Pendidikan tidak hanya berkutat pada buku dan teori, tetapi juga harus dikemas dalam bentuk yang menyenangkan agar siswa lebih mudah memahami dan mengingat materi yang diajarkan. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan adalah melalui permainan tradisional. Permainan tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga dapat menjadi media pembelajaran yang efektif.
Salah satu permainan tradisional yang dapat dimanfaatkan dalam dunia pendidikan adalah Ular Naga. Permainan ini melibatkan aktivitas fisik, interaksi sosial, serta kreativitas siswa. Dengan sedikit modifikasi, permainan Ular Naga dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa, terutama dalam aspek membaca, berbicara, dan mendengarkan.
Di era digital saat ini, anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan perangkat elektronik daripada bermain secara langsung. Hal ini berdampak pada menurunnya minat membaca dan keterampilan literasi mereka. Padahal, literasi merupakan fondasi penting dalam pendidikan karena berkaitan erat dengan kemampuan berpikir kritis, memahami informasi, dan berkomunikasi secara efektif.
Salah satu cara menarik untuk meningkatkan literasi siswa adalah dengan memanfaatkan permainan tradisional sebagai media pembelajaran. Permainan Ular Naga yang biasa dimainkan di lingkungan sekolah atau lapangan dapat dimodifikasi dengan memasukkan unsur literasi, seperti membaca petunjuk, memahami cerita, dan menyampaikan informasi secara lisan. Dengan demikian, siswa tidak hanya bermain tetapi juga belajar secara aktif dan menyenangkan.

Mengenal Permainan Ular Naga
Permainan Ular Naga adalah permainan tradisional yang dimainkan oleh sekelompok anak. Dalam permainan ini, beberapa siswa berbaris sambil berpegangan bahu, membentuk "ular naga" yang bergerak berkeliling sembari menyanyikan lagu. Di ujung barisan, terdapat dua siswa yang berperan sebagai "gerbang" yang bertugas menangkap siswa yang melewati mereka saat lagu selesai dinyanyikan.
Modifikasi Permainan Ular Naga untuk Literasi
Agar permainan Ular Naga dapat meningkatkan kemampuan literasi siswa, permainan ini dapat dimodifikasi dengan menambahkan beberapa unsur literasi, seperti:
1. Membaca petunjuk permainan
Sebelum permainan dimulai, siswa membaca petunjuk tertulis mengenai aturan permainan.
2. Bercerita dalam permainan
Setiap siswa yang tertangkap harus membaca atau menceritakan kisah pendek yang telah disiapkan sebelumnya.
3. Menjawab pertanyaan
Setelah cerita dibacakan, siswa lain dapat mengajukan pertanyaan atau menceritakan kembali isi cerita dengan kata-kata mereka sendiri.
4. Menulis ringkasan cerita
Setelah permainan selesai, siswa menuliskan kesimpulan atau pesan moral dari cerita yang telah mereka dengarkan.
Manfaat Permainan Ular Naga dalam Meningkatkan Literasi
Beberapa manfaat dari modifikasi permainan Ular Naga ini antara lain:
1. Meningkatkan keterampilan membaca
Siswa terbiasa membaca teks pendek dalam suasana yang menyenangkan.
2. Melatih keterampilan berbicara
Siswa berlatih mengungkapkan pendapat dan bercerita dengan jelas.
3. Mengembangkan keterampilan mendengarkan
Siswa harus memperhatikan cerita yang disampaikan teman mereka.
4. Meningkatkan daya ingat dan pemahaman
Siswa diminta mengulang atau merangkum isi cerita.
5. Meningkatkan kerja sama dan interaksi sosial
Siswa bekerja sama dalam permainan sekaligus belajar bersama.
Permainan tradisional Ular Naga dapat menjadi media pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan literasi siswa. Dengan modifikasi yang memasukkan unsur membaca, berbicara, dan mendengarkan, siswa tidak hanya mendapatkan kesenangan dalam bermain tetapi juga meningkatkan kemampuan literasi mereka.
Pendekatan ini sejalan dengan konsep belajar sambil bermain, di mana siswa merasa lebih termotivasi dan aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, permainan Ular Naga layak diterapkan di sekolah sebagai metode inovatif untuk meningkatkan minat baca dan keterampilan berkomunikasi siswa.
Dengan mengintegrasikan permainan tradisional dalam pembelajaran, diharapkan literasi siswa dapat meningkat secara signifikan, serta warisan budaya Indonesia tetap terjaga di tengah perkembangan zaman.
Penyunting: Putra