KESEHATAN MENTAL AMAN, KINERJA GURU NYAMAN
A. Pendahuluan
Guru memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan di sekolah. Berhasil tidaknya siswa dalam menempuh bidang akademik maupun terbentuknya karakter yang unggul salah satunya pengaruh dari guru sendiri. Kinerja guru di sekolah tidak hanya mengajar saja, tetapi juga mendidik, membimbing, sebagai motivator, serta sebagai pendamping dalam pembentukan karakter siswa di sekolah. Hal tersebut merupakan kinerja guru yang berhubungan dengan siswa. Selain itu, guru juga memiliki tanggung jawab dalam hal administrasi guru sebagai pelengkap administrasi guru dalam proses pembelajaran serta tugas-tugas lain yang berhubungan dengan kepentingan dan kegiatan sekolah. Tugas guru yang banyak tersebut, terkadang berpengaruh terhadap kondisi psikis guru. Belum lagi, untuk guru honorer yang dalam hal finansial sangatlah minim karena upah yang diterima belum sebanding dengan pekerjaan yang telah dilakukan oleh guru tersebut. Ketidakseimbangan pekerjaan yang dilakukan oleh guru dengan kesejahteraan yang belum sebanding terkadang akan memengaruhi mental guru seperti mengalami rendahnya percaya diri, motivasi bekerja menurun, mudah emosional, serta depresi.
Kesehatan mental guru yang menurun dapat terjadi kapan saja dan dalam berbagai hal. Berdasarkan pekerjaan yang banyak, tekanan dari atasan atau kepala sekolah mengenai tugas tambahan yang diberikan, finansial yang tidak sebanding atau pas-pasan, serta keberagaman siswa yang dihadapinya setiap hari. Guru yang memiliki tingkat stres yang tinggi akan memengaruhi kinerjanya. Dengan demikian, sekolah sudah sepantasnya memerhatikan kesehatan mental guru dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja guru agar lebih maksimal dan berkualitas. Berbagai hal dapat dilakukan untuk meminimalisir tingkat stres guru agar kesehatan mental guru dapat terjaga hingga kesejahteraan guru tercapai. Artikel ini akan membahas seputar pentingnya kesehatan mental guru, pengaruh, dampak, serta solusi untuk mengatasi rendahnya kesehatan mental guru tersebut agar guru-guru di Indonesia dapat terus menjaga kesehatan mental serta dapat menjadi guru yang berkualitas.
B. Pentingnya Kesehatan Mental Guru di Era Society 5.0
Kemajuan zaman yang semakin pesat ini sangat berpengaruh terhadap berbagai hal, terutama dalam bidang pendidikan. Saat ini masyarakat telah dihadapkan dengan zaman yang begitu smart yang dikenal dengan sebutan era society 5.0. Era society 5.0 merupakan era dimana teknologi digital telah menjadi bagian terpenting masyarakat, bahkan teknologi digital ini telah menggantikan aktivitas masyarakat secara fisik. Konsep era society ini terletak pada diri manusia yang berpusat pada dunia digital (Nastiti & Ni’mal ’abdu, 2020). Era ini merupakan terusan dari era sebelumnya yaitu revolusi industri 4.0. Kecanggihan teknologi digital ini sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan. Aktivitas kegiatan pembelajaran saat ini tidak lepas dari peran teknologi digital, mulai dari media pembelajaran, video pembelajaran, konten materi ajar, modul ajar, dan lembar kerja siswa telah berbasis digital karena lebih mudah, praktis, menyenangkan, tidak membosankan, menarik, serta fleksibel. Kemudahan media digital untuk mendukung proses pembelajaran karena dapat diakses kapan saja dan dimana saja tidak terbatas ruang dan waktu. Hanya dengan menggunakan gadget yang dimiliki siswa, semua kegiatan pembelajaran yang menarik berbasis digital mudah dilakukan.
Berbagai kemudahan media digital untuk berkomunikasi jarak jauh dan mengakses informasi dari berbagai sumber tersebut merupakan contoh nyata bahwa era society 5.0 telah berlangsung di masyarakat. Melihat berbagai dampak positif dari kemudahan menggunakan media digital tersebut juga terdapat dampak negatif yang dapat timbul. Gadget yang setiap hari menjadi bagian kehidupan siswa akan memiliki dampak negatif yang dapat merusak karakter maupun mental siswa. Pengaruh penggunaan gadget yang berlebihan akan dengan cepat mendewasakan seseorang, menimbulkan kemalasan, ketergantungan yang berlebihan terhadap gadget, susah bersosialisasi, dan gaya hedonisme. Menghadapi hal demikian, dibutuhkan penguatan karakter siswa dari guru. Penguatan karakter siswa sedang gencar dilaksanakan di sekolah saat ini untuk menghindari dampak negatif yang ditimbulkan dari pengaruh teknologi digital masa kini. Dalam membimbing siswa untuk memperkuat karakter dalam dirinya, dibutuhkan peran guru sebagai pendamping siswa. Penguatan karakter siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti pembiasaan di bidang keagamaan, percontohan dari sikap guru (role model), penguatan kegiatan literasi digital, dan sebagainya. Dalam hal ini, gurulah yang berperan untuk membentuk mental serta karakter siswa yang kuat sebagai bekal dalam kehidupan masa depan siswa. Siswa yang telah memiliki bekal mental dan karakter yang kuat dalam menghadapi kemajuan zaman tidak akan tergoyahkan dengan hal-hal negatif yang akan berpengaruh buruk terhadap dirinya.
Aksi nyata guru sangat dibutuhkan untuk membentuk karakter dan kesehatan mental siswa. Mental yang sehat atau kesehatan mental adalah suatu kondisi seseorang yang memungkinkan berkembangnya semua aspek perkembangan baik fisik, intelektual, dan emosional yang optimal serta selaras dengan perkembangan orang lain sehingga selanjutnya mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya (Fakhriani, 2019). Lantas, bagaimanakah dengan kesehatan mental guru sendiri dalam menghadapi berbagai hal di era society 5.0 ini? Tidak hanya siswa saja, tetapi kepala sekolah melalui manajemen berbasis sekolah perlu memperhatikan kualitas mental guru. Hal itu bertujuan agar tercipta kinerja guru yang maksimal serta berkualitas.
Kesehatan mental guru sangat penting diperhatikan terutama dalam menghadapi era yang semakin canggih ini. Guru perlu berintrospeksi diri menghindari hal-hal yang membuat tingkat stres meningkat. Setelah mengetahui hal apa saja yang membuat stres meningkat hingga berpengaruh terhadap kesehatan mental maka segera ditindaklanjuti. Selain itu, untuk menghilangkan tingkat stres guru, guru dapat melakukan refreshing secara berkala secara pribadi maupun bersama dengan siswa dan sekolah mengadakan sesi pertemuan seluruh guru dan tendik untuk sekadar berbincang-bincang membicarakan masalah yang tengah dihadapi untuk bersama-sama mencari solusi. Sekolah juga dapat secara rutin mengadakan workshop atau pelatihan untuk meningkatkan kompetensi profesionalisme guru, mengadakan pendampingan kepada siswa, serta menciptakan pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning). Joyfull learning merupakan bentuk pengajaran dengan konsep menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan serta membuat proses pembelajaran tersebut lebih bermakna dan tidak membosankan (Naziha & Laily Fitriani, 2023). Pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning) secara tidak langsung dapat menghilangkan stres yang dirasakan oleh guru maupun siswa. Pembelajaran yang menyenangkan tersebut dapat dilakukan dengan menyisipkan permainan atau ice breaking dalam proses pembelajaran. Ice breaking merupakan konsep agar siswa dalam pembelajaran merasa tidak jenuh, bersemangat, serta termotivasi untuk melakukan sesuatu sesuai kemampuannya (Saragih et al., 2021). Dengan demikian, kesehatan mental guru yang tercipta akan mengalir juga kepada kesehatan karakter dan mental siswa. Hal tersebut sangat penting guna menciptakan mental yang kuat serta karakter yang unggul untuk guru dan juga siswa.
C. Pengaruh Tekanan Kinerja Terhadap Kesehatan Mental Guru
Kesehatan mental yang baik merupakan kondisi kesejahteraan individu, di lihat dari kemampuannya dalam mengelola stres kehidupan, bekerja dengan produktif, serta berperan dalam komunitas atau hubungan dengan lingkungan sekitar. Selanjutnya, kesehatan mental yang tidak baik adalah kondisi ketika batin kita tidak berada dalam ketenangan dan ketentraman sehingga menggangu fungsi kita sebagai manusia dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari serta hilangnya motivasi dari dalam diri sendiri untuk produktif (Nurrady et al., 2022). Perlu diketahui bahwa tugas guru tidaklah hanya mengajar saja. Akan tetapi, guru juga memiliki tanggung jawab untuk mendidik atau membentuk karakter siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler maupun kegiatan pendukung lainnya. Selain itu, guru juga memiliki tugas untuk mengerjakan administrasi guru yang selalu berganti setiap tahunnya, melaksanakan kegiatan atau program sekolah, dan tugas tambahan lainnya yang dibebankan dari kepala sekolah kepada guru. Kinerja guru dengan jumlah jam mengajar setiap minggunya hampir penuh ditambah dengan tugas tambahan yang dibebankan semakin banyak akan membuat stres dan berpengaruh terhadap kesehatan mental guru tersebut. Jika guru telah mengalami stres yang mendalam dan berkepanjangan otomatis kesehatan mental guru juga akan terganggu.
Misalnya saja dalam pembuatan administrasi guru yang setiap tahun selalu berubah dan harus diperbaharui. Sekolah dapat mengantisipasi dengan diadakan workshop yang relevan terkait dengan pembuatan perangkat ajar guru. Kebijakan kepala sekolah sangat menentukan kesehatan mental guru untuk dapat meminimalisir stres yang dialami guru. Kebijakan yang perlu dilakukan kepala sekolah agar kesehatan mental guru dapat terjaga seperti melakukan pembagian jam mengajar sesuai dengan porsinya masing-masing, pembagian tugas tambahan guru disesuaikan dengan jumlah jam mengajar guru, selalu memperhatikan kesejahteraan guru dengan memberikan upah minimal yang sesuai dengan kinerja dan beban guru, pemberian reward kepada guru atas pencapaian prestasi yang telah dilakukan, dan pemberian pelatihan atau workshop yang bervariasi dan menyenangkan. Sekecil apa pun prestasi yang telah dicapai guru, jika dihargai walaupun tidak seberapa besar reward yang diberikan, tentunya guru akan merasa kinerja yang telah dicapai sangat dihargai dan memacu semangat guru untuk terus berinovasi dan berprestasi. Penghargaan terhadap hal-hal kecil sangat diperlukan untuk tetap menjaga kesehatan mental guru saat ini.
D. Dampak Rendahnya Kesehatan Mental Guru Terhadap Kesejahteraan guru
Kesehatan mental guru yang rendah akan terus memacu tingkat stres guru dan berdampak pada penurunan kinerja guru. Menurut Wardhani (2017) ciri-ciri kesehatan mental yang menurun seperti perasaan tidak nyaman (inadequacy), perasaan tidak aman (insecurity), kurang memiliki rasa percaya diri (selfconfidence), kurang memahami diri (self-understanding), kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial, dan ketidakmatangan emosi. Berikut beberapa dampak yang akan timbul jika kesehatan mental guru menurun karena kurangnya perhatian dari pihak sekolah dalam menentukan kebijakan-kebijakan sekolah terhadap pekerjaan guru.
- Jika kesehatan mental guru terganggu sudah dapat dipastikan bahwa kinerja guru akan mengalami penurunan dan tidak maksimal.
- Akan berpengaruh terhadap siswa dalam proses pembelajaran karena ketidakstabilan emosi yang naik turun hingga menyebabkan siswa tidak nyaman.
- Guru susah untuk berinovasi dalam menciptakan media maupun berkreasi dalam penggunaan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi ajar.
- Akan kelihatan bermalas-malasan di sekolah dan cuek dengan tugas sekolah.
- Kurang maksimal dalam mendidik dan membimbing siswa dalam setiap permasalahan yang dihadapi siswa.
- Peran serta guru dalam pembentukan karakter siswa juga kurang maksimal hingga tidak terbentuk karakter siswa yang unggul.
- Enggan untuk mengajar lagi di sekolah dan memilih resign dari sekolah tersebut.
Beberapa dampak yang mungkin timbul jika kesehatan mental guru terganggu juga akan berpengaruh terhadap kesejahteraan guru. Kesejahteraan tidak hanya diukur dari finansial saja tetapi juga terhadap kepuasan serta kenyamanan dalam bekerja. Dengan demikian, peran kenyamanan bekerja adalah nomor satu yang perlu diperhatikan oleh sekolah.
E. Solusi untuk Mengatasi Rendahnya Kesehatan Mental Guru
Berbagai dampak yang ditimbulkan akibat kesehatan mental guru sebenarnya tidaklah etis jika dibiarkan begitu saja. Jika ingin melihat para guru sehat jiwa dan raganya terutama mentalnya maka sekolah perlu mengupayakan dengan maksimal hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi rendahnya kesehatan mental guru. Beberapa solusi yang dapat dilakukan sekolah untuk menjaga kesehatan mental guru yaitu sebagai berikut.
- Pembagian tugas dan beban mengajar guru yang proporsional diantara guru.
- Perlunya memperhatikan finansial atau upah minimal yang diberikan kepada guru dengan menyesuaikan kinerja serta masa kerja guru, terutama untuk guru swasta.
- Memberikan kesempatan kepada guru untuk istirahat sejenak di sela-sela mengajar.
- Pembagian tugas mengajar harian yang tidak terlalu padat sehingga ada jeda waktu yang dapat dimanfaatkan untuk istirahat sejenak.
- Pemberian reward kepada guru yang disiplin atau berprestasi secara berkala untuk selalu memacu semangat guru dalam berkarya.
- Kepala sekolah dapat menghargai apapun tugas dan kerja keras yang telah diupayakan oleh guru karena sekecil apapun penghargaan yang diberikan sangat berarti sebagai motivator guru.
- Melaksanakan refreshing seluruh guru dan tendik di waktu-waktu tertentu.
- Breafing secara rutin untuk mengungkap permasalahan yang dihadapi oleh guru dan bersama-sama mencari solusi terbaik agar tidak menjadi beban guru saja.
- Sekolah secara rutin mengadakan pelatihan atau workshop untuk menambah skill guru seperti workshop media pembelajaran, perangkat pembelajaran, pembelajaran yang menyenangkan, penggunaan teknologi digital dalam perangkat ajar atau kegiatan pembelajaran, workshop untuk meningkatkan motivasi guru dan siswa, dan lain sebagainya.
- Kepala sekolah memberikan motivasi kepada guru secara rutin agar guru selalu optimis, semangat, terus berinovasi, dan berkarya sehingga dapat mengurangi kecemasan atau tingkat stres guru.
Beberapa solusi tersebut diharapkan dapat meringankan beban guru yang dapat dilakukan oleh sekolah agar kesehatan mental guru dapat terjaga untuk selalu mendidik anak-anak bangsa di negeri ini.
F. Kesimpulan
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental guru saat ini sangatlah penting untuk dijaga. Apalagi dalam menghadapi era smart society 5.0 yang berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran berbasis teknologi digital untuk memudahkan dan mengemas pembelajaran yang menyenangkan. Melihat hal demikian, guru dituntut untuk dapat berinovasi dalam menciptakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna untuk siswa hingga membentuk karakter siswa unggul sebagai bekal masa depan siswa. Pencapaian yang harus dilakukan oleh guru untuk berinovasi tersebut membutuhkan mental yang sehat dan kuat agar dapat berpikir jernih dan bertindak secara jernih pula. Selain itu, guru juga harus melaksanakan kewajiban untuk mengajar dan mengerjakan tugas tambahan sesuai dengan tupoksinya. Guru harus dapat mengatur waktu, tenaga, dan pikiran agar dapat melakukan semuanya dengan maksimal. Dengan demikian, sekolah harus dapat menjaga kesehatan mental guru dengan melakukan berbagai cara yang solutif untuk menyelesaikan permsalahan dan tekanan yang tengah dihadapinya. Harapannya adalah kesehatan mental guru akan terus terjaga dan dapat mendidik siswa hingga mencapai lulusan siswa yang kompeten dan berkarakter unggul.
Referensi
Fakhriani, D. F. (2019). Kesehatan Mental (M. Thoha (ed.); I). Duta Media. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/mental-health-strengthening-our-response
http://digilib.uinsby.ac.id/918/10/Daftar Pustaka.pdf
Nastiti, F. E., & Ni’mal ’abdu, A. R. (2020). Kesiapan pendidikan Indonesia menghadapi era society 5.0. Edcomtech, 5(1), 61–66.
Naziha, S., & Laily Fitriani. (2023). Joyful learning berbasis ice breaking dalam pembelajaran mufradat di mts singosari. Al-Ittijah : Jurnal Keilmuan Dan Kependidikan Bahasa Arab, 15(1), 18–31. https://doi.org/10.32678/alittijah.v15i1.8618
Nurrady, C. N., Nurlita, & Chairilsyah, D. (2022). Hubungan kesehatan mental dengan kinerja guru paud di kecamatan tembilahan kabupaten indragiri hillir. Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 4(5), 7900–7906.
Saragih, N. A., Fatria, F., & Ariani, F. D. (2021). Pkm pelatihan peningkatan motivasi belajar anak melalui ice breaking pada guru era new normal. Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian 2021, 262–266.
Wardhani, R. D. K. (2017). Peran kesehatan mental bagi guru dalam proses belajar mengajar di sekolah. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP UNTIRTA, 193–198. https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/psnp/article/view/193-198
Penyunting: Putra