Tak terasa sebentar lagi tiap jenjang satuan pendidikan akan memasuki kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) sebagai program lanjutan dari seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Kegiatan MPLS sendiri memiliki tujuan untuk memperkenalkan peserta didik baru pada semua hal yang berhubungan dengan lingkungan sekolah.
Setelah penyelenggaraan MPLS dilakukan, biasanya tiap satuan pendidik mempersiapkan asesmen kepada peserta didik. Asesmen ini dilakukan untuk mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan yang ada pada tiap peserta didik. Sehingga tenaga pendidik atau guru dapat menentukan dan merancang tindak lanjut yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik tersebut.
Dalam artikel ini, kami akan membahas beberapa jenis asesmen dan mengapa asesmen ini perlu dilakukan oleh tiap satuan pendidikan serta manfaatnya. Jadi, simak artikel ini hingga akhir ya!
Mengukur Kemampuan Peserta Didik melalui Asesmen Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menerbitkan kebijakan Kurikulum Merdeka sebagai langkah pemulihan krisis belajar (learning crisis ) setelah terjadinya pandemi Covid-19. Kurikulum ini mengandung sejumlah perubahan dibandingkan Kurikulum 2013, salah satunya adalah adanya asesmen atau penilaian tambahan. Kurikulum Merdeka mengharuskan untuk meyelenggarakan 3 (tiga) jenis asesmen atau penilaian, yakni:
Asesmen formatif;
Asesmen sumatif; dan
Asesmen diagnostik
Baca juga:2 Jenis Asesmen Pembelajaran Populer yang Digunakan oleh Guru
Terdapat penambahan penyelenggaraan satu jenis asesmen yang harus dilakukan dalam Kurikulum Merdeka, yakni asesmen diagnostik. Karena pada kurikulum yang sebelumnya, asesmen atau penilaian yang harus dilakukan hanya asesmen formatif dan sumatif saja.
Mengapa Asesmen Diagnostik Dicantumkan dalam Kurikulum Merdeka? Asesmen diagnostik merupakan suatu bentuk tes yang dilakukan guna membantu guru untuk mengidentifikasi kelebihan, kekurangan, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik sebelum mengikuti kegiatan belajar mengajar. Asemen ini biasanya dilakukan karena apapun hasil tesnya, tidak akan mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Hasil dari asesmen diagnostik ini akan membantu guru dalam merencanakan pembelajaran yang bermakna serta efisien.
Hal ini tentu saja selaras dengan 3 fungsi asesmen dalam Kurikulum Merdeka, antara lain:
Assessment as learning (Asesmen sebagai pembelajaran);
Assessment for learning (Asesmen untuk pembelajaran); dan
Assessment of learning (Asesmen akhir pembelajaran)
Ilustrasi suasana Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) (Gambar: Canva: Odua Images) Data atau hasil tes yang diperoleh dari asesmen diagnostik, dapat menjadi umpan balik (feedback ) bagi tenaga pendidik, peserta didik dan orang tua/wali peserta didik untuk menentukan strategi pembelajaran selanjutnya. Hasil data yang diperoleh mengandung laporan mengenai karakter dan kompetensi peserta didik, beserta strategi tindak lanjutnya. Sehingga asesmen diagnostik dapat pula digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
3 Komponen yang Terkandung dalam Asesmen Diagnostik Dalam memilih hingga menggunakan asesmen diagnostik kepada peserta didik, setidaknya guru dan sekolah harus mengetahui 3 komponen yang harus ada dalam asesmen diagnostik, yakni:
Asesmen diagnostik digunakan untuk mengetahui dan memahami posisi peserta didik saat ini untuk memeroleh pengajaran yang efektif
Asesmen dapat digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan di bidang apa pada peserta didik
Hasil asesmen tidak digunakan sebagai acuan penilaian (penilaian dengan risiko rendah)
Baca juga:Memahami Jenis Asesmen Diagnostik dan Contoh Penerapannya
Guruinovatif.id Menghadirkan Fitur Asesmen Diagnostik Unggulan Untuk menjawab kegelisahan guru dan sekolah dalam memilih asesmen diagnostik unggul, kini Guruinovatif.id menghadirkan fitur asesmen diagnostik unggul yang bernama Entry Level Assessment atau ELA. Fitur ini diciptakan guna memberikan data profil peserta didik yang dibutuhkan oleh guru dan sekolah dalam menyusun rencana kegiatan belajar. ELA dapat meningkatkan nilai efiensi dan efektivitas rencana pembelajaran di sekolah Anda secara akurat. Sehingga mewujudkan pelayanan pendidikan berkualitas tinggi, tidak lagi hanya angan-angan semata.
ELA menggunakan konsep asesmen diagnostik kognitif serta non-kognitif yang dapat memetakan kemampuan peserta didik mulai dari memantau kemampuan peserta didik dalam memahami materi pelajaran hingga mengetahui kondisi psikologi, emosi, dan sosial peserta didik dengan komponen pengukuran yang lebih komprehensif. Selain itu, dalam laporan dan analisis dari ELA juga memberikan rekomendasi kegiatan berdasarkan kajian dimensi Standar Nasional Pendidikan yang berfokus pada perbaikan layanan pembelajaran di kelas.
Mari ciptakan kondisi pembelajaran yang efisien dengan mengetahui kondisi peserta didik di awal tahun ajaran baru melalui Entry Level Assessment (ELA) dari guruinovatif.id !
Cari tahu apa itu ELA disini!
Referensi: A Guide to Types of Assessment: Diagnostic, Formatice, Interim, and Summative Diagnostic Assessment Implementation of Diagnostic Assessment as One of the Steps to Improve Learning in the Implementation of the Independent Curriculum Perlukah Asesmen Diagnostik di Sekolah?
Penulis: Eka | Penyunting: Putra