Di era revolusi 4.0, keterampilan dalam menganalisis dan membuat keputusan yang cepat serta tepat sangatlah diperlukan. Karena keterampilan-keterampilan ini diharapkan mampu membantu seseorang untuk siap bersaing agar tidak tertinggal oleh kemajuan zaman. Pendidikan dalam abad ke-21 juga memerlukan betapa pentingnya kemampuan bekerja sama untuk dimiliki seorang individu.
Menurut Trilling dan Hood dalam Handayani dan Syukur (2021), kemampuan yang seharusnya diajarkan dan dimiliki oleh peserta didik di abad ini adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi. Namun, berdasarkan hasil studi PISA (Programme for International Student Assessment) menunjukkan bahwa sebagian besar kemampuan siswa Indonesia sangat rendah dalam memahami informasi yang kompleks, teori, analisis dan pemecahan masalah, pemakaian alat, dan melakukan investigasi. Hal ini seharusnya membuka mata kita sebagai pendidik, untuk menghasilkan lulusan yang berkompeten dan dapat bersaing dengan individu secara global, kita perlu menanamkan Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada siswa.
Kemampuan Berpikir yang Diperlukan di Abad 21
Kita sering mendengar bahwa keterampilan yang perlu dikuasai seorang individu dalam abad 21 terbagi menjadi 4, yaitu:
Critical thinking;
Creative thinking;
Collaboration;
Communication;
Kemampuan berpikir merupakan suatu kemampuan dalam mengolah pikiran untuk menemukan, mengeksplorasi, dan mengambil keputusan. Proses berpikir yang seharusnya dikembangkan kepada siswa adalah proses berpikir tingkat tinggi yang mudah ditransfer, agar siswa dapat memahami sebuah konsep lebih mendalam dan memungkinkan untuk menerapkan pengetahuan itu untuk memecahkan permasalahan baru. Sehingga, siswa dapat siap menghadapi dunia nyata yang terkadang melampaui pembelajaran fakta dan konten yang sederhana.
Baca juga:
Mendorong Motivasi Belajar Siswa melalui Mindful, Meaningful, dan Joyful Learning
Kemampuan berpikir sejatinya terbagi menjadi dua bagian, yaitu kemampuan berpikir tingkat rendah (low order thinking skills atau LOTS) dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills atau HOTS). Sebagai agent of change, siswa seharusnya dapat menunjukkan jati dirinya dengan cara-cara yang intelektual, bermoral, dan elegan. Sehingga tak jarang keterampilan berpikir tingkat tinggi atau HOTS, menjadi salah satu tingkat intelektual bangsa.
HOTS memungkinkan seorang siswa untuk memperluas pengetahuan, menghubungkan antar konsep dengan persoalan di lapangan, serta memecahkan masalah berdasarkan teori.
Dalam penerapan HOTS ini, Taksonomi Bloom seringkali dijadikan sebagai landasan utama. Taksonomi ini kemudian direvisi oleh Anderson dan Kratwohl yang membaginya menjadi 6 kategori berpikir:
C1, mengingat
C2, memahami
C3, mengaplikasikan
C4, menganalisis
C5, mengevaluasi
C6, mencipta
Ilustrasi siswa setelah menerima pembelajaran berbasis HOTS (Gambar: Getty Images/alexsl)
Peran Pembelajaran HOTS dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa
Pembelajaran berbasis HOTS bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir anak ke level yang lebih tinggi, terutama pada kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam menerima berbagai informasi. Pada dasarnya setiap guru tentu menginginkan agar materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa dapat dipahami dengan baik.
Namun, keberhasilan kegiatan belajar mengajar di sekolah tak hanya ditentukan oleh ketepatan guru dalam mentransfer pengetahuannya, tetapi juga ditentukan oleh peran serta keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Menurut Sani (2019) dalam Dwijayanti (2021), menyatakan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran berbasis HOTS meliputi aktif dalam berpikir, memformulasikan masalah, mengkaji permasalahan kompleks, berpikir divergen dan mengembangkan ide, mencari informasi dari berbagai sumber, berpikir kritis dan menyelesaikan masalah secara kreatif serta berpikir analitik, evaluatif, dan membuat keputusan.
Baca juga:
Peran Krusial Manajemen Sekolah dalam Menciptakan Lingkungan Belajar yang Berkualitas
Berkaca dari pengalaman semasa pandemi COVID-19, guru dapat menggunakan teknologi sebagai penunjang proses kegiatan belajar. Sehingga, guru perlu meningkatkan kreativitas dan inovasi agar siswa tetap fokus memahami materi yang disampaikan.
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh British Audio Visual Aids (BAVA), hanya 13% materi yang diserap oleh siswa jika pembelajaran dilakukan tanpa menggunakan media. Ketika kegiatan belajar menggunakan media pembelajaran, hasil belajar siswa dapat meningkat hingga 86%. Sehingga, guru patut menjadikan hasil riset ini sebagai bahan pertimbangan untuk mengemas materi pelajaran yang menarik, inovatif, serta kreatif.
Seperti apa strategi agar pembelajaran HOTS ini dapat diterapkan di kelas secara menyenangkan? Temukan jawabannya dalam webinar nasional bersertifikat berikut ini!

Klik untuk daftar webinar-nya
Referensi:
Hubungan Antara Kemampuan Menjawab Soal HOTS Biologi dengan Keterampilan 4C Siswa SMA
Implementasi Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada Siswa kelas IV SDN 27 Engkidau Tahun Ajaran 2019/2020
Implementasi Pembelajaran Higher Order Thinking Skills (HOTS) di MA Negeri 1 Watansoppeng
Pembelajaran Berbasis HOTS sebagai Bekal Generasi Abad 21 di Masa Pandemi
Penulis: Eka | Penyunting: Putra