MENINGKATKAN MENTALITAS DAN PROFESIONALITAS GURU; REFLEKSI DAN RESOLUSI DALAM PERINGATAN HARI GURU NASIONAL 2023
OLEH: HARTUTI,S.Pd,M.Pd
Berbagai wacana tentang pendidikan telah banyak kita ikuti, baik secara tulis maupun lisan , baik melalui shortcourse, workshop, seminar ataupun diklat yang mengupas tentang eksistensi pendidikan dengan segala aspek dan peran yang dimilikinya. Pendidikan adalah usaha secara sadar yang bertujuan untuk mewujudkan pewarisan budaya dari generasi ke generasi dengan memasukkan nilai-nilai budaya yang ada pada masyarakat sekitar yang diimplementasikan dalam sebuah kegiatan pembelajaran baik secara formal maupun informal. Kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan akan berusaha menggali, mengasah, dan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik agar mereka bisa menjadi individu yang tangguh, survive, adaptif dengan lingkungan disekitarnya tentu dengan segala kemampuan yang dimiliki agar lebih bermanfaat dan bermartabat bagi masyarakat.
Guru akan menjadi elemen kunci di sektor pendidikan. Mereka tidak hanya berperan sebagai penyampai informasi tetapi juga sebagi fasilitator pembelajaran, menginspirasi kreatifitas dan membimbing peserta didik mealalui sebuah proses kegiatan pembelajaran. Tugas guru menjadi lebih kompleks dengan peran yang harus dimainkan tidak terbatas pada peran pengajar saja, akan tetapi juga peran sebagai pendidik yang lebih mengarah pada pembentukan karakter, akhlak dan jiwa mulia peserta didik. Pemahaman bahwa pendidikan karakter sebagai penyeimbang kemampuan kognitif adalah sangat penting bagi kita sebagai pendidik. Ada sebuah kata bijak mengatakan âilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuhâ. Hal ini akan bermakna sama bahwa pendidikan kognitif tanpa pendidikan karakter adalah buta. Hasilnya adalah, karena buta maka tidak bisa berjalan, bisa berjalanpun tapi tidak akan maksimal. Sebaliknya, pengetahuan karakter tanpa pengetahuan kognitif akan lumpuh, akibatnya dalam bertindak dan mengerjakan sesuatu akan mudah dipengaruhi dan diarahkan orang lain, dimanfaatkan dan dikendalikan orang lain. Untuk itu, penting artinya untuk tidak mengabaikan pendidikan karakter.
Mengingat peran penting guru sebagai figur pengajar sekaligus pendidik maka penguatan apa saja yang sebenarnya perlu diperhatikan baik oleh pihak guru itu sendiri, pemerintah dan juga masyarakat untuk mencapai pendidikan yang berkualitas. Pendidikan berkualitas membutuhkan pemahaman dan penguatan mentalitas dan profesionalitas guru atau tenaga pendidik. Kedua hal tersebut sangat krusial dan berpengaruh dalam membentuk masyarakat cerdas, inovatif,,kreatif,adaptif dengan segala bentuk perubahan zaman yang dihadapi, serta bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, orang lain dan masyarakat. Pemahaman, pembentukan dan penguatan mentalitas adalah hal pertama yang perlu kita camkan bersama. Tidak hanya peserta didik akan tetapi guru yang memiliki peran utama atau the main role akan menjadi pihak yang sangat berpengaruh secara signifikan dalam proses tersebut. Mentalitas yang baik akan merujuk pada kesehatan mental yang harus dimiliki oleh seorang guru sebelum menjalankan fungsi-fungsinya sebagai seorang pengajar dan pendidik. Kesehatan mental adalah keadaan di mana seseorang menunjukkan kesejahteraan dengan kesadaran terhadap potensi dirinya, kemampuan untuk mengelola tekanan hidup dan emosi yang bisa saja terjadi dalam berbagai situasi, mampu bekerja produktif, serta memberikan kontribusi positif kepada komunitas dan masyarakat di sekelilingnya. Ketika seorang guru memiliki kesehatan mental yang baik, diharapkan mereka akan mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki untuk mensejahterakan dan membahagiakan orang lain dan juga dirinya sendiri. Kesehatan mental bagi guru memiliki peranan yang sangat penting dalam konteks pendidikan. Kesehatan mental akan berpengaruh terhadap:
1.Kinerja Pengajaran: Kesehatan mental yang baik dapat meningkatkan kinerja pengajaran guru. Guru yang merasa baik secara mental cenderung lebih fokus, kreatif, dan efektif dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa.
2.Pengelolaan stres dan Tekanan Profesi guru seringkali melibatkan tingkat stres dan tekanan yang tinggi. Kesehatan mental yang baik membantu guru untuk mengelola stres tersebut dengan lebih efektif, sehingga mereka dapat tetap produktif dan berdaya.
3.Hubungan Interpersonal yang Positif Kesehatan mental yang baik juga berkontribusi pada hubungan interpersonal yang positif antara guru dan siswa, serta antara guru dengan rekan kerja dan orang tua siswa. Guru yang bahagia cenderung menciptakan lingkungan belajar yang lebih positif.
4.Pembelajaran yang Lebih Baik Kesehatan mental guru berdampak pada kemampuan mereka untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang efektif. Guru yang memiliki kesehatan mental yang baik dapat lebih baik merespon kebutuhan individual siswa dan menghadapi tantangan pembelajaran dengan lebih baik.
5.Peran sebagai Panutan Guru sering kali dianggap sebagai panutan oleh siswa. Kesehatan mental yang baik memberikan contoh positif bagi siswa tentang pentingnya menjaga kesejahteraan mental dan bagaimana mengatasi tantangan hidup.
6.Pencegahan Burnout Kesehatan mental yang terjaga dapat membantu mencegah burnout, yang dapat terjadi akibat beban kerja yang berlebihan dan stres berkelanjutan. Guru yang mengelola kesehatan mental mereka dengan baik memiliki kemungkinan lebih rendah mengalami burnout.
Dengan memahami pentingnya kesehatan mental, pendidikan dapat memberikan dukungan dan sumber daya yang dibutuhkan agar guru dapat menjalani tugas mereka dengan lebih baik dan memberikan dampak positif bagi pembelajaran siswa.
Setelah mendapatkan pemahaman tentang mentalitas dan pengaruh yang bisa diberikan apabila guru memiliki mentalitas yang baik, maka selanjutnya adalah strategi atau cara yang bisa kita gunakan untuk mengembangkan dan meningkatkan mentalitas guru yang baik. Ada beberapa cara yang bisa diterapkan untuk membangun mentalitas guru yang baik. Seperti yang diutarakan oleh Yunika Perdana dalam artikelnya melalui Guru Inovatif, beliau memberikan 3 strategi sederhana dalam menjaga kesehatn mental guru, mereka diantaranya adalah, Menetapkan batasan yang sehat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Menetapkan waktu untuk diri sendiri di luar kelas akan mengurangi tekanan dan beban kerja, menciptakan ruang tesendiri untuk merefleksi secara positif sehingga akan tercapai keseimbangan antara tuntutan pekerjaan dan kebutuhan pribadi. Yang kedua adalah, Mendukung jaringan sosial dan profesional. Sharing atau berbagi pengalaman dengan rekan sejawat, teman komunitas dan beberapa mentor akan memberikan dukungan emosional dan cara mengajar praktis. Dan yang terakhir adalah melibatkan diri dalam pengembangan profesional. Dengan mengikuti pelatihan, seminar dan diklat-diklat akademis akan bisa meningkatkan rasa kepercayaan diri dan akhirnya akan merasa lebih baik secara keseluruhan.
Faktor kedua yang sangat penting bagi guru selain mentalitas adalah faktor profesionalitas. Guru yang memiliki tingkat profesionalisme yang tinggi menjadi faktor penentu utama dalam penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas. Untuk mencapai status guru profesional, mereka perlu mengenal diri sendiri dan mengembangkan potensi mereka sesuai dengan standar dan etika yang berlaku dalam profesi guru. Memberikan komentar mengenai rendahnya mutu pendidikan saat ini menunjukkan perlunya kehadiran guru-guru yang memiliki tingkat profesionalisme yang tinggi. Oleh karena itu, diharapkan bahwa peran guru tidak hanya terbatas pada pelaksanaan tugas rutin, tetapi juga melibatkan dedikasi dan minat yang kuat untuk menjalankan tugas sesuai dengan norma-norma profesionalisme yang telah ditetapkan. Guru yang profesional adalah guru yang mampu melaksanakan tugas dan jabatannya secara mumpuni, baik secara konseptual maupun aplikatif. Guru yang profesional memiliki tingkat berpikir abstrak yang tinggi, yaitu mampu merumuskan konsep, menangkap, mengidentifikasi, dan memecahkan berbagai macam persoalan yang dihadapi dalam tugas, dan juga memiliki komitmen yang tinggi dalam melaksanakan tugas. Komitmen adalah kemauan kuat untuk melaksanakan tugas yang didasari dengan rasa penuh tanggung jawab.
Tentunya untuk mencapai profesionalitas guru perlu adanya usaha-usaha pengembangan yang bisa dilakukan oleh guru itu sendiri. Bentuk usaha pengembangan diri bisa didapatkan melalui Pengembangan intensif (intensive development), Pengembangan kooperatif (cooperative development), dan Pengembangan mandiri (self directed development) (Glatthorm, 1991). Pengembangan intensif (intensive development) adalah bentuk pengembangan yang dilakukan pimpinan terhadap guru yang dilakukan secara intensif berdasarkan kebutuhan guru. Model ini biasanya dilakukan melalui langkah-langkah yang sistematis, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi dan pertemuan balikan atau refleksi. Teknik pengembangan yang digunakan antara lain melalui pelatihan, penataran, kursus, loka karya, dan sejenisnya. Pengembangan kooperatif (cooperative development) adalah suatu bentuk pengembangan guru yang dilakukan melalui kerja sama dengan teman sejawat dalam suatu tim yang bekerja sama secara sistematis. Dan yang terakhir adalah, Pengembangan mandiri (self directed development) adalah bentuk pengembangan yang dilakukan melalui pengembangan diri sendiri. Bentuk ini memberikan otonomi secara luas kepada guru. Guru berusaha untuk merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan, dan menganalisis balikan untuk pengembangan diri sendiri. Teknik yang digunakan bisa melalui evaluasi diri (self evaluation) atau penelitian tindakan (action research).
Faktor mentalitas dan profesionalitas yang terintegrasi dalam sebuah kerangka kompetensi guru akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian kualitas pendidikan yang baik. Guru dengan tingkat emosional yang baik dan terkelola akan lebih matang dan siap ketika terjun langsung dalam sebuah kegiatan pembelajaran. Kesiapan emosional apabila ditunjang dengan kesiapan akademik yang baik, akan menambah rasa percaya diri yang akan berimplasi positif ketika guru menunaikan kewajiban dan tuga-tugas yang harus diembannya secara professional. Persiapan mentalitas dan profesionalitas yang baik akan berbanding lurus dengan kualitas pendidikan dan output yang dihasilkan. Proses pendidikan yang berkualitas tentu juga akan menghasilkan output yang berkualitas juga.
Dari perjalanan proses pendidikan yang telah dilaksanakan akan semakin bijaksana apabila kita melakukan refleksi atau perenungan sehingga dari proses ini akan kita peroleh sebuah peta. Peta yang mampu memberikan informasi tentang kekukrangan dan kelebihan yang kita miliki. Semua catatan tersebut akan menjadi warning, notifikasi serta acuan untuk mengoreksi, memperbaiki, mengubah serta memperkuat system pendidikan yang sudah kita laksanakan. Refleksi terhadap proses pendidikan bisa berkenaan dengan metode pengajaran. Menilai efektivitas metode pembelajaran yang digunakan selama proses pendidikan. Apakah metode tersebut sesuai dengan gaya belajar pribadi, dan apakah memberikan pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran. Kita juga perlu merefleksi tentang pengembangan keterampilan. Meninjau keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh selama proses pendidikan. Sejauh mana proses ini telah memberikan bekal untuk menghadapi tantangan di dunia nyata. Dan yang tidak penting kita juga perlu merefleksi tentang aspek sosial yang sudah kita laksanakan. Aspek yang melibatkan orang lain dalam pelaksanaan tugas dan profesi seorang guru. Aspek sosial yang meliputi hubungan dengan guru dan teman Sebaya. Mengevaluasi hubungan dengan guru dan teman sebaya. Interaksi dengan guru dan rekan-rekan sekelas dapat memberikan dampak besar terhadap pengalaman belajar. Dengan berbagai perenungan tersebut akhirnya kita bisa merangkum resolusi atau harapan, target dan kenginan yang ingin kita capai dalam kegiatan dan proses pembelajaran dimasa yang akan datang. Resolusi dapat merujuk pada komitmen atau tujuan yang diambil oleh individu, lembaga pendidikan, atau bahkan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan melihat kekurangan yang ada pada proses pendidikan sebelumnya makan kita berharap bahwa kita perlu meningkatkan akses pendidikan sehingga kue pendidikan tidak hanya berpusat di kota-kota besar akan tetapi kemajuan pendidikan bisa dinikmati hingga di pelosok tanah air. Harapan untuk selalu mengembangkan metode pembelajaran inovatif sehingga akan terintegrasi dengan kemajuan teknologi, dan harapan untuk selalu dapat mengikuti pendidikan dan latihan yang nantinya akan bisa memberikan ruang bagi guru untuk selalu update ilmu dan pengembangan professional yang berkelanjutan.
Dari paparan diatas, dapat kita peroleh simpulan bahwa untuk mencapai pendidikan yang berkualitas akan sangat diperlukan mentalitas dan profesionalitas tenaga pendidik. Dua faktor tersebut akan saling menunjang, mengisi dan saling berpengaruh terhadap kemajuan dan peningkatan kompetensi peserta didik. Perlu semangat dan dedikasi tinggi untuk mewujudkan keinginan, harapan dan tujuan pendidkan nasional yang sudah dicanangkan. Tetap semangat untuk para guru untuk terus melaju kedepan, bergerak serentak wujudkan merdeka belajar. Salam pejuang pendidikan!
Penyunting: Putra