Kualitas sumber daya manusia di suatu negara dapat diukur melalui kualitas pendidikannya. Semakin baik kualitas pendidikan yang dimiliki oleh suatu negara, maka semakin baik pula kualitas manusia yang dimiliki.
Tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu, pendidikan juga memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi siswa atau peserta didik menjadi insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam artikel ini kami akan membahas perbandingan pendidikan di negara maju dengan negara berkembang untuk meningkatkan pemahaman mengenai betapa pentingnya bangsa memperhatikan sektor pendidikannya.
12 Komponen Tak Terpisahkan dalam Mewujudkan Pendidikan yang Berkualitas
Sebuah negara yang memiliki sistem pendidikan yang baik dan kuat akan menghasilkan output yang baik pula. Kita perlu memahami, sebuah sistem pendidikan yang baik melibatkan 12 komponen ini:
1. Tujuan dan prioritas
Arah pendidikan yang jelas menentukan kualitas hasil akhir.
2. Siswa
Sebagai pusat pembelajaran, keragaman karakter, dan kebutuhan mereka yang perlu diperhatikan.
3. Manajemen
Tata kelola pendidikan yang efisien dan adaptif.
4. Struktur dan jadwal
Fleksibilitas waktu dan desain pembelajaran yang mendorong efektivitas belajar.
5. Isi atau materi
Kurikulum yang relevan dengan kebutuhan zaman.
6. Pendidik atau guru
Sosok kunci yang harus terus meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan.
7. Alat dan sumber belajar
Termasuk buku, media digital, dan sumber pengetahuan lainnya.
8. Fasilitas
Ruang belajar yang aman, nyaman, dan mendukung pembelajaran aktif.
9. Teknologi
Alat bantu untuk mendukung pembelajaran modern, bukan sekadar pelengkap.
10. Pengendalian mutu
Evaluasi berkelanjutan terhadap proses dan hasil pembelajaran.
11. Penelitian
Basis inovasi dan perbaikan dalam pendidikan.
12. Biaya pendidikan
Pembiayaan yang adil dan berkelanjutan bagi semua pihak.
Manajemen sekolah yang baik tentu akan memberikan dampak pada struktur dan jadwal belajar, kualitas guru, hingga pemanfaatan teknologi. Dengan memahami hubungan antar komponen ini, kita bisa merancang pendidikan dengan optimal, merata, dan inklusif di seluruh lapisan masyarakat.
Baca juga:
Meningkatkan Efektivitas Belajar dengan Pembelajaran Adaptif dan Teknologi AI
Di era yang telah ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi serta perubahan sosial, sistem pendidikan menghadapi tantangan besar untuk tetap relevan. Pendidikan tak hanya lagi berfungsi sebagai wahana transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga harus bisa membekali generasi muda dengan keterampilan abad ke-21.
Sistem pendidikan di berbagai negara yang masih menggunakan model pembelajaran konvensional dianggap kurang responsif terhadap perubahan sosial dan teknologi. Salah satu tantangan nyata dalam sistem pendidikan adalah kesenjangan antara kurikulum yang diajarkan di sekolah dengan keterampilan yang dibutuhkan di dunia nyata.
Masih banyak lembaga pendidikan yang mempraktikkan pendekatan berbasis hafalan dan evaluasi yang tidak cukup mendukung siswa untuk menghadapi tantangan dunia kerja yang semakin berbasis teknologi dan inovasi. Hal ini berdampak pada lulusan yang seringkali mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan tuntuan industri dan masyarakat yang terus berkembang.
Perbedaan Sistem Pendidikan di Negara Maju dan Berkembang
Finlandia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki sistem pendidikan yang kuat namun fleksibel. Pemerintah menetapkan kurikulum serta target pembelajaran, tetapi memberikan kepada sekolah dan guru dalam menentukan metode dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Bahkan satu kelas diisi oleh 20 hingga 25 siswa saja. Hal ini tentu memudahkan guru untuk memperhatikan siswa.
Selain itu tidak ada diskriminasi terhadap siswa, baik dari siswa yang berlatar belakang perekonomian yang tinggi maupun rendah. Sehingga bisa dikatakan fokus sistem pendidikan di Finlandia bukan hanya pada hasil akademik, melainkan pada kesejahteraan dan perkembangan holistik siswa.
Hal ini tentu berbanding terbalik dengan kondisi pendidikan di negara berkembang. Jumlah siswa dalam satu kelas bisa lebih dari 35 siswa. Dengan jam belajar yang sangat lama, membuat siswa berpotensi mengalami kebosanan dan kelelahan.
Mewujudkan pendidikan yang berkualitas tak lepas dari berbagai komponen yang saling berkaitan (Gambar: Canva/DAPA Images)Di Indonesia sendiri, tantangan pendidikan tidak hanya berasal dari sistem kurikulum, tetapi juga dari kondisi di lapangan. Misalnya, banyak sekolah di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar) yang masih kekurangan fasilitas dasar seperti internet dan perangkat digital. Selain itu, guru seringkali dihadapkan pada beban administratif yang tinggi, sehingga waktu untuk merancang pembelajaran inovatif menjadi terbatas.
Kesenjangan antara pendidikan di negara maju dengan berkembang diperlebar dengan keterbatasan infrastruktur, kesiapan guru, dan regulasi yang belum mendukung adopsi teknologi secara optimal.
Meningkatkan Mutu Pendidikan dengan Teknologi Digital
Perkembangan teknologi yang sangat pesat telah membawa perubahan signifikan terhadap cara manusia belajar dan memeroleh informasi. Kehadiran teknologi seperti internet, big data, hingga kecerdasan imitasi (AI) telah membuka peluang baru dalam pembelajaran.
Salah satu peluang mengintegrasikan teknologi ke dalam pendidikan adalah melalui penilaian berbasis teknologi. Berdasarkan sejarahnya, sistem penilaian sebenarnya telah dimulai bahkan pada masa sebelum adanya internet. Hal ini membuka peluang tentang bagaimana sebuah penilaian atau asesmen dalam pendidikan dapat menggabungkan model pembelajar dan guru, dapat memantau dan memodelkan keadaan emosional, serta metakognitif dan kognitif peserta didik.
Baca juga:
Membentuk Generasi Unggul: Sinergi Peran Guru dan Orang Tua dalam Pendidikan Anak
Kehadiran AI memiliki potensi besar untuk mendukung penilaian atau pembelajaran secara kolaboratif dan kooperatif, menerapkan model penilaian adaptif, dan memiliki umpan balik yang cepat dan akurat.
Dalam sebuah riset yang dilakukan oleh Luckin (2020), kecerdasan imitasi (AI) dalam pendidikan terbukti mampu meningkatkan retensi materi hingga 50% dengan menyesuaikan pembelajaran berdasarkan tingkat pemahaman siswa.
Gyongvyer Molnar, seorang profesor dari University of Szeged Hungaria mengungkapkan bahwa “Data yang berkualitas adalah satu-satunya sumber yang valid untuk perbaikan dan kemajuan.”
Oleh karena itu, sudah saatnya baik guru dan satuan pendidikan mulai memperhatikan kualitas asesmen yang akan diberikan kepada peserta didik untuk meningkatkan layanan pendidikan.
Kabar baiknya, konsep transformasi asesmen digital berbasis AI akan Anda dibahas dalam workshop nasional yang akan diselenggarakan oleh GuruInovatif.id berikut ini. Workshop ini akan membahas secara praktis bagaimana guru dapat memanfaatkan teknologi AI dalam asesmen pembelajaran. Pastikan Anda mengikutinya untuk membawa praktik mengajar Anda selangkah lebih maju.

Daftar workshopnya disini!
Referensi:
Differences of Education Systems in Developed and Developing Countries Curriculum, Educators and Financing in Indonesia and Finland
Menengok Sistem Pendidikan Berbasis Teknologi di Hungaria
Reformasi Pendidikan Global: Membangun Sistem Pendidikan yang Responsif terhadap Perubahan Sosial dan Teknologi
Penulis: Eka | Penyunting: Putra