KIAT SUKSES MENGAJAR DI KELAS
1. Pendahuluan
Pada tahun–tahun ini banyak bermunculan sekolah-sekolah unggul dengan berbagai ciri khas atau keunggulan masing-masing. Salah satu komponen penting dalam membangun sekolah unggul tersebut adalah hadirnya guru-guru yang berkualitas. Guru yang berkualitas adalah yang senantiasa belajar, senantiasa berinovasi dan menciptakan kreatifitas dalam pembelajaran dan pengajaran. Dalam dunia pendidikan masalah pengajaran adalah masalah pokok, karena berhasil atau tidaknya pebelajaran ditentukan oleh pengajarannya, kalau pengajarannya baik, menyenangkan, kreatif maka hasilnya pun akan baik, dan begitu juga sebaliknya.
Seorang guru yang dikatakan professional dalam mengajar salah satu cirinya adalah jikalau ia pandai di dalam mengelola kelas atau pandai di dalam mengajar, tidak membuat anak jenuh, pandai dalam membuka kelas, pandai dalam menyampaikan materi, dan menutup pelajaran sehingga anak-anak enjoy belajar dengannya. Maka diperlukan guru yang berusaha untuk mencari inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran dan penuh dengan kreativitas.
2. Sukses Membuka Kelas
Pertama yang dilakukan oleh seorang di dalam proses belajar mengajar adalah dengan membuka kelas terlebih dahulu. Kelas akan berhasil dalam pembelajaran apabila sejak awal membuka kelas sudah membuat anak antusias dalam mengikutinya. Dan sebaliknya ketika awal seorang guru tidak menarik dalam membuka pelajaran maka, maka selanjutnya ketika pelajaran inti anak-anak kurang semangat dalam mengikutinya, sehingga hasil yang dicapaipun kurang maksimal. Maka seperti yang sering kita dengar bahwa kesan pertama harus betul-betul menggoda dan mengesankan sehingga selanjutnya membuat anak-anak semakin penasaran. Persoalan yang kemudian muncul adalah bagaimana agar kegiatan awal membuka pelajaran dapat berlangsung dengan menarik dan menyenangkan sehingga anak-anak di kelas antusias untuk belajar.
3. Membuka pelajaran dengan salam antusias
Untuk memulai kelas, maka bukalah dengan mengucapkan salam kepada anak-anak dengan antusias penuh semangat, dengan begitu semangat yang dimiliki oleh seorang guru tersebut akan menular kepada anak-anak. Kalau sejak awal guru sudah menunjukan ketidak semangatan, kelihatan lemas, loyo tidak bergairah, apalagi ditambah ngantuk, maka anak-anaknya juga akan seperti itu, maka membuka pelajaran dengan antusias sangat diperlukan yang dapat berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam belajar.
4. Memfokuskan perhatian anak
Sebelum memulai pelajaran bahkan sebelum mengucapkan salam, kita harus memfokuskan perhatian anak terlebih dahulu kepada kita, agar kita dapat melihat kesiapan mereka belajar, kalau perhatian anak masih terpecah-pecah, ada yang masih lari-lari, ada yang ngobrol dan lain-lain maka apapun yang kita sampaikan mereka tidak akan maksimal meresponnya. Diantara yang dapat dilakukan untuk memfokuskan perhatian anak adalah:
Tepuk ini bisa seperti tepuk pramuka atau tepuk lainnya yang kita bisa atau yang kita buat sendiri. Misalnya tepuk satu one yes, one two yes-yes! dan lain sebagainya.
Menurut pakar psikologi bahwa salah satu sifat anak adalah motorik atau banyak bergerak, anak tidak bisa diminta untuk diam dalam waktu lama, mereka akan selalu bergerak kesana-kemari dan memang itulah dunianya, itu anak yang normal. Maka gerakkan–gerakan anak itu bisa kita manfaatkan untuk memfokuskan perhatian mereka. Kalau anak dilarang untuk bergerak atau potensi gerakan tidak disalurkan maka mereka akan membuat gerakan-gerakan sendiri yang tidak terorganisir sehingga justru dapat mengganggu suasana kelas yang malah akan memecah perhatian anak-anak yang lainnya.
Lagu-lagu yang sederhana juga sangat baik digunakan untuk menfokuskan perhatian mereka pada seorang guru,lagu-lagu inisebaiknya adalah lagu-lagu yang mereka sudah kenal dan mereka dapat menyanyikannya setidaknya iramanya. Lagu-lagu ini diambil dari gubahan kita sendiri dari lagu-lagu yang mereka sudah kenal akan tetapi kurang baik isinya.
Tebak kata yang dimaksud bisa berupa menjawab pertanyaan yang bersifat kata-kata yang humor atau pertanyaan yang membuat mereka penasaran
Apersepsi dimaksudkan adalah penjajagan materi awal artinya agar kita mengetahui sampai sejauh mana kemampuan anak terhadap materi yang akan kita sampaikan. Cara ini bisa dengan memberi pertanyaan pada mereka atau dengan bercerita sehingga pikiran mereka fokus pada materi yang akan kita sampaikan Setelah mampu mengendalikan anak dalam suasana terfokus perhatiannya, dan kita telah melakukan penjajagan awal tentang materi, maka kita telah tahu seberapa pengetahuan mereka tentang materi yang akan kita sampaikan,berarti kita tinggal melanjutkan untuk menyampaikan materi yang belum mereka ketahui.
Selain apersepsi ada hal yang baik untuk menyampaikan pesan atau nilai terhadap mereka ini bisa berupa dongeng atau kisah nyata, kisah yang memberikan motivasi atau inspirasi. Misalnya : dongeng pahlawan,tokoh atau cerita fiktif yang kemudian bisa di ambil pelajaran.
1. Menyampaikan Materi
Dalam menyampaikan materi pelajaran tersebut diperlukan berbagai macam pengetahuan dan metode, karena kalau kita menyampaikanya monoton maka anak-anak akan merasa jenuh,bosan dan tidak semangat, dan kalau ini terjadi maka pembelajaran tidak akan efektif, kelas akan menjadi kelas yang menjenuhkan atau anak-anak akan membuat kegaduhan. untuk itu perlu menjaga kondisi kelas agar tetap menyenangkan dan penuh semangat.
Untuk menciptakan suasana yang baik maka beberapa metode di bawah ini.
2. Menciptakan suasana yang hangat dan menyenangkan di dalam kelas
Suasana sangat berpengaruh terhadap psikologi anak. Suasananya menyedihkan maka perilaku seseorang juga akan kelihatan sedih, lemas, loyo, lesu, sebaliknya jika suasananya menyenangkan maka perilaku yang keluarpun akan menyenangkan, penuh semangat, bergairah dan mudah untuk berfikir kreatif, belajar akan lebih efektif jika dilakukan dalam suasana menyenangkan. Suasana kegembiraan membuat anak siap belajar dengan lebih mudah,dan bahkan dapat mengubah sikap negatif. Maka kalau kita mampu menciptakan suasana yang menyenangkan di dalam kelas maka kemampuan dan motivasi belajar anak akan tinggi sehingga belajarnya akan menghasilkan hasil yang maksimal ditambah lagi dengan suasana yang hangat yang menjadikan anak dan guru betah berlama-lama belajar. untuk menciptakan suasana yang hangat dan menyenangkan maka minimal kita bisa menggunakan :
- Senyuman yang tulus; setiap pasti suka ketika lawan bicara atau ertemu orang yang tersenuyum apa lagi senyuman itu muncul dari dalam diri seseorang artinya dari hatinya yang tulus maka ketika seorang guru yang tersenyum pada waktu bertemu dengan para siswa maka selanjutnya suasana didalam kelas itu akan menjadi nyaman anak akan lebih dekat kepada gurunya.
- Salam; ketika dua orang duduk berdampingan kemudian mereka sama-sama diam maka terasa ada kekakuan diantara mereka akan tetapi ketika salah satu dari mereka mengucapkan salam maka seakan ada benteng yang roboh, pergaulan mereka menjadi mudah. Seorang guru tidak sungkan ketika harus mengucapkan salam terlebih dahulu, derajat tidak akan hancur hanya karena mengucapkan terlebih dahulu. Bahkan akan terasa dekat, kekauan menjadi hilang selain itu berarti pola pendidikan seperti ini akan lebih mengena karena guru memberi contoh kepada si anak.
- Sapaan; pasti setiap kita ketika disapa oleh orang lain akan senang, merasa bahwa dirinya merasa dihargai begitu juga dengan anak-anak ketika seorang guru menyapa mereka maka mereka merasa diperhatikan dan di hormati, sehingga mereka akan senang dalam belajar bersama guru mereka.
- Sopan santun; sopan dan santun terhadap anak, juga akan menjadikan suasana yang hangat dan menyenangkan baginya, karena kesopanan dan kesantunan akan melembutkan suasana, penuh keakraban dan penuh nilai-nilai yang positif. Nilai ini akan terus dikenang oleh para siswa karena secara psikologis anak itu suka meniru. Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita lihat bahwa apa-apa yang dilakukan oleh si anak adalah hasil meniru. Oleh karena itu, kesopanan, dan kesantunan guru harus terus dijaga dan dipelihara, dan bukan hanya pada hal tertentu akan tetapi dalam segala aktivitasnya baik itu ucapan, penampilan, maupun tindakan. misalnya ketika memanggil namanya, menegurnya, dan lain-lain.
- Simpatik; banyak orang yang suka terhadap seseorang yang simpatik . Seorang guru juga dituntut bersikap simpatik. Ketika ada anak yang berperilaku tidak seperti biasanya kita lalu mendekatinya, lalu menyapanya, mereka yang bertanya, ada yang biasa bercerita kita menjadi pendengar yang baik itu merupakan rasa simpatik terhadap mereka, dan-lain sebagainya. Dan tidak sebaliknya yakni sikap acuh tak acuh terhadap mereka akan menjadikan anak merasa tidak diperhatikan sehingga yang muncul kemalasan dalam diri mereka. Suasana acuh tak acuh akan mengakibatkan suasana tidak menyenangkan.
Dengan menggunakan kelima cara di atas akan dapat memberikan hasil yang positif, kelas menjadi hangat dan menyenangkan bagi guru dan anak-anak. Selain hal-hal positif tersebut ada yang perlu dihindari seperti kasar dengan sikap kasar ini suasana belajar tidak nyaman lagi, sehingga anak tidak betah di dalam kelas tersebut inginnya cepat keluar ia akan sulit berkonsentrasi. Mengomel juga kurang baik terhadap mereka. Biasanya mengomel ini dilakukan dengan mengungkit masalah yang lainnya artinya guru memperpanjang masalah dan menghubungkan dengan masalah yang lain. Maka ketika anak salah cukuplah dengan menegur pokok permasalahannya karena omelan akan membuat anak bosan. membentak; ini mungkin efeknya tidak langsung karena biasanya ia akan nurut terhadap gurunya saat itu, akan tetapi setelah itu belum tentu ia akan berubah baik, anak bisa menjadi penakut, kurang percaya diri atau gagap ketika diajak bicara. Akan lebih parah jika yang dibentak anak yang hiperaktif atau pemberani karena ia akan lebih berani dan punya sifat balas dendam. Sok tahu; sikap sok tahu akan berdampak tidak baik terhadap anak-anak, karena menganggap bahwa apa yang dikerjakan oleh anak itu tidak baik menurut guru. Misalnya kita menegur anak yang melakukan sesuatu padahal kita belum tahu apa sebenarnya maksud dan tujuan mereka. teguran kita terkadang keras sehingga anak menjadi malas melakukan hal yang lain. Maka sikap sok tahu harus kita hindari selalulah bersikap positif terhadap mereka sehingga pembelajaran akan berlangsung baik tanpa adanya ketakutan dan kekakuan.
1. Menyampaikan materi dengan semangat
Seorang guru yang mengajar dengan penuh semangat maka akan menjadikan anak-anak juga ikut semangat di dalam menerima pelajaran namun sebaliknya ketika menyampaikan materi dengan lemah, lesu, loyo ditambah ngantuk,maka anak-anak pun akan menjadi malas untuk belajar, ia akan mencari dan membuat kegiatan sendiri yang menyenangkan baginya, suasana kelas akan gaduh, bermain-main sendiri mereka. Keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan yang merupakan salah satu syarat bagi kegiatan belajar mengajar yang optimal. Maka sikap antusias (semangat) ini harus selalu ada pada diri seorang guru.
2. Menyampaikan materi dengan banyak variasi.
Variasi dalam mengajar ini akan membuat anak senang dan tidak bosan banyangkan jika seorang guru hanya punya satu metode misalnya ceramah saja maka anak akan bosan, ingin cepat keluar maka perlu ada variasi belajar misalnya game, diskusi kelompok atau tehknik lainya karena anak akan sulit untuk diam terus-menerus.
3. Menekankan pada hal-hal yang positif
Dalam hal ini positif adalah pilihan dari dua hal yakni positif dan negatif. Jika kita ingin sisi positif maka kita harus mensikapi sesuatu dengan positif. Dan sikap ini akan berbekas terhadap anak. misalnya ketika anak tidak bisa mengerjakan sesuatu dan kurang baik maka teguran itu diusahakan dengan teguran yang positif yang dapat membangun diri mereka bukan sebaliknya. Kita sering mendengar orang tua yang memarahi anaknya dengan kata-kata yang negatif, seperti kamu itu memang goblok, bodoh, kurang ajar dan lain-lain. Kata –kata tersebut kalau diucapkan pada anak maka akan membawa dampak yang buruk terhadap diri anak, biasanya muncul sikap minder dan lainnya. Maka guru lebih menekankan pada hal-hal yang positif misalnya dengan memberikan penghargaan,dan penghargaan tidak harus berupa uang atau barang, bisa dengan pujian, rasa bangga apa yang telah dilakukan oleh si anak.
4. Disiplin dan konsisten di dalam kebaikan.
Tindakan ini bukan baik untuk diri seorang guru akan tetapi juga akan menjadi contoh buat anak-anak, bukan sebatas ketika di lingkungan sekolah kita bersikap baik di manapun kita harus tetap disiplin dan konsisten terhadap hal tersebut. Misalnya: guru menyuruh kalau bertemu menyapa maka guru harus memberikan contoh.
5. Menutup Pelajaran
Terakhir dalam proses belajar mengajar adalah menutup pelajaran. inipun kita harus baik sehingga dari awal ampai akhir kondisi kelas benar-benar menyenangkan sehingga keesokan harinya anak ingin selalu datang ke sekolah.
Kegiatan yang dapat kita lakukan ketika menutup pelajaran adalah :
- Kembali memfokuskan perhatian anak dengan cara yang menyenangkan ini kita lakukan seperti pada pembukaan kelas.
- Menyimpulkan materi yang telah kita sampaikan misalnya dengan memberi pertanyaan kepada mereka sehingga anak akan menjawab secara bersama-sama.Bisa diselingi dengan cerita atau yang lainnya.
- Menutup dengan salam dan permohonan ma’af kepada mereka.
Biasanya seorang guru enggan untuk meminta ma’af kepada anak-anak. Menutup pelajaran dengan permohonan ma’af ini sangat baik karena anak tidak akan menganggap guru yang paling benar sendiri, dan sikap meminta ma’af guru ini akan menjadi contoh pada diri anak untuk berani meminta ma’af terhadap kesalahan yang telah diperbuat kepada siapapun.