Peran Serta Peserta Didik Tunagrahita Dalam Menyemarakkan Merdeka Belajar Dengan âDolanan Dhelikanâ
Siapa sih yang tidak suka bermain. Semua orang suka bermain mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Cuma saja jenis permainannya yang berbeda. Dengan bermain peserta didik merasa senang. Belajar sambil bermain membuat peserta didik merasa tidak terbebani, bahwa sebenarnya mereka itu belajar. Apabila ditanya orang tuanya tadi di sekolah belajar apa? Mereka menjawab: âTadi aku cuma bermainâ, padahal mereka itu belajar. Untuk itu dalam rangka menyemarakkan Merdeka Belajar peserta didik tunagrahita diajak bermain. Permainan yang dilakukan adalah âDhelikanâ sesuai dengan Capaian Pembelajaran.
Salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum Merdeka adalah Muatan Lokal. Muatan Lokal wajib diajarkan di Pendidikan Khusus mulai dari jenjang SDLB-SMALB. Hal tersebut sesuai dengan Pergub. No. 64 tahun 2013. Adapun tujuan diajarkan Muatan Lokal adalah agar nilai-nilai budaya dan bahasa Jawa tidak luntur. Alokasi waktu untuk muatan Lokal adalah 72 JPL per tahun. Di dalam Capaian Pembelajaran Muatan Lokal Pendidikan Khusus Bahasa Jawa untuk Fase C bagi peserta didik tunagrahita pada elemen Membaca dan Memirsa disebutkan bahwa pada akhir fase C, peserta didik mampu membaca teks geguritan sederhana. Menambah kosa kata baru dari teks yang dibaca atau tayangan dengan topik dolanan Jawa âDhelikan â (disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan kondisi sekolah).
Langkah awal dalam pembelajaran ini adalah peserta didik diminta mencari permainan âDhelikan â di Youtube. Peserta didik diminta untuk menyaksikan permainan âDhelikan â di Youtube. Langkah selanjutnya tanya jawab tentang permainan tersebut. Langkah terakhir, sesi yang paling seru dalam pembelajaran ini adalah peserta didik bermain âDhelikan â. Dengan permainan âDhelikan â peserta didik sudah melakukan ke 6 dimensi yang ada dalam Profil Pelajar Pancasila.
Sebelum bermain peserta didik berdoa terlebih dahulu sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Peserta didik yang melakukan permainan sebanyak 5 peserta didik, dengan rincian 2 peserta didik beragama Islam dan 3 peserta didik beragama Kristen/Katholik. Dengan berdoa peserta didik sudah melaksanakan Profil Pelajar Pancasila yang pertama yaitu beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
Peserta dalam permainan ini adalah peserta didik tunagrahita kelas VB dan peserta didik kelas VIB di SLB NEGERI I YOGYAKARTA. Di rombel ini ada seorang peserta didik perempuan dan 4 orang peserta didik laki-laki. Dengan 2 peserta didik beragama Islam dan 3 peserta didik beragama Kristen/Katholik. Kelima peserta didik ini berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda. Dari keberagaman ini peserta didik tetap satu jua dalam belajar permainan âDhelikan â. Keberagaman agama, jenis kelamin, latar belakang yang berbeda, tetapi tetap satu jua berarti melaksanakan dimensi kedua dari Profil Pelajar Pancasila yaitu berkebhinekaan global. Di tengah-tengah perkembangan teknologi, peserta didik tidak hanya belajar dengan membuka Youtube, tetapi peserta didik juga melakukan permainan tradisional. Belajar menggunakan teknologi, tanpa meninggalkan tradisi melaksanakan dimensi kedua dari Profil pelajar Pancasila yaitu berkebhinekaan global.
Hom pim pah adalah langkah untuk menentukan siapa yang jaga dan siapa yang bersembunyi. Dengan hom pim pah peserta didik sudah melaksanakan dimensi ketiga dari Profil Pelajar Pancasila yaitu gotong royong (bekerja sama). Tanpa adanya kerja sama hom pim pah tidak akan berjalan dengan baik. Peserta didik membuat lingkaran dan menggerakan tangan (punggung tangan atau telapak tangan) secara serentak di dalam lingkaran. Peserta didik yang menggerakkan tangan yang berbeda, itulah yang jaga.
Seorang peserta yang jaga berdiri menghadap tembok. Peserta didik yang lain bersembunyi. Baik peserta didik yang jaga maupun peserta didik yang bersembunyi harus dapat mandiri menjalankan peran masing-masing. Mandiri merupakan dimensi keempat dari Profil Pelajar Pancasila.
Bagaimana mencari tempat persembunyian yang aman, agar tidak diketahui oleh peserta didik yang jaga memerlukan penalaran yang kritis dan kreatif (misal: bersembunyi dengan memakai jaket temannya). Bagaimana juga menemukan peserta didik yang bersembunyi juga memerlukan penalaran yang kritis. Bagaimana cara mencari teman yang belum diketahui tempatnya dan menjaga posnya memerlukan penalaran yang kritis. Bernalar kritis merupakan dimensi kelima dari Profil Pelajar Pancasila. Sedangkan kreatif merupakan dimensi keenam dari Profil Pelajar Pancasila.
Dengan bermain âDhelikanâ peserta didik tunagrahita sudah berpartisipasi dalam menyemarakkan Merdeka Belajar dan sudah melaksanakan keenam dimensi Profil Pelajar Pancasila. Melalui permainan âDhelikanâ peserta didik diharapkan dapat menjadi Pelajar Indonesia yang merupakan pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standart, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (2022), âPanduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasilaâ, Kemendikbudristek
Hifna Supriyati,S.Pd.,dkk (2022), â Capaian Pembelajaran Muatan Lokal Pendidikan Khusus Bahasa Jawaâ, Dinas Pendidkan, Pemuda dan Olahraga Daerah istimewa yogyakarta
Keputusan Badan Standart, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nomer 033/H/K/2022
Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia Nomer 56/M/2022
Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomer 64 Tahun 2013
Penyunting: Putra