik Awan Berarak dari Kalimantan Barat, bermakna perkawinan antarkeluarga. Motif batik “Pa'Teddong” dari Toraja, menggambarkan kepala kerbau yang mewujudkan kebesaran di Toraja dalam kondisi sosial.
Merujuk hasil riset Purnaningrum, dkk. (2019) yang mengkaji batik dari teknik pembuatan batik, yaitu jumputan. Teknik jumputan dapat melatih kreativitas seseorang dalam mengubah kain yang sudah tidak terpakai menjadi kain batik yang memiliki nilai estetika. Selain itu, batik juga pernah dikaji dari aspek fungsi oleh Dharsono (2014), dimana fungsi batik klasik Jawa sudah beralih yang awalnya sebagai produk rakyat, kemudian diangkat derajad fungsinya sebagai bagian yang penting dari satu birokrasi tatanan pada busana kerajaan saat itu. Sedangkan Doddy, dkk. (2015) mengkaji batik dari aspek makna. Menurutnya, batik tradisional mengandung makna filosofis sesuai dengan motif yang dihasilkan. Batik kontemporer tidak lagi memiliki makna filosofis dikarenakan penekanannya lebih pada orientasi bisnis.
Pembelajaran berkelanjutan menjadi dimensi penting di era digital abad ke-21. Menghadapi era digital abad ke-21, pemerintah telah menyiapkan keterampilan hidup melalui reformasi pendidikan yang membawa perubahan besar untuk mencapai tujuan pendidikan. Perubahan tersebut tidak hanya mempersiapkan keterampilan peserta didik tetapi juga mempersiapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi serta karakter yang unggul (Sugiyarti, 2018). Menurut Danial, (2010) keterampilan 4C yang wajib dikuasi oleh peserta didik guna menghadapi tantangan pertempuran abad ke-21, yaitu Critical Thinking, Communication, Collaboration , dan Creativity .
Proses transformasi pembelajaran menjadi aspek penting dalam implementasi keterampilan 4C dalam pembelajaran abad ke-21. Transformasi tersebut dapat melalui penguasaan strategi, materi, atau media yang inovatif (Huda, 2016). Pengembangan inovasi pembelajaran dapat berupa model, strategi, atau media. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengembangkan media pembelajaran IPS berbasis Batik Nusantara sebagai strategi penguatan budaya lokal menghadapi abad ke-21.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pengembangan media pembelajaran IPS berbasis Batik Nusantara sebagai strategi penguatan budaya lokal menghadapi abad ke-21 dan mendeskripsikan kelayakan media pembelajaran IPS berbasis Batik Nusantara sebagai strategi penguatan budaya lokal menghadapi abad ke-21.
Kata kunci : Pendidikan Guru, Pelatihan Guru, Sertifikasi Guru.
Penyunting: Putra