Lima tahun berada di dunia pendidikan bukanlah hal yang mudah. Terlebih bagi saya yang berlatar belakang bukan dari dunia pendidikan, semua dari nol. Saya yang merupakan lulusan Sarjana Pertanian salah satu Universitas Negeri di Malang merasa terpanggil untuk ikut membesarkan dan memajukan salah satu Instansi pendidikan di daerah saya. Pertama kali saya memutuskan untuk masuk dunia pendidikan, saya mulai mempersiapkan diri dengan berbagai bekal, mengikuti seminar, pelatihan pendidikan, bertanya kepada yang sudah berpengalaman, serta sering mencari informasi melalui internet. Menjadi tenaga pendidik di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan, dengan background pondok pesantren tahfidzul Qur’an adalah tantangan tersendiri bagi saya. Karena di sini saya benar-benar dituntut menjadi pribadi yang kreatif, inovatif, peka terhadap lingkungan sekolah, serta siap dengan berbagai macam karakteristik siswa dan seluruh warga sekolah. Sistem sekolah yang menerapkan kelas putra dan putri dengan waktu yang berbeda, yaitu pagi putra dan putri di siang hari membuat saya harus siap dengan berbagai cara inovatif dan kreatif dalam menyampaikan materi. Saya juga harus bisa menguasai kondisi mood siswa dalam pembelajaran. Memiliki jam mengajar yang cukup padat, menuntut saya untuk selalu menyusun perencanaan yang matang serta metode pembelajaran yang bervariatif. Hal ini dikarenakan mood siswa yang tidak bisa ditebak karena bersinggungan dengan rutinitas di pondok pesantren, sehingga kita harus bisa menciptakan situasi yang berbeda agar siswa tidak bosan dan materi pun dapat diterima dan difahami oleh siswa dengan cepat dan baik.
Karakteristik serta kebiasaan siswa yang sangat berbeda dengan siswa sekolah pada umumnya menjadikan mereka pribadi yang harus terus diperhatikan dan diarahkan. Keterbatasan penggunaan alat elektronik juga menjadi tantangan bagi saya untuk bisa menyuguhkan metode pembelajaran yang tetap mengikuti perkembangan teknologi. Selain mampu menguasai mood siswa, saya juga harus bisa menciptakan mood yang baik untuk diri saya. Karena bagi saya, mood yang bagus merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam menyampaikan materi, sehingga siswa dengan mudah menerimanya. Mood yang baik sangat membantu bagi saya ketika tiba-tiba di dalam kelas terjadi sesuatu di luar rencana, dengan cepat saya harus mengubah metode pembelajaran sehingga tidak membosankan dan suasana belajar menjadi kondusif kembali. Selain menjadi seorang pendidik, disini saya juga harus berperan sebagai orang tua pengganti serta teman bagi para siswa. Karena bagi mereka, mengenyam pendidikan dengan hidup jauh dari orang tua bukanlah hal yang mudah. Selalu mendengarkan keluh kesah mereka, memberikan motivasi serta terus menyemangati adalah hal yang sangat menyenangkan bagi saya.
Sebagai seorang pendidik di sekolah kejuruan berbasis pesantren, memiliki kompetensi sesuai bidang menjadi hal yang utama, namun memiliki kompetensi yang searah dengan santri juga sangat penting. Selain mengikuti pelatihan kompetensi keahlian, saya juga terus mengasah diri untuk memiliki kompetensi yang dibutuhkan santri. Minimal ketika mereka bertanya tentang nahwu shorof saya mampu menjawabnya, meskipun mungkin ilmu agama saya jauh di bawah mereka terutama hafalan Al Qur’annya. Terus membuka diri untuk menerima segala masukan membuat saya menjadi pribadi yang ingin terus belajar. Keinginan membesarkan sekolah serta memajukan jurusan khususnya adalah target terbesar saya selama saya berada di sekolah ini. Meskipun saya tau itu tidak mudah, tapi insyaAllah dengan tekad kuat, semangat dan niat lillahita’ala semua akan sampai pada masanya.