Burnout Syndrome Guru Di Indonesia Di antara sekian banyak profesi yang mensyaratkan adanya kompetensi adalah profesi guru. Menurut Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005, kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh seorang pendidik dalam melaksanakan keprofesionalannya. K ompetensi ini menuntut totalitas kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi (tupoksi), karena di tangan seorang guru profesional, maka capaian prestasi dan perkembangan siswa dapat berkembang maksimal . Namun, sayangnya, nasib seorang g uru saat ini tidak hanya dibebani tugas utama dalam mendidik atau mengajar, akan tetapi tugas tambahan yang bersifat administratif pun harus terselesaikan dengan baik. Belum lagi tugas-tugas lain, semisal menjadi menjadi kepanitiaan dalam kegiatan tertentu hingga bertanggung jawab pada penyusunan laporannya, dan masih banyak lagi yang lain . Hal inilah yang menyebabkan rutinitas kerja seorang guru menjadi sangat melelahkan, sehingga tidak sedikit guru mengalami burnout syndrome.
Dalam acara peringatan Hari Guru Nasional (HGN) tahun 2023, Presiden Joko Widodo merasa kaget dengan temuan data hasil penelitian terbaru bahwa stres guru ternyata lebih tinggi dari stres di pekerjaan lain (https://www.liputan6.com). Hal ini menguatkan data-data sebelumnya, seperti laporan Harnida (2015) yang menyatakan bahwa 43% burnout terjadi pada pekerja di bidang kesehatan dan sosial (perawat), sedangkan di peringkat kedua sekitar 32% burnout dialami oleh pekerja di bidang pendidikan (guru). Palupi & Pandjaitan (2022) pun menyatakan kondisi yang sama, yakni profesi guru menempati presentase urutan yang kedua sebagai profesi yang paling banyak mengalami burnout syndrome .
Guru Burnout Syndrome dan Solusinya B urnout syndrome adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi dimana seseorang merasa stress dan mengalami kelelahan secara emosional dan secara fisik, serta dapat menyebabkan seseorang menjadi perfeksionis dan merasa pesimis (https://yankes.kemkes.go.id).Guru yang mengalami burnout syndrome tentu sangat berdampak pada kualitas sebuah proses dan hasil akhir pendidikan. S emakin banyak guru yang mengalami burnoutsyndrome maka kualitas pelayanan yang akan diberikan kepada siswanya semakin rendah sehingga kualitas pembelajaran menjadi kurang maksimal. Efek lain dari adanya burnoutsyndrome guru yang tidak segera teratasi adalah menurunnya produktivitas dan imunitas guru sehingga akan sulit menjaga efektivitasnya sebagai seorang guru, banyak tugas dan tanggung jawab yang terbengkalai dan kinerja menjadi semakin buruk. Tentu keadaan ini akan merugikan dirinya, siswanya, dan lembaga pendidikannya.
Beberapa penelitian sebagai solusi burnout syndrome pada guru pernah dilakukan, salah satunya oleh Varina, C.P. dkk (2022). Mereka melaporkan bahwa dengan peningkatan self-efficacy pada guru, maka semakin rendah tingkat burnout syndrome pada mereka. Fahmi, dkk (2019) dalam penelitiannya juga menyatakan terdapat hubungan negatif antara kebersyukuran dan burnout pada guru di Yogyakarta. Sebagai penguat dari penelitian di atas, penulis menyajikan solusi filosofi KLEPON sebagai salah satu solusi alternatif burnout syndrome pada guru.
Filosofi KLEPON Perspektif Kuliner, Budaya Jawa, dan Agama Dalam dunia kuliner, k lepon adalah salah satu jenis makanan tradisional Indonesia, khususnya Jawa yang berbentuk bulat, berwarna hijau (saat ini telah dibuat berwarna-warni) , bertabur kelapa, dan berisi gula merah cair. Jajanan ini cukup digemari masyarakat, karena harganya murah dan mudah didapat, serta legendaris (memiliki keterkaitan sejarah yang panjang) . Rahman seorang sejarawan makanan yang sekaligus dosen Departemen Sejarah Universitas Padjajaran mengatakan klepon merupakan makanan warisan leluhur yang sudah tua jejaknya dan terdapat pada naskah Keraton Surakarta yaitu Serat Centhini yang ditulis pada abad ke-19 (Wijaya & Agmasari, 2020). Alhasil, tak dapat dielakkan, klepon merupakan kudapan yang sudah melegenda lebih dari satu abad.
Dari sudut pandang filosofi masyarakat Jawa, klepon bukan hanya sebatas jajanan, namun sarat dengan makna kehidupan yang mendalam. Pertama, kejutan manis di tengah kepahitan . Artinya klepon memiliki kulit luar yang terbuat dari tepung ketan kenyal dan rasanya memang agak pahit , namun di dalamnya terdapat gula kelapa yang manis. Filosofi ini menggambarkan perjalanan hidup seorang manusia, termasuk seorang guru yang mengalami kelelahan, kesulitan dan kepahitan, akan tetapi suatu saat pasti akan ada kebahagian dan kesenangan yang dinikmati (diibaratkan isi dari klepon berupa gula cair yang manis). Kedua, p roses pembuatan klepon yang tidak mudah dan memerlukan kesabaran . Artinya pembuatan klepon melibatkan proses yang memerlukan kesabaran. Setiap langkah mulai dari pembentukan bola ketan hingga bisa tertutup dengan rapat membutuhkan perhatian dan waktu. Filosofi ini menggambarkan perjalanan hidup seorang manusia, termasuk seorang guru dalam menjalankan semua aktivitas dan tugasnya, selain harus mengikuti aturan dan undang-undang juga dibutuhkan ketelatenan, kesabaran, dan pengorbanan. Ketiga, k eunikan dalam keanekaragaman . Artinya klepon saat ini hadir dalam berbagai warna dan rasa, memberikan keindahan dalam keanekaragaman. Hal ini mengisyaratkan bahwa kehidupan manusia ini penuh dengan keunikan dan keberagaman pada setiap aspeknya, termasuk keberagaman kemampuan. Dari makna singkat filosofi ini, guru yang mengalami burnout syndrome dapat diberi pemahaman dan kesadaran diri (self-efficacy) bahwa seberat dan sebanyak apa pun beban kerja seorang guru pasti akan indah pada waktunya .
Selain dari dari sisi kuliner , penulis menyajikan kata KLEPON sebagai sebuah akronim dalam Bahasa Jawa dari kalimat Kanthi Lelaku, Pesti Ono , yang mempunyai makna laku prihatin maka akan ada jalan keluar (Rezkisari, 2020). Dalam prinsip orang Jawa, a kronim ini memiliki makna yang sangat mendalam dan sebagai petunjuk dalam laku hidup, yakni jika kita menjalankan semua apa yang menjadi kewajiban, tugas dan amanah yang kita emban maka niscaya segala kesulitan, permasalahan, dan beban hidup akan mendapati jalan keluar dan penyelesaian yang optimal. Jika dikaitkan dengan nilai-nilai agama Islam, h al ini sesuai dengan firman Allah Swt dalam surat At Thalaq (65), ayat 2, yang artinya, âBarang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya diberi-Nya jalan keluarâ . Dari ayat ini tampak jelas bahwa segala sesuatu yang didahului dengan takwa, yakni melakukan semua kewajiban dan tugas dengan penuh tanggung jawab sekaligus meninggalkan hal-hal yang tidak diperintahkan baik yang bersifat jasmani maupun rohani (Kanthi Lelaku) , maka jaminannya adalah mendapatkan solusi dan jalan keluar, dipermudah semua kesulitan dan permasalahannya (Pesti Ono ). Di samping itu, untuk melengkapi makna filosofis KLEPON dalam perspektif ini, perlu menyertakan konsep bersyukur di dalamnya, karena dengan bersyukur memungkinkan seseorang untuk mengalihkan fokus terhadap permasalahan yang dihadapinya.
KLEPON dan Esensinya Masalah yang dihadapi guru yang sangat rentan mengakibatkan burnout syndrome memerlukan sebuah penanganan yang serius. Solusi yang bisa ditawarkan yaitu menggunakan filosofi KLEPON baik dari tinjauan kuliner, filosofi masyarakat Jawa maupun perspektif agama. Praktik nyata filosofi KLEPON yang dapat diterapkan di madrasah dari sudut pandang filosofi masyarakat Jawa yaitu, pertama , kejutan manis di tengah kepahitan . Hal ini mengajarkan bahwa guru hendaklah tetap semangat menjalani berbagai tugas dan tantangan yang dihadapi setiap hari. Jika tugas terlalu banyak bisa disiasati dengan membuat tabel skala prioritas pekerjaan agar bisa lebih hemat energi. Dengan tetap menjaga semangat kerja, akan diperoleh kebaikan dan kesenangan yang dipetik misalnya tugas menjadi terselesaikan satu per satu dengan sempurna. Kedua, proses pembuatan yang memerlukan kesabaran . Hal ini mengilhamkan bahwa setiap langkah dan usaha yang ditempuh guru membutuhkan proses, kesabaran, dan ketelatenan agar siswa dapat berkembang sesuai harapan dan mencapai prestasi yang gemilang. Konkretnya bisa dengan melakukan pendampingan dan bimbingan belajar setiap saat. Jika ternyata proses yang dilalui terlalu berat atau hasil yang diperoleh belum sesuai ekspektasi, maka diperlukan komunikasi dengan teman atau atasan. Selain itu bisa disikapi juga dengan bersantai sejenak, mencari hobi baru dan menerapkan pola hidup sehat. Ketiga, keunikan dalam keanekaragaman . Ini dapat diartikan bahwa tiap-tiap guru dan siswa memiliki keunikan dan perbedaan karakteristik masing-masing. Keunikan siswa dapat disikapi dengan menerapkan model pembelajaran berdiferensiasi agar dapat mengembangkan potensi siswa secara maksimal. S edangkan keragaman karakteristik guru bisa dengan memaksimalkan forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang ada di tiap-tiap lembaga pendidikan.
Selanjutnya, praktik filososfi KLEPON dari perspektif agama bisa diawali dengan mulai menggeser mindset (pola pikir) dan penguatan keyakinan guru bahwa KLEPON secara perlahan tapi pasti mampu mengikis satu per satu semua gejala yang dialami oleh guru burnout. Apalagi dibarengi dengan rasa kebersyukuran yang tinggi sebagaimana hasil penelitian sebelumnya sangat berpengaruh negatif terhadap tingkat burnout guru. Bahkan, guru dengan tingkat kebersyukuran tinggi akan memunculkan emosi positif pada dirinya, sehingga guru cenderung akan berfokus pada penyelesaian pekerjaannya dibandingkan melihat aspek yang cenderung negatif. Dengan berusaha menaikkan kebersyukuran, kita dijanjikan akan mendapatkan tambahan kenikmatan dan kebahagiaan, begitupun sebaliknya jika menurunkan tingkat kebersyukuran akan memperparah gejala burnout syndrome.
Berdasarkan uraian di atas, tawaran penerapan filosofi KLEPON diharapkan mampu menjadi solusi bagi guru burnout syndrome, karena gejala ini dapat menguras kondisi jasmani atau rohani seorang guru, sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan ide ini pula, semoga kesehatan mental guru tetap terjaga dan terawat, karena guru yang sehat akan mampu menjadi pilar utama pendidikan dan melahirkan generasi yang hebat pula. Agar semuanya bisa terwujud, penerapan filosofi KLEPON di lembaga pendidikan bisa menjadi alternatif program yang tentu memerlukan dukungan dari semua elemen di dalamnya, baik dukungan moral maupun fasilitas fisik lainnya. Semoga bermanfaat, aamiin.
Penyunting: Putra