Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk dan mengasah pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi siswa, serta hasil belajar sebagai komponen dari kesatuan proses pendidikan. Untuk memastikan bahwa hasil pembelajaran bermakna, terukur, dan selaras dengan tujuan pendidikan yang diinginkan, para pendidik sering kali menggunakan berbagai kerangka kerja dan model.
Salah satu kerangka kerja yang menjadi terkenal di dunia pendidikan tinggi adalah taksonomi SOLO.
Apa itu Taksonomi SOLO?
Taksonomi Structure of Observed Learning Outcomes (SOLO) merupakan kerangka yang digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik melalui beberapa tingkatan hierarkis. Dengan kata lain, kerangka ini dapat menggambarkan perkembangan hasil pembelajaran mulai yang paling dangkal hingga ke tingkat yang kompleks. Model kerangka ini tidak seperti model tradisional yang berfokus pada kuantitas dan hafalan, namun lebih menekankan pada kualitas dan kedalaman pemahaman.
Model kerangka ini sangat efektif dalam menumbuhkan pemikiran kritis, karena menantang peserta didik untuk lebih dari sekadar mengingat atau menghafal pengetahuan saja, tetapi lebih ke bagaimana cara pengaplikasian, analisis, dan menyintesis informasi. Dalam konteks berpikir kritis, taksonomi SOLO menyediakan pendekatan terstruktur untuk mengembangkan keterampilan seperti penalaran, mengevaluasi bukti, dan menyusun argumen berdasarkan bukti dengan baik.
Baca juga:
5 Aspek PBL dan Perannya dalam Meningkatkan Kemampuan Literasi dan Numerasi Siswa
Taksonomi ini disusun oleh Kevin Collis dan John Biggs pada tahun 1982 sebagai pilihan alternatif dari taksonomi Bloom. Penerapan taksonomi ini selaras dengan tujuan pendidikan modern, yang memprioritaskan kemampuan berpikir kritis di dunia yang semakin kompleks dan kaya akan informasi.
5 Tahapan dalam Taksonomi SOLO
Taksonomi ini memiliki lima tahapan, antara lain:
1. Pre-structural
Pada tahapan paling dasar ini, peserta didik memiliki pengetahuan yang sangat terbatas, sehingga siswa sering menunjukkan kebingungan atau kurangnya pemahaman tentang topik tersebut. Dalam konteks kemampuan berpikir kritis, siswa mungkin masih kesulitan untuk mengidentifikasi informasi yang relevan atau memahami konsep-konsep dasar.
2. Uni-structural
Pada tahapan ini, peserta didik mulai dapat memahami satu aspek atau elemen dari konsep atau materi yang dipelajari. Mereka mampu menjelaskan definisi yang sederhana atau menyebutkan satu contoh, tetapi belum bisa menghubungkan informasi yang berbeda atau melihat gambaran informasi yang lebih besar.
3. Multi-structural
Dalam tahapan selanjutnya, peserta didik mulai memahami beberapa aspek atau elemen dari konsep yang lebih kompleks. Siswa dapat menyebutkan dan menjelaskan beberapa bagian atau aspek, tetapi belum dapat menghubungkan elemen-elemen tersebut untuk mendapatkan pemahaman yang lebih holistik.
Ilustrasi suasana kelas yang menerapkan pembelajaran berdasarkan taksonomi SOLO (Gambar: Canva/Odua Images)4. Relational
Dalam tahapan ini, peserta didik mulai mampu menghubungkan dan menganalisis ide-ide yang berbeda untuk membentuk pemahaman yang lebih menyeluruh serta menyusun argumen yang logis.
5. Extended abstract
Tahapan terakhir dalam taksonomi ini, peserta didik mampu berpikir secara kritis dan kreatif. Siswa tak hanya mampu menghubungkan berbagai ide, tetapi juga dapat menciptakan solusi yang inovatif, atau merancang aktivitas yang kompleks.
Kelebihan Menerapkan Taksonomi SOLO
Taksonomi SOLO memiliki 6 kelebihan sebagai berikut:
1. Menekankan pemahaman yang mendalam
Tidak seperti model-model belajar yang berfokus pada ingatan akan pengetahuan, taksonomi SOLO berfokus pada tingkat kedalaman dan kompleksitas pemahaman. Fokus ini selaras dengan persyaratan berpikir tingkat tinggi, yang tidak hanya menuntut pengetahuan, tetapi juga kemampuan untuk menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi.
2. Perkembangan kemampuan berpikir yang jelas
Taksonomi SOLO menyajikan perkembangan yang jelas dan linier dari pemahaman dasar ke tingkat pemikiran yang lebih tinggi. Perkembangan ini sangat penting untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi secara sistematis. Siswa secara betahap akan membangun kapasitas dalam analisis, evaluasi, dan pemecahan masalah yang kompleks.
3. Memfasilitasi kemampuan dalam merancang dan evaluasi
Kerangka ini mengharuskan siswa untuk mengintegrasikan berbagai informasi, melihat hubungan, dan berpikir abstrak, sehingga mendorong tingkat analisis yang lebih dalam dan pemikiran kreatif.
Baca juga:
Memahami Karakter Peserta Didik sebagai Langkah Mewujudkan Pendidikan yang Berkualitas
4. Dapat diterapkan di berbagai disiplin ilmu
Taksonomi SOLO dapat diterapkan ke berbagai disiplin ilmu atau mata pelajaran, baik dalam bidang sains, sosial, maupun seni. Karena siswa didorong untuk melampaui pemahaman dasar dan terlibat dalam proses berpikir yang lebih canggih.
5. Mendukung kebutuhan belajar siswa yang beragam
Adanya tahapan perkembangan daya pikir siswa yang jelas dan terstruktur, memungkinkan memberikan instruksi dan penilaian yang dapat memenuhi kebutuhan kognitif siswa. Hal ini dapat memastikan bahwa siswa—terlepas dari titik awal kemampuan berpikir mereka—akan selalu didukung untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Taksonomi SOLO menjadi model kerangka yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir pada mata pelajaran apapun. Karena ini memiliki struktur tahapan berpikir mulai dari yang dasar hingga dapat berpikir tingkat tinggi. Kemampuan siswa dalam melakukan penalaran, mengumpulkan dan mengevaluasi bukti, hingga menyusun bukti dengan argumen yang kuat pun meningkat.
GuruInovatif.id akan terus berkomitmen dalam membantu meningkatkan mutu pendidikan yang lebih berkualitas dan efektif. Entry Level Assessment (ELA) hadir sebagai alat bantu terbaik bagi orangtua, guru, sekolah dan dinas pendidikan dalam memberikan kasih sayang terbaik kepada peserta didik dalam bentuk layanan pendidikan yang menumbuhkan dan mengoptimalkan potensi siswa sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.

Konsultasikan profil data siswa Anda disini
Referensi:
Designing Effective Learning Outcomes with SOLO Taxonomy in Higher Education
SOLO Taxonomy
Taksonomi SOLO: Struktur dan Implementasinya dalam Pendidikan
What is SOLO Taxonomy Important and Levels
Penulis: Eka | Penyunting: Putra